
Terima Kasih Amerika! Minyak Kembali Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak melesat pada pembukaan perdagangan Kamis (13/7/2023) setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan inflasinya melandai ke 3% (year on year/yoy) pada Juni 2023, dari 4% (yoy) pada Mei.
Melandainya inflasi AS menjadi kabar gembira karena ekspektasi pasar melihat pelonggaran kebijakan moneter AS bisa menjadi kenyataan.
Harga minyak mentah WTI dibuka melesat 0,13% di posisi US$75,85 per barel, begitu juga harga minyak mentah brent dibuka menguat 0,10% ke posisi US$80,19 per barel.
Pada perdagangan Rabu (12/7/2023), minyak WTI di tutup melesat 1,23% ke posisi US$75,75 per barel, begitu juga minyak brent naik 0,89% ke posisi US$80,11 per barel.
Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada hari Kamis setelah inflasi AS dan data ekonomi memicu harapan The Federal Reserve untuk memungkinkan kenaikan suku bunga yang lebih rendah untuk ekonomi terbesar dunia tersebut.
Data AS pada hari Rabu menunjukkan harga konsumen naik moderat pada bulan Juni, mencatat kenaikan tahunan terkecil dalam lebih dari dua tahun. Pasar mengharapkan satu lagi kenaikan suku bunga, tetapi para pedagang minyak berharap itu tidak terjadi karena suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Produsen utama Arab Saudi pekan lalu berjanji untuk memperpanjang pengurangan produksi 1 juta barel per hari (bpd) pada Agustus, sementara Rusia akan memangkas ekspor sebesar 500.000 bpd.
Faktor yang dapat membatasi kenaikan harga adalah laporan Administrasi Informasi Energi AS tentang peningkatan stok minyak mentah AS yang jauh lebih besar dari perkiraan hampir 6 juta barel minggu lalu.
Persediaan bensin sebagian besar diprediksi tetap tidak berubah pada 219,5 juta barel selama liburan di bulan Juli," ucap Phil Flynn, seorang analis di grup Price Futures kepada Reuters.
Analis memperkirakan penarikan besar stok bensin karena pengemudi turun ke jalan untuk perjalanan liburan mereka.
CNBCINDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Menguat Lagi di Tengah Upaya Negara Kaya Tekan Rusia
