Macro Insight

Mereka yang Berpesta Pora dan Menangis Karena Inflasi AS

ma, CNBC Indonesia
13 July 2023 11:45
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
  • Inflasi AS melandai pada Juni bahkan berada di level terendah sejak Maret 2021
  • Inflasi AS yang melandai memberi kemungkinan untuk The Fed melonggarkan kebijakan
  • Rupiah, emas, dan saham adalah beberapa instrumen yang diuntungkan dari ekspektasi melandainya kebijakan moneter The Fed

Jakarta, CNBC Indonesia - Melandainya inflasi Amerika Serikat (AS) diharapkan akan membuat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) segera melonggarkan kebijakannya. Ekspektasi ini akan menguntungkan beberapa aset investasi seperti emas dan rupiah. Sebaliknya, investasi dolar AS menjadi kurang menarik.

Seperti diketahui, inflasi AS melandai ke 3% (year on year/yoy) pada Juni 2023, dari 4% (yoy) pada Mei.
Laju nflasi AS jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi Juni sebesar 3,1%. Laju inflasi Juni juga menjadi yang terendah sejak Maret 2021.
Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi AS melandai mencapai 0,2% dari 0,1% pada bulan Mei. Inflasi tersebut juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi akan ada di angka 0,3%.

Sementara itu, inflasi inti AS mencapai 4,8% (yoy) pada Juni 2023, dari 5,3% (yoy) pada bulan sebelumnya. Secara bulanan, inflasi inti mencapai 0,2% (mtm) pada Juni tahun ini, lebih rendah dibandingkan 0,4% pada Mei.
Inflasi inti jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi inti di angka 5% (yoy) dan 0,3% (mtm).

Dengan inflasi yang melandai maka The Fed diharapkan segera melonggarkan kebijakan moneternya. CME FedWatch Tool memperkirakan 92,4% kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25% pada bulan ini.

Pasar memang berekspektasi jika kenaikan suku bunga pada Juli tidak bisa dihindari. Namun, dengan inflasi yang melandai maka The Fed diharapkan sudah menghentikan kebijakan ketatnya pada September tahun ini.

The Fed akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 25-26 Juli 2023.
Ekspektasi bakal melonggarnya The Fed akan berdampak besar kepada perkembangan ekonomi global, termasuk gerak instrumen investasi ataupun komoditas.
Beberapa instrument investasi dan komoditas yang untung karena inflasi AS melandai:


1. Rupiah
Mata uang Garuda
menguat tajam terhadap dolar AS pada hari ini, Kamis (13/7/2023). Rupiah bahkan mampu kembali ke level Rp 14.000 setelah enam hari terbenam di kisaran Rp 15.000.

Berdasarkan data Refinitiv, Rupiah dibuka menguat tajam 0,97% ke posisi Rp 14.930/US$1 pada hari ini, Kamis (13/7/2023). Rupiah kemudian sedikit melemah keposisi Rp 14.960/US$1.Posisi tersebut lebih kuat 0,76% dibandingkan penutupan kemarin.
Penguatan rupiah hari ini memperpanjang tren positif rupiah yang sudah menguat pada dua hari perdagangan sebelumnya.

Penguatan rupiah tak bisa dilepaskan dari melandainya inflasi AS. Dengan inflasi yang melandai dan ekspektasi dovishnya The Fed maka dolar AS menjadi tidak menarik.

Investor akan menjual dolar dan mencari investasi yang lebih menarik, terutama di Emerging Market seperti Indonesia.
Investor asing pun diharapkan masuk deras ke pasar domestik dan memilih rupiah sebagai salah satu instrumennya. Rupiah pun menguat dengan sendirinya.

2. Saham

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,06% pada Kamis hari ini pukul 10:30 WIB. Bursa saham Asia juga kompak menghijau pada perdagangan hari ini. Indeks Hang Seng Hong Kong bahkan terbang 2,65%.
Pada Rabu kemarin, bursa Wall Street juga kompak menghijau.

Dengan ekspektasi The Fed akan dovish maka ketidakpastian ekonomi akan menurun. Hal ini menjadi sentimen perusahaan untuk ekspansi kembali.
Ekspektasi tersebut juga membangun harapan jika suku bunga di tingkat global akan segera turun sehingga ongkos pinjaman akan lebih ringan.
Kondisi ini tentu saja meringankan beban perusahaan yang mau ekspansi atau meminjam ke bank untuk membuka usaha baru.

