Fundamental Pundit

Sukses Lunasi Utang Jumbo, Sudah Waktunya Saham BUMI Terbang?

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
01 August 2023 17:00
Industri pertambangan merupakan dunia kerja yang identik dengan karakter maskulin dan secara alamiah pekerjanya lebih cocok untuk kaum laki-laki. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Industri pertambangan merupakan dunia kerja yang identik dengan karakter maskulin dan secara alamiah pekerjanya lebih cocok untuk kaum laki-laki. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta,CNBC Indonesia - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) merupakan perusahaan batu bara yang cukup legendaris bagi investor angkatan 2008. Pasalnya, perusahaan dengan kapasitas produksi batu bara terbesar di Indonesia ini pernah menyentuh harga tertingginya mencapai Rp8.450 per lembar (nilai pasar: Rp 160 triliun). Kabar baiknya, BUMI berhasil 'menyulap' utang obligasi, menjadi nihil.

Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengelola, merestrukturisasi, dan mengkonversi sehingga perseroan terbebas dari jeratan utang. Dengan demikian, BUMI yang sekarang jauh lebih baik dan lebih sehat keuangannya dibanding dekade-dekade sebelumnya. 

Potensi ini memperkuat peluang saham BUMI rebound seiring harga batu bara kembali meningkat akibat potensi pemangkasan suku bunga ke depan yang akan memacu perekonomian global.

Perbaikan kinerja terlihat dari utang BUMI saat ini yang terendah sejak 2008. Salah satu strategi BUMI terbebas dari  utang dengan berbagai aksi korporasi perusahaan. Alhasil, BUMI yang sekarang berhasil memperoleh berbagai aset yang dibelinya dulu dengan utang yang telah lunas. 

Keseluruhan utang BUMI menurun menjadi Rp 22 triliun, dibanding puncaknya Rp 89,9 triliun. Strategi BUMI dalam menghadapi permasalahan tersebut melalui penambahan modal dan mengkonversi utang tersebut menjadi saham.

  • 2010: Penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu.
  • 2014: Penawaran umum terbatas IV à menerbitkan hingga 32,19 miliar saham biasa (seri B) dengan harga Rp 250 per saham, atau sekitar Rp 8 triliun.
  • 2016: Terjerat masalah Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), diselesaikan melalui restrukturisasi utang.
  • 2017: Penerbitan saham baru (Rights Issue) di harga Rp 926,16 per saham
  • 2019: Pembayaran secara tunai Tranche A US$134,7 juta.
  • 2020: Penyelesaian Tranche A pokok dan kupon sebesar US$331,6 juta.
  • 2021: Penyelesaian Tranche A pokok dan kupon sebesar USD443,8 juta tahun 2021.
  • 2022: Penerbitan saham Seri C dengan nilai nominal Rp 50 per saham dalam rangka pelaksanaan Obligasi Wajib Konversi (OWK).

Berbagai aksi korporasi yang dilakukan BUMI menjadikannya berhasil mendapatkan berbagai aset tambahan yang didapatkan dari utang. Manajemen utang yang baik menjadikan BUMI telah terbebas dari utang berisiko yang cukup signifikan. Namun, utang tersebut dapat terbayar dengan salah satunya mengkonversi saham, sehingga saham beredar mengalami peningkatan signifikan.

Saham beredar BUMI tahun 2008 hanya 19 miliar lembar, namun jumlah saham beredar BUMI saat ini meningkat 18,5 kali lipat menjadi 371 miliar lembar.

Berdasarkan hal tersebut, harga saham BUMI tentunya sudah terdilusi signifikan. Jika disetarakan dengan jumlah saham beredar saat ini, harga saham tertinggi tahun 2008 di Rp 8.450 setara dengan Rp 435 per saham (nilai pasar: Rp 160 triliun).

Pertanyaan selanjutnya adalah "Aksi korporasi apa yang membebaskan BUMI dari utangnya?" 

Awal mula utang BUMI berasal dari nature bisnis tambang yang padat modal. Namun, hal ini tidak menghentikan BUMI dalam mengembangkan usahanya.

BUMI agresif dalam mengembangkan pertambangannya sejak 2001 dengan mengakuisisi PT Arutmin Indonesia sebesar 80%. BUMI melanjutkan dengan melakukan pembelian 100% saham Kaltim Prima Coal (KPC) tahun 2003.

Tahun 2007, BUMI mulai terlihat membutuhkan likuiditas dengan menerbitkan obligasi dan menjual 30% saham Arutmin dan KPC pada Tata Power India. Akuisisi kembali terlihat pada 2008 dengan pembelian 84% saham Herald Resources.

BUMI yang terus melakukan aktivitas akuisisi berbasis utang menyebabkan pinjamannya melonjak siginifikan. Namun, Kemampuan manajemen dalam mengelola utang ditambah siklus batu bara yang memuncak pada akhir 2022, menjadi kesempatan BUMI dalam membebaskannya dari utang.

BUMI mampu membukukan pertumbuhan laba bersih pada kuartal-I 2023 sebesar 45% secara tahunan (yoy), menjadi Rp 902 miliar. Kinerja kuartal pertama BUMI yang sangat baik didukung oleh keberhasilan perseroan dalam menekan utangnya.

Kuartal-II 2023, BUMI masih membukukan kinerja positif dengan laba bersih Rp 325 miliar di tengah penurunan harga batu bara yang saat ini berada di sekitar US$140 per ton. 

Kinerja positif BUMI disebabkan beban keuangan BUMI yang menyusut menjadi hanya Rp 100 miliar dari sebelumnya di kisaran Rp 600-850 miliar (turun 83-88%). Padahal, harga batu bara telah terkoreksi 60% lebih sejak awal tahun.

Tidak hanya itu, BUMI membukukan laba bersih tertinggi sepanjang masa (All Time High/ATH) sebesar Rp 28,5 triliun pada tahun 2022. Hal ini disebabkan oleh harga batu bara sepanjang 2022 yang memasuki fase bullish, bahkan sempat tembus US$450 per ton.

Meski harga batu bara anjlok, BUMI yang ditopang kinerja Arutmin dan Kaltim Prima Coal (KPC) masih mampu bertahan positif pada kuartal kedua ini, mengingat kalori dari tambang milikinya cukup tinggi.

Sebagai informasi, BUMI memprodusi batu bara dengan kualitas tinggi dengan jumlah yang terbesar di Indonesia. KPC dan Arutmin memiliki kalori dikisara 5.000-7.000 Kcal/kg, sedangkan secara jumlah produksi tahun 2022 KPC sebanyak 50 juta ton dan Arutmin 21,9 juta ton. Harga jual rata-rata (Average Selling Price/ASP) dari keseluruhan kinerja perseroan sebesar US$121 per ton (2022).

Per tahun 2022, total kepemilikan BUMI pada KPC sebesar 51% dan Arutmin sebesar 90% secara langsung maupun tidak langsung.

BUMI terpantau memiliki rasio-rasio keuangan yang relatif tidak sebaik kompetitornya. Hal tersebut disebabkan oleh BUMI yang memiliki bisnis lebih hulu dan hilir, sehingga secara profitabilitas cenderung lebih kecil dibanding PTBA dan ITMG yang berfokus pada penjualan batu bara.

Selain itu, BUMI dapat dikategorikan sebagai saham yang turnaround dari awalnya tertekan utang dan beban keuangan signifikan dapat berbalik arah dengan terbebas dari utang. Hal ini menjadikan valuasi saham BUMI seolah terlihat relatif lebih mahal.

Berdasarkan hal tersebut perhitungan valuasi akan lebih tepat jika membandingkan dengan ADRO yang sudah mengembangkan hulu hingga hilir. Rasio keuangan BUMI dan ADRO cukup kompetitif, sehingga faktor penentu adalah potensi pertumbuhan kinerja.

BUMI yang berpotensi turnaround memiliki peluang untuk membukukan kinerja yang cukup baik, mengingat kalorinya yang tinggi dan beban keuangannya yang semakin kecil. Sedangkan, ADRO yang sudah cukup mature bisnisnya akan cenderung stabil kinerjanya.

Prospek

Harga batu bara memang telah terkoreksi sejak awal tahun, namun seiring dengan suku bunga yang telah memuncak dan perekonomian global yang melambat akan menjadi potensi akan terjadinya pelonggaran keuangan (Quantitative Easing/QE).

Hal ini akan memicu perekonomian dan aktivitas industri akan kembali bangkit, sehingga permintaan listrik berpotensi kembali meningkat. Batu bara sebagai salah satu opsi komoditas energi utama tentunya akan kembali mengalami peningkatan permintaan.

Hal ini menjadi potensi harga batu bara kembali rebound, sehingga perusahaan sektor batu bara disinyalir akan turut kembali menguat. Hal ini sudah tercermin dari harga batu bara yang juga rebound dari terendahnya US$127 per ton dan saat ini di sekitar US$ 140 per ton.  

Layakkah Investasi?

BUMI yang telah melewati berbagai krisis, kejatuhan harga batu bara, gugatan PKPU masih tetap mampu bertahan dan menyelesaikan utang-utangnya. Bahkan, BUMI saat ini telah menyelesaikan utang-utangnya, sehingga aset yang diperoleh dari utang tersebut telah 'resmi' menjadi milik BUMI.

Hal ini berdampak positif, sehingga mendorong laba bersih BUMI dapat bertahan, akibat beban keuangan yang tertekan. Selain itu, potensi suku bunga yang akan dipangkas akan menjadi sentimen harga batu bara masih akan mengalami penguatan. Potensi ini juga dibarengi dengan potensi musim dingin mendatang yang akan terjadi pada akhir tahun. Sentimen ini yang akan menjadi potensi harga batu bara rebound, utang menyusut, dan kinerja membaik. 

Kesempatan tersebut akan menjadi potensi saham BUMI kembali memasuki fase bullish dan harga sahamnya kembali terapresiasi. Saham BUMI juga memiliki valuasi yang menarik dengan adanya potensi turnaround. Hal tersebut didukung laba bersihnya yang mencapai titik tertinggi (2022) dan utangnya yang telah jauh lebih rendah dibanding akhir 2008.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation