
Anak Usaha Pertamina PGEO, Sang Pionir Pengelola Panas Bumi

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjadi pionir dalam pemanfaatan energi panas bumi sejak 2006 silam sebagai tindak lanjut atas mandat pemerintah melalui Keputusan Presiden (Keppres) 16 tahun 1974.
Melalui eksplorasi energi panas bumi, anak usaha Pertamina ini bisa mengolah-nya menjadi energi listrik yang lebih ramah lingkungan.
Kini, PGEO menjadi pemain terbesar di Industri geothermal Tanah Air dengan 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dan total kapasitas terpasang sebesar 1877 Mega Watt (MW) yang dioperasikan sendiri.
![]() Pembangkit Listrik Tenaga Pans Bumi Milik PGEO |
Pada 24 Februari 2023 lalu, PGEO juga berhasil melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam rangka menambah modal untuk mengembangkan bisnis-nya. Aksi Initial Public Offering (IPO) tersebut menempati posisi terbesar ketiga hingga paruh pertama tahun ini, dengan raihan dana jumbo mencapai Rp9,05 triliun.
Dalam perjalanan mencapai prestasi tersebut, tentu PGEO mengalami sepak terjang panjang, apalagi sudah hampir dua dekade didirikan. Berikut perjalanan perusahaan geothermal milik Pertamina yang memulai dari langkah kecil hingga sebesar sekarang :
1974 - 1983 : Dapat Amanah Pemerintah & Awal Mula PLTP Kamojang
Apabila menelisik lebih jauh dalam sejarah PGEO, sebenarnya pengembangan panas bumi sudah mendapat amanah dari pemerintah sejak 1974 silam berdasarkan Keputusan Presiden 16/1974 untuk mengidentifikasi panas bumi sebagai alternatif sumber penghasil energi listrik.
Hampir satu dekade berlalu, pada 1983 Pertamina akhirnya berhasil mendirikan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Unit I yang terletak di Kamojang, Jawa Barat dengan kapasitas terpasang pada saat itu hanya 30 MW. Kini PLTP Kamojang telah bertransformasi menjadi 5 unit dengan kapasitas terpasang mencapai 235 MW yang bisa digunakan untuk memasok sekitar 260.000 rumah.
1996 : Berdirinya PLTP Sibayak
Kemudian pada 1996, Pertamina melakukan ekspansi dengan membangun 1 unit monoblok dengan kapasitas terpasang 2 MW dan dua unit PTLP dengan kapasitas 2x5 MW di area Sibayak yang terletak di Gunung Sibayak - Gunung Sinabung, Provinsi Sumatera Utara. Secara keseluruhan PLTP tersebut mampu memasok listrik kurang lebih hingga 13.300 rumah.
2001 : Ekspansi ke Sulawesi
Memasuki pasca orde baru tepatnya 2001 silam, Pertamina semakin serius dengan pengembangan panas bumi. Dari situ ekspansi diperluas hingga Sulawesi diawali dengan didirikan PLTP Lahendong yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara.
Waktu itu unit I dibangun dengan kapasitas 20 MW, kini sudah berkembang jadi 6 unit dengan kapasitas 120 MW. Capaian ini bisa digunakan untuk memasok listrik hingga 133.300 rumah.
2006 : Berdirinya PT Pertamina Geothermal Energy
Semakin serius dengan bisnis panas bumi yang kian besar, pada 2006 Pertamina membentuk anak usaha yang fokus memanfaatkan energi panas bumi bernama PT Pertamina Geothermal Energy. Perusahaan ini secara penuh dimiliki Pertamina waktu itu, akan tetapi kini telah listing di BEI dengan struktur kepemilikan yang bertambah.
Pertamina Power Indonesia saat ini tetap menjadi pengendali dengan porsi mencapai 69,01%, disusul Masdar, perusahaan Sovereign Wealth Fund (SWF) milik Uni Emirat Arab (UEA) sebagai pemilik saham terbesar kedua sebesar 15%.
Lalu ada Pertamina Pedeve Indonesia sebesar 5,99% dan sisanya sekitar 10% dimiliki publik. Nilai kepemilikan publik sebagai free float sudah sesuai dengan ketentuan BEI di atas 7,5% supaya likuiditas tetap terjaga.
2012 : Terbentuknya PLTP Ulubelu
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan listrik yang ramah lingkungan dengan panas bumi, PGEO semakin ekspansif dengan membentuk PLTP baru di Ulubelu, Lampung. Waktu itu, ada dua unit yang dibangun sekaligus dengan kapasitas 2 x 55 MW.
Saat ini sudah berkembang dua kali lipat menjadi 4 unit yang sudah beroperasi dengan kapasitas mencapai 220 MW dan bisa berkontribusi terhadap 25% kebutuhan listrik di Lampung.
2018 : Ekspansi PLTP di Jawa Barat Lagi
Provinsi Jawa Barat pada 2018 menjadi wilayah pilihan ekspansi PGEO lagi untuk membangun PLTP Karaha di daerah Tasikmalaya dan Garut. Ada 1 unit yang terpasang dengan kapasitas 30 MW yang bisa digunakan untuk memasok listrik sekitar 33.000 rumah.
2019 : Awal Mula PLTP Lumut Balai, Sumatera Selatan
Setahun setelah ekspansi di Jawa, PGEO kembali lagi ke Sumatera tepatnya bagian Selatan yang terletak di Lumut Balai dan Margabayur, sekitar 108 km dari kota Baturaja. Di wilayah tersebut dibangun 1 unit PLTP yang berkapasitas 55 MW dengan estimasi pasokan listrik ke 61.000 rumah.
2023 - beyond
Tak usai dengan 13 WKP di enam wilayah Indonesia, PGEO setelah melantai di bursa mendapatkan dana jumbo yang akan digunakan untuk ekspansi perusahaan. Melansir dari presentasi perusahaan per akhir Juni 2023, pengembang energi panas bumi ini sedang mengerjakan tiga proyek untuk menambah unit PLTP.
Pertama, di Lumut Balai sedang dibangun unit kedua berkapasitas 55 MW yang diperkirakan bisa selesai akhir 2024 mendatang. Kedua, proyek unit PLTP unit ke-7 dan ke-8 di Lahendong dengan kapasitas 2 x 20 MW dengan perkirakan selesai 2027 mendatang. Terakhir, akan ada perluasan di wilayah baru yaitu Hululais di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, proyek ini mengerjakan 2 unit sekaligus dengan kapasitas total 110MW.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan : Artikel ini adalah produk journalistic berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tijdvak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbal dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)