
Teknologi Baru, PGE Tingkatkan Kualitas Uji Sumur Geothermal

Jakarta, CNBC Indonesia - Jiwa pionir kembali ditorehkan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dalam memajukan industri geothermal Tanah Air melalui penemuan teknologi pengukuran aliran fluida dua fasa panas bumi.
Inovasi datang dari salah satu perwira PGEO yang saat ini menjabat sebagai Manager Production and Operation Excellence, Mohamad Husni Mubarok PhD (Husni) yang berhasil mengembangkan suatu formula (Mubarok Equation) dan alat pengukuran fluida dua fasa atau two-phase flow meter.
Temuan perwira PGE ini menjadi yang pertama di dunia yang dituangkan dalam riset studi program doktoral-nya di The University of Auckland (UoA), New Zealand (NZ). Prestasinya ini mengantarkan Husni mendapat penghargaan kategori Best Doctoral Thesis dari UoA dan Dharma Karya Utama dari Menteri ESDM 2021 lalu.
Terbaru pada 11 Juli 2023 lalu teknologi tersebut telah mengantongi hak kekayaan intelektual (HKI). Sertifikat paten dari USPTO milik Husni tersebut berjudul "Real-time Measurement Of Two-phase Mass Flow Rate and Enthalpy Using Pressure Differential Devices" dengan Nomor Paten: 11,698,281. Selain itu, paten di negara Turki juga telah berhasil granted dengan Nomor Paten: 2020/14371.
Paten ini merupakan penemuan baru dan valid untuk mengisi gap teknologi yang belum permah ada sebelumnya. Dengan diterbitkannya sertifikat paten oleh badan paten Amerika dan Turki ini, PGE secara sah menjadi pemilik lisensi teknologi yang di klaim di dalam dokumen paten.
Saat ini PGE telah mendaftarkan paten milik Husni ke enam negara, yakni Indonesia, Amerika Serikat (AS), Selandia Baru, Islandia, Filipina, dan Turki. Dengan status sudah selesai di AS dan Turki, sementara empat negara lain masih dalam status pendaftaran.
Keberhasilan teknologi ini tak lepas dari dukungan PGE dan pemerintah Selandia Baru yang bersedia memberikan fasilitas penelitian berupa percobaan di sejumlah sumur mereka.
Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, teknologi Husni memiliki tingkat keakuratan dan kinerja yang lebih tinggi, hal ini terlihat dari tingkat error yang lebih rendah seperti terlihat dibawah ini berdasarkan perhitungan Analysis of variance (ANOVA) and relative error.
Dalam aplikasi di industri geothermal, penelitian Helbig and Zarrouk (2012) memiliki korelasi yang lebih akurat dibandingkan yang lain. Hanya saja, persamaan-nya cenderung lebih rumit. Dengan latar belakang tersebut, Husni menjadi lebih fokus untuk menyederhanakan persamaan tersebut tetapi menaikkan keakuratan dan repeatability-nya.
![]() The final equation for calculating the two-phase orifice mass flow rate |
Persamaan Husni memperhitungkan dengan rentang enthalphy yang jauh mulai dari 600 hingga 2800. Beliau meyakini rentang yang jauh mampu mengakomodir berbagai sumur yang menghasilkan enthalphy beragam. Dengan begitu teknologinya bisa memberikan repeatability, baik untuk sumur low enthalphy ke high enthalphy.
Gambaran lebih jelas mengenai teknologi pengukuran laju alir dua fase atau two-phase flow meter, sebagai berikut :
![]() Two-phase orifice meter installation at the geothermal |
Lebih lanjut, Husni menjelaskan teknologi-nya bisa digunakan untuk memonitor secara real-time fluida yang dihasilkan dari suatu sumur panas bumi. Pengukuran ini sangat penting karena bisa digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana performa sumur panas bumi, dengan begitu potensi dari suatu sumur bisa diketahui yang kemudian bisa direncanakan untuk dikelola sumber daya-nya secara lebih efektif dan efisien.
Dengan begitu, performa operasional dan kapabilitas produksi bisa meningkat, serta bisa memitigasi lebih dini jika ada permasalahan. Harapan besar Husni dari teknologi ini ke depan bisa menjadi revolusi bagi industri geothermal.
"Harapan besarnya tentu saja semoga teknologi ini bisa merevolusi industri geothermal," Lanjut Husni.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]