Kebijakan The Fed yang bisa kembali dovish juga akan membantu ekonomi AS untuk pulih cepat. AS adalah negara dengan size ekonomi terbesar di dunia sehingga perkembangan dan aktivitas ekonominya berdampak besar ke seluruh negara.
Bila The Fed pada akhirnya dovish maka bank sentral lain bisa mengikuti langkah The Fed sehingga suku bunga di tingkat global, termasuk Indonesia bisa turun.

Saham-saham di sektor perbankan digital, teknologi, maupun properti akan sangat diuntungkan dengan suku bunga yang lebih kecil.



3. Emas
Harga emas terbang setelah inflasi AS keluar. Pada perdagangan Rabu (12/7/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.957,09 per troy ons. Harganya terbang 1,30%. Harga penutupan kemarin merupakan yang tertinggi sejak 16 Juni 2023 atau lebih dari taiga pekan lebih.
Sementara itu, kenaikan sebesar 1,30% dalam sehari adalah yang terbesar sejak 8 Juni tahun ini.

Penguatan kemarin memperpanjang tren positif emas yang menguat sejak Jumat pekan lalu. Dalam empat hari perdagangan, harga emas sudah melambung 1,67%. Laju inflasi sebesar 3% (yoy) pada Juni juga semakin mendekat kepada target The Fed yakni di kisaran 2%.

CME FedWatch Tool memperkirakan 94,2% kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25% pada bulan ini.
Pasar memang berekspektasi jika kenaikan suku bunga pada Juli tidak bisa dihindari. Namun, dengan inflasi yang melandai maka The Fed diharapkan sudah menghentikan kebijakan ketatnya pada September.

Ekspektasi pelonggaran kebijakan The Fed membuat yield atau imbal hasil surat utang pemerintah AS turun tajam.
Imbal hasil surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun jatuh ke 3,86% kemarin dari posisi sebelumnya yang berada di angka 4,01%.

Kondisi ini akan menguntungkan emas. Emas tidak menawarkan imbal hasil sehingga emas menjadi lebih menarik jika saingannya yakni surat utang AS terus melandai imbal hasilnya.

Kebijakan The Fed yang dovish juga akan membuat dolar kurang menarik sehingga emas lebih terjangkau sehingga menarik untuk dibuat investasi.
Emas Antam juga menjadi instrumen yangs anagt diuntungkan oleh data inflasi AS yang melandai. Haraga emas Antam lansung terbang Rp 11.000 menjadi Rp 1.082.000/gram pada hari ini.

3. Surat Berharga Negara
Dengan inflasi AS yang melandai dan ekspektasi The Fed melonggarkan kebijakan maka dana asing akan masuk. Salah satunya di pasar SBN sehingga SBN pun akan kembali dicari.
Harga SBN akan naik dan imbal hasilnya turun.
Imbal hasil Surat Utang negara (SUN) tenor 10 tahun suday melandai ke posisi 6,20% kemarin, dari 6,25% pada hari sebelumnya.

4. Harga komoditas

Mayoritas harga komoditas menguat tajam pada penutupan perdagangan kemarin. Harga minyak mentah brent menguat 0,89% sementara WTI melojnak 2,23%.
Harga minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) juga menguat tajam 0,95%.

Hanya harga komoditas batu bara dan gas alam yang tenggelam. 
Mayoritas harga komoditas melonjak karena ekspektasi pelonggaran suku bunga The Fed. Bila suku bunga dilonggarkan maka ekonomi AS akan pulih dengan cepat sehingga dunia akan diuntungkan.

Sementara itu, harga komoditas batu bara dan gas alam jatuh lebih karena melemahya ekonomi China dan lonjakan produksi gas serta listrik tenaga angin.

China bagaimanapun adalah konsumen terbesar batu bara sehingga perkembangan di Tiongkok lebih berpengaruh ke batu bara daripada apa yang terjadi di AS.


Sebaliknya, dolar AS menjadi instrumen investasi yang akan menderita jika The Fed mulai dovish. Investor diproyeksi akan menjual dolar dan mencari instrument investasi lain yang lebih menarik. 
Dolar AS terus melemah terhadap mata uang utama lainnya.

Indeks dolar AS yang mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang utama lainnya-euro, krona Swedia, franc Swiss, pound Inggris, dolar Kanada, yen Jepang- terjun bebas ke 100,4 pada Kamis (13/7/2023) pukul 10;48 WIB.
Posisi tersebut adalah yang terendah sejak akhir April 2022 atau awal masa pengetatan kebijakan The Fed.




CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]



(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation