
IPO Akseleran: Kinerja Ancur, Valuasi Mahal, Diobral ke Ritel

- Akseleran menanggung rugi bersih selama 3 tahun beruntun
- Valuasi mahal (overvalued) dengan target kapitalisasi pasar (market cap) yang terlalu besar
- Penjatahan ke ritel yang terlalu besar berpotensi membuat saham AKSL merosot sesaat setelah debut perdana di bursa
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan platform pinjaman peer to peer (P2P) lending PT Akselerasi Usaha Indonesia Tbk (AKSL) atau Akseleran Group tengah dalam proses melakukan Initial Public Offering (IPO). Namun, valuasi AKSL mahal di tengah masih meruginya perusahaan.
Mengacu pada prospektus IPO, Akseleran mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2022 sebesar Rp22,5 miliar.
Catatan tersebut memperpanjang kerugian yang dialami Akseleran setidaknya sejak 2020, sebagaimana yang bisa diakses lewat prospektus.
Pada 2021 Akseleran menanggung rugi bersih sebesar Rp30,3 miliar. Kemudian, pada 2020, ruginya berkisar di angka Rp54,7 miliar.
Adapun di awal tahun, rugi tahun berjalannya meningkat 127,25% secara year on year (yoy). Akseleran mencatatkan rugi tahun berjalan per 31 Januari 2023 sebesar Rp4,35 miliar, dari semula Rp1,91 miliar.
Di tengah catatan rugi, perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan. Tercatat, pendapatan di tahun 2020 sebesar Rp18,2 miliar. Sementara di tahun 2021 dan 2022 juga naik, dengan kenaikan masing-masing Rp39,6 miliar dan Rp71,4 miliar.
Pada 2022, pendapatan P2P lending menjadi penyumbang terbesar untuk Akseleran Group, yakni mencapai Rp57,48 miliar, diikuti pendapatan bunga Rp11,93 miliar dan pendapatan lain-lain Rp2,04 miliar.
Seiring rugi bersih yang membayangi, metrik penting yang biasa dilihat investor terkait profitabilitas perseroan macam imbal hasil aset (return on assets/ROA) dan imbal hasil ekuitas (return on equity/ROE) tercatat negatif alias tidak bisa diamati.
Dengan target raihan dana IPO Rp298,95 miliar hingga Rp358,62 miliar, Akseleran wajib segera memperbaiki bottom line (pos laba perusahaan) ke depan. Karena kalau tak kunjung berbalik ke untung, dana IPO tersebut akan tersia-sia 'terbakar' hanya untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan.
Valuasi Kemahalan
Dengan laba per saham (eanings per share/EPS) yang negatif, praktis rasio multiple price-to-earnings (PER) Akseleran tidak bisa dihitung.
Sementara, rasio harga saham dibandingkan dengan nilai buku perusahaan (price-to-book value/PBV) Akselerasi, dengan asumsi harga book building di rentang Rp100/saham dan Rp120/saham, tercatat di rentang 2,95 kali dan 3,02 kali.
Angka PBV tersebut lebih tinggi dibandingkan rerata PBV industri yang hanya 1,5 kali. Angka PBV Akseleran juga di atas rule of thumb 1 kali.
Demikian pula, rasio harga saham dibandingkan pendapatan/penjualan atau price-to-sales ratio (PSR) Akseleran terlampau tinggi, yakni 14,42 kali hingga 17,31 kali. Angka PSR ini di atas rule of thumb 1-2 kali.
Ini artinya, berdasarkan rasio-rasio di atas, valuasi saham Akseleran kemahalan alias overvalued.
Ekuitas sebelum IPO yang hanya berada di angka Rp 46 miliar, tentunya sangat timpang apabila dibandingkan dengan target market cap yang mencapai Rp1 triliun. Ini juga menjadi indikasi saham Akseleran dipatok terlalu mahal.
Apabila demikian, saham Akseleran akan rawan longsor usai melantai (listing) di bursa pada 9 Agustus mendatang.
'Obral' Penjatahan ke Investor Ritel?
Mulai 3 Juli lalu hingga 18 Juli mendatang, investor sudah diperbolehkan memesan saham AKSL dalam masa penawaran awal (book building) dengan range harga Rp100/saham-Rp120/saham.
Terpantau dari berbagai media sosial, penjatahan pasti (fixed allocation) akan diberikan kepada pada pengguna akseleran yang tentunya merupakan investor ritel. Apabila hal tersebut terjadi, yakni ketika ritel mendapatkan jatah saham yang lebih besar, harga saham AKSL berpotensi anjlok di hari pertama.
Ini karena periode menahan (hold) saham investor ritel cenderung lebih pendek dibandingkan institusi. Alhasil, tekanan jual akan membawa saham AKSL ke zona merah pada saat listing perdana.
Informasi saja, langkah IPO perseroan berpotensi menjadikan AKSL sebagai Grup Usaha yang memiliki platform marketplace lending pertama di Indonesia yang melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di BEI.
Dalam hajatan IPO, AKSL menawarkan 2,98 miliar lembar saham dalam penawaran umum perdananya. Angka ini mewakili sebanyak-banyaknya 29% dari modal ditempatkan dan disetor emiten setelah penawaran umum perdana saham.
Akseleran berpeluang meraup total dana maksimal Rp358 miliar.
Adapun dana hasil IPO AKSL ditargetkan untuk pengembangan atau ekspansi usaha perseroan, antara lain sekitar Rp36,5 miliar digunakan perseroan untuk mengakuisisi 99,99% saham perusahaan multifinance PT Pratama Interdana Finance (PIF).
Kemudian sekitar Rp200 miliar diantaranya akan disalurkan untuk penyetoran tambahan modal kepada PIF dalam bentuk ekuitas. Selebihnya akan digunakan untuk modal kerja.
