Jokowi vs SBY, Siapa Lebih Jago Jaga Rupiah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir-akhir ini rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan rupiah di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang sangat tajam, bahkan lebih tajam dibandingkan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sejak Jokowi menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia (RI) pada Oktober 2014, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kian mengalami pelemahan. Pada awal Oktober 2014, nilai tukarnya berada di angka Rp12.125/US$. Sedangkan pada 15 Agustus 2023 berada di angka Rp15.335/US$.
Artinya dalam kurun waktu hampir sembilan tahun, pelemahan terjadi sebesar 26,47%. Jika dirata-ratakan, maka dalam satu tahun, pelemahan rupiah sekitar 2,94%.
Berbeda halnya dengan SBY, pada awal periode kedua masa jabatan yakni 2009, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp9.620/US$. Sementara pada Oktober 2014, tercatat nilai tukarnya melemah cukup tajam menjadi Rp12.080/US$ atau ambles 25,57% hanya dalam lima tahun.
Bila dihitung pada awal pemerintahan SBY yakni Oktober 2009 hingga Oktober 2014 maka kondisinya jauh berbeda.
Nilai tukar rupiah tercatat berada di posisi Rp9.080/US$1 pada Oktober 2004 sementara pada Oktober 2014 tercatat Rp 12.080/US$1. Artinya, selam 10 tahun masa pemerintahan SBY rupiah melemah 24,83% atau sekitar 2,48% per tahun.
Angka tersebut lebih kecil dibandingkan sembilan tahun di era Jokowi.
Data di atas menunjukkan rupiah sama-sama melemah di atas 20% di era Jokowi maupun SBY. Pelemahan mata uang Garuda tentu saja tidak bisa menjadi kesalahan presiden semata.
Ada banyak faktor yang membuat rupiah melemah, termasuk dari tekanan eksternal yang bukan menjadi tanggung jawab presiden.
Pada era SBY, rupiah pernah diguncang hebat oleh Krisis Keuangan Finansial Global pada 2008/2009 ataupun periode Taper Tantrum 2013/2014.
Tekanan eksternal hebat juga pernah dialami rupiah di era Jokowi yakni pada awal pandemi Covid-19, perang Rusia-Ukraina, ataupun kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) sejak 2022-2023.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)