IPO Watch

Tertinggal Jauh Dari Kompetitornya, IPO INET Kurang Menarik

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
13 July 2023 07:56
Pekerja melakukan pengecekan jaringan di Kampus Pusat Data H2, Karawang, Jawa Barat, Kamis (22/6/2023). Kampus Pusat Data H2 menjadi salah satu pusat penyimpanan data digital karya Indonesia dengan tujuan memperkuat infrastruktur ekonomi digital Indonesia sehingga meningkatkan pertumbuhan dan kekuatan ekonomi Indonesia di dunia.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja melakukan pengecekan jaringan di Kampus Pusat Data H2, Karawang, Jawa Barat, Kamis (22/6/2023). Kampus Pusat Data H2 menjadi salah satu pusat penyimpanan data digital karya Indonesia dengan tujuan memperkuat infrastruktur ekonomi digital Indonesia sehingga meningkatkan pertumbuhan dan kekuatan ekonomi Indonesia di dunia.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

1. Harga IPO yang ditawarkan PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) terbilang overvalued alias mahal dengan PBV 3,48-3,49.
2. ROE dan ROA INET cukup rendah di bawah 1% sehingga dalam mengelola modal dan aset dalam menghasilkan laba bersih belum maksimal.
3. Bisnis segmen B2B, INET telah mengukuhkan posisinya sebagai penyedia layanan terpercaya dalam collocation, local loop access, internet super cepat, data center, dan network manage service.

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor teknologi akan kedatangan satu emiten pendatang baru. PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) akan melaksanakan Initial Public Offering (IPO) dengan harga penawaran awal Rp100-Rp101. Penawaran awal telah dimulai 26 Juni 2023 hingga 5 Juli 2023. Penawaran umum akan dilaksanakan pada 13 Juli hingga 17 Juli 2023. Penjatahan efek sendiri dijadwalkan pada 17 Juli 2023, sedangkan distribusi saham akan dilaksanakan 18 Juli 2023 dan akan listing pada Rabu 19 Juli 2023.

Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 15 juta lot atau dana yang diraih berkisar Rp150 miliar hingga Rp151,5 miliar dengan market cap sebesar Rp750 miliar hingga Rp757,5 miliar.

Harga IPO yang ditawarkan PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) terbilang overvalued alias mahal dengan PBV 3,48-3,49. Selain itu dalam mengelola modal dan asetnya dalam menghasilkan laba bersih INET belum cukup maksimal.

Lalu untuk apa saja penggunaan dana IPO INET?

Penggunaan dana IPO

a) Rp 90miliar akan digunakan Perseroan untuk melakukan setoran modal kepada Entitas anak yaitu PFI, kemudian akan digunakan oleh PFI untuk:
- Rp 60miliar akan digunakan oleh PFI untuk belanja modal (Capital Expenditure/Capex) berupa pengembangan jaringan kabel Fiber Optic di area Jabodetabek.
- Rp 30miliar akan digunakan oleh PFI sebagai modal kerja (Operational Expenditure/Opex) antara lain namun tidak terbatas pada pembelian bandwith internet, pembayaran gaji karyawan dan uang jaminan (deposit) sewa Fiber Optic di area Pulau Jawa.
b) Rp 30miliar akan digunakan Perseroan untuk melakukan setoran modal kepada Entitas anak yaitu DPS, dan kemudian akan digunakan oleh DPS sebagai modal kerja (Operational Expenditure/Opex) antara lain namun tidak terbatas pada pembelian bandwith internet, biaya pemasaran, pembayaran gaji karyawan dan pembelian persediaan kabel serta material lain guna mendukung kegiatan usaha DPS.
c) dan sisanya akan digunakan untuk modal kerja (Operational Expenditure/Opex) Perseroan antara lain namun tidak terbatas pada pembelian bandwith internet, biaya pemasaran, pembayaran gaji karyawan dan pembelian persediaan kabel serta material lain guna mendukung kegiatan usaha Perseroan.

Penggunaan Dana Waran

Penggunaan Waran Seri I Perseroan akan digunakan oleh Perseroan untuk modal kerja (Operational Expenditure/Opex) Perseroan antara lain namun tidak terbatas pada pembelian bandwith internet, biaya pemasaran, pembayaran gaji karyawan dan pembelian persediaan kabel serta material lain guna mendukung kegiatan usaha Perseroan.

Selain penggunaan dana IPO, para calon investor harus melihat kinerja keuangan hingga prospek bisnis sebagai penilaian apakah IPO INET layak untuk di beli atau tidak.

Kinerja Keuangan

Laba bersih periode berjalan INET naik sebesar 28% menjadi Rp515juta pada kuartal I 2023 (laporan tidak diaudit) dibandingkan kuartal I 2022 (laporan tidak diaudit) sebesar Rp401,4juta.

Kenaikan laba bersih berasal dari peningkatan pendapatan pada kurtal I 2023 (laporan tidak diaudit) menjadi Rp6,5 miliar dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp4,5 miliar. Namun sayangnya jika melihat marginnya justru turun pada kuartal I 2023 menjadi 27,59% dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 28,43%. Hal ini menandakan bahwa peningkatan pendapatan tidak diimbangi dengan kenaikan beban pokok pendapatan, sehingga bebannya bertambah lebih banyak dibandingkan pendapatan yang menyebabkan tergerusnya margin.

Rasio Keuangan

Harga yang ditawarkan INET sangat overvalued alias mahal dimana PBV dengan 3 kali. Harga saham IPO INET ditawarkan dengan Rp100-Rp101 sedangkan harga kewajarannya atau Book Value (BV) Rp28,76-Rp28,96.

Margin yang dihasilkan INET berada di angka yang tidak buruk di 27,59%. Angka ini adalah selisih keuntungan dari pendapatan dengan beban pokok pendapatan.

Dalam menghasilkan laba bersih INET masih kurang maksimal dengan Net Profit Margin (NPM) di bawah 10%.

Return On Equity (ROE) INET berada di angka yang sangat kecil 0,78%. Sehingga dalam mengelola modal terhadap laba bersihnya kurang efisien.

Return On Asset (ROA) INET juga berada di angka yang sangat kecil 0,72%. Sehingga dalam mengelola aset terhadap laba bersihnya kurang efisien.

Debt to Equity Ratio (DER) berada di angka yang sangat sehat di 9,55%. Hal ini berarti total modal jauh lebih besar dibandingkan total hutangnya. Berdasarkan laporan keuangan yang tidak diaudit per 31 Maret 2023 total modal INET sebesar Rp65,7 miliar sedangkan total hutangnya sebesar Rp6,2 miliar. Sehingga dalam membayar kewajiban terhadap modalnya cukup baik.

Secara likuiditas atau Current Ratio INET berada di angka yang sehat di 127,71%. Dengan Current Ratio di atas 100% berarti perusahaan aman untuk membayar kewajiban lancarnya dengan menggunakan aset lancarnya. Dan jika rasionya kurang dari satu itu berarti perusahaan bisa kesulitan membayar utangnya tepat waktu kepada kreditor.

Kompetitor

Dalam menghasilkan laba bersih INET belum semaksimal dengan para kompetitornya. Net Profit Margin INET masih jauh dibandingkan dengan para kompetitornya TLKM, DCII dan EDGE.

Dapat dilihat pula dalam mengelola modal terhadap laba bersih atau Return On Equity (ROE) INET juga masih belum efisien, sehingga masih tertinggal jauh dari para kompetitornya, begitu juga dengan Return On Asset (ROA) yang masih di bawah 1%.

Bisnis

a) Kegiatan usaha utama:
- Jasa Jual Kembali Jasa Telekomunikasi
- Internet Service Provider

b) Kegiatan Usaha Penunjang:
- Aktivitas Telekomunikasi dengan Kabel
- Jasa Sistem Komunikasi Data
- Jasa Interkoneksi Internet (NAP)
- Aktivitas Teknologi Informasi dan Jasa Komputer Lainnya
- Aktivitas Perusahaan Holding

Perseroan juga bergerak di perusahaan holding yang memiliki dua entitas anak dengan kepemilikan langsung.

Prospek Bisnis

Dengan bisnis segmen B2B yang kuat, INET telah mengukuhkan posisinya sebagai penyedia layanan terpercaya dalam collocation, local loop access, internet super cepat, data center, dan network manage service.

INET memiliki jaringan fiber optic yang mencakup 3.500 KM di Pulau Jawa, dengan jangkauan hingga 590 kota dan lebih dari 600 gedung. INET memiliki potensi pasar yang luas dengan populasi mencapai 140 juta orang. INET juga telah menjalin kerjasama dengan berbagai pelanggan B2B ternama, seperti Moratelindo, MNC Vision Network, MyRepublic, Linknet, Angkasa Pura, dan banyak ratusan ISP local lainnya. Dengan keahlian INET dalam menghadirkan koneksi internet yang super cepat telah membuatnya menjadi mitra pilihan bagi perusahaan-perusahaan tersebut.

Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 78,19% pada 2023 atau menembus 215,6 juta jiwa dari total populasi yang sebesar 275,7 juta jiwa.

Tingkat penetrasi internet Indonesia pada tahun ini mengalami peningkatan sebesar 1,17%. Dimana jumlah pengguna internet tahun 2022 sebesar 210 juta jiwa dan tahun 2023 sudah mencapai 215 juta jiwa. Pengguna di dominasi oleh gender pria, yang dimana pria menggunakan internet sebanyak 51,19% sedangkan wanita sebesar 48,81%.

Peningkatan penetrasi ini masih didorong oleh penggunaan internet yang kian jadi kebutuhan masyarakat, khususnya semenjak pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Meski pemerintah tidak lagi memberlakukan PPKM, hingga saat ini masih banyak perusahaan yang tetap memberlakukan sistem kerja WFH (Work from Home) sehingga tren bekerja online masih tetap berjalan.

Layak beli atau tidak?

Mahalnya harga IPO yang INET tawarkan dimana calon investor