Selain saham, Akseleran juga secara bersamaan menerbitkan sebanyak-banyaknya 298.849.380 Waran Seri I yang menyertai saham baru Perseroan atau sebesar 4,08% dari modal ditempatkan dan disetor penuh
Waran Seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham baru yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada Tanggal Penjatahan.
Setiap pemegang 10 saham baru perseroan berhak memperoleh 1 Waran Seri I di mana setiap 1 Waran Seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1saham baru perseroan yang dikeluarkan dalam portepel.
Profil Bisnis Akseleran
Akseleran adalah P2p lending platform di Indonesia yang menghubungkan usaha kecil menengah (UKM) yang membutuhkan pinjaman untuk mengembangkan usaha dengan kumpulan pemberi pinjaman yang memiliki dana lebih untuk mendanai pinjaman tersebut.
Akseleran juga membuka alternatif peluang pemberian pinjaman kepada masyarakat Indonesia untuk memperoleh imbal hasil yang menarik dan sepadan dengan risiko yang ada.
Sampai dengan tanggal diterbitkannya prospektus IPO, Akseleran menyediakan layanan Pinjaman yang lengkap melalui platform Akseleran untuk mendukung UMKM dalam mengembangkan usahanya serta membantu masyarakat yang membutuhkan Pinjaman.
Adapun 98,9% dari jumlah pinjaman yang telah tersalurkan sampai dengan 31 Desember 2022 merupakan pinjaman usaha produktif, sedangkan sisanya sebesar 1,1% merupakan Pinjaman konsumtif.
Fasilitas pinjaman yang disediakan oleh Akseleran adalah sebagai berikut:
1. Pinjaman Usaha Produktif
- Invoice dan/atau PO Financing (tagihan invoice/PO sebagai underlying
- Pinjaman Barang Dagang (Inventory Financing)
- Pinjaman Belanja Modal
- Pinjaman Online Merchant
2. Pinjaman Konsumtif
- Pinjaman Karyawan
Saat ini Akseleran memiliki lebih dari 200 ribu Pemberi Pinjaman individual/retail terdaftar.
Selain itu, Akseleran juga memiliki komitmen penyaluran Pinjaman dari institusi keuangan yang berjumlah lebih dari Rp500 miliar.
Propek Bisnis Akseleran
Mengutip prospektus IPO, menurut data statistik bulanan Otoritas Jasa Keuangan, per Desember 2022, outstanding pinjaman P2P Lending tumbuh sebesar 71,09% secara tahunan menjadi Rp51,1 triliun.
Penyaluran pinjaman tumbuh sebesar 44,61% secara tahunan menjadi Rp225,55 triliun. Jumlah penerima pinjaman melalui P2P Lending tumbuh sebesar 36,25% menjadi 99.795.780 entitas. Jumlah pemberi pinjaman melalui P2P Lending tumbuh sebesar 23,47% menjadi 999.455 entitas.
Pertumbuhan yang signifikan dalam penyaluran pinjaman melalui P2P Lending di Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat semakin tertarik untuk menggunakan platform P2P Lending sebagai alternatif sumber pendanaan.
Akseleran merupakan salah satu dari pemain penyelenggara P2P Lending yang sebagian besar portofolionya adalah Pinjaman kepada sektor UMKM.
Menurut Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI), kontribusi UMKM di Indonesia adalah sebesar Rp9.581 triliun per tahun atau 60,5% dari jumlah GDP di Indonesia.
Hal ini berbanding terbalik dengan outstanding pinjaman UMKM dari perbankan yang hanya sebesar Rp1.111 triliun per tahun atau 19,7% dari jumlah outstanding pinjaman di Indonesia sebesar Rp5.634 triliun per tahun.
Dengan melihat ketimpangan proporsi pinjaman UMKM saat ini, terdapat celah Pendanaan sektor UMKM yang belum tersentuh institusi finansial di Indonesia sebesar 40,8% atau sebesar Rp2.298 triliun per tahun.
Celah pendanaan tersebut ada salah satunya dikarenakan produk pinjaman yang ditawarkan kepada UMKM kurang tepat sasaran. Produk pinjaman yang tepat sasaran diperlukan untuk mengisi celah yang lebar tersebut.
Akseleran bisa menjadi solusi untuk mengurangi celah Pendanaan UMKM dan secara langsung berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia. dengan memberikan produk pinjaman yang berfokus pada cashflow dari UMKM.
Hal ini dikarenakan pada umumnya UMKM tidak memiliki aset tanah dan bangunan, namun memiliki cashflow dari hasil usahanya.
Produk pinjaman Akseleran seperti invoice/PO financing menggunakan tagihan dari UMKM sebagai dasar pemberian pinjaman, sedangkan produk seperti inventory financing menggunakan persediaan dagang (inventory) sebagai dasar pemberian pinjaman, hal mana tidak berfokus pada ada tidaknya agunan berbentuk tanah dan bangunan.
Namun, pekerjaan rumah ke depan untuk manajemen juga terbilang menantang. Ini karena Akseleran bukanlah penyedia P2P lending terbesar di Indonesia.
Menurut data prospektus, Akseleran memiliki pangsa pasar sekitar 3,3% dari penyelenggara P2P Lending yang melayani badan usaha UMKM.
Sementara, menurut survei KIC (2022), Akseleran hanya menduduki peringkat keempat aplikasi P2P lending terfavorit, di bawah KoinWorks di peringkat pertama, Investree di posisi kedua, hingga Asetku di posisi ketiga.
Melihat penjelasan di atas, tidak ikut memesan saham IPO AKSL bisa menjadi pilihan yang baik untuk investor saat ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(RCI/RCI)