Jepang Buang Limbah Nuklir Fukushima; Airnya Aman Dikonsumsi?

rev, CNBC Indonesia
29 August 2023 09:40
Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, rusak akibat gempa bumi dan tsunami besar pada 11 Maret 2011, terlihat dari dekat pelabuhan perikanan Ukedo di kota Namie, timur laut Jepang, Kamis, 24 Agustus 2023. (AP Photo/Eugene Hoshiko, File)
Foto: Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, rusak akibat gempa bumi dan tsunami besar pada 11 Maret 2011, terlihat dari dekat pelabuhan perikanan Ukedo di kota Namie, timur laut Jepang, Kamis, 24 Agustus 2023. (AP/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan Jepang melepaskan air limbah radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke laut menuai berbagai kontroversi. Padahal, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah menerbitkan laporan yang mendukung rencana Jepang tersebut.

Sebelumnya, pada tahun 2011 terjadi gempa bumi berkekuatan 9,0 melanda pantai pulau Honshu di Jepang, hingga menyebabkan lebih dari 18.000 kematian dan memicu kehancuran di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.

Sejak itu, reaktor telah didinginkan dan 1,3 juta ton air limbah yang terkontaminasi telah diolah. Air ini disimpan di lebih dari 1.000 tangki namun ruang penyimpanannya terbatas, dan sekarang harus dibuang sebagai bagian dari proses penghentian penggunaan yang sedang berlangsung.

 

Pada dasarnya, pemerintah Jepang secara konsisten memprioritaskan kesehatan manusia dan lingkungan global. Maka dari itu, Jepang menggunakan Advanced Liquid Processing System (ALPS) untuk menghilangkan 62 bahan radioaktif berbeda dari air yang terkontaminasi dan hanya menyisakan tritium.

Di fasilitas nuklir di seluruh dunia, merupakan praktik standar bagi operator untuk membuang air yang mengandung tritium ke sungai dan laut, sesuai dengan undang-undang dan peraturan setempat.

Hingga saat ini, jumlah tritium yang paling banyak dilepas oleh fasilitas nuklir yakni La Hague pada 2018 di Perancis dengan jumlah 11.400 triliun becquerels (bq). Sedangkan jika dibandingkan dengan Jepang yang menggunakan ALPS treated water berkisar kurang dari 22 triliun bq.

Setiap tahunnya, hingga 22 triliun bq tritium akan dibuang secara bertahap dari pembangkit listrik tenaga nuklir, Tokyo Electric Power Co (TEPCO) di Fukushima selama beberapa dekade mendatang.

Setelah pengolahan ALPS dan pengenceran lebih lanjut, air yang dikeluarkan mengandung tidak lebih dari 1.500 bq tritium per liter air. Angka ini jauh di bawah standar peraturan Jepang untuk tritium dalam air sebesar 60.000 Bq/L, yang merupakan batas berdasarkan rekomendasi internasional.

Faktanya, kadar air yang akan dibuang dari pembangkit listrik tenaga nuklir bahkan berada di bawah jumlah maksimum tritium dalam air minum yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu sebesar 10.000 Bq/L.

Sebagai tambahan, radiasi yang ditimbulkan tritium tidaklah berbahaya bahkan dapat dihalangi oleh selembar kertas. Selain itu, tritium memiliki dampak yang minim terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

"Bahkan pada dasarnya apa pun yang mengandung air juga akan mengandung tritium dan selalu demikian, termasuk tubuh manusia, makanan yang kita makan, udara dan lautan semuanya mengandung tritium karena diproduksi di alam." kata Paul Dickman, peneliti kebijakan senior yang berfokus pada energi nuklir di Argonne National Laboratory di AS.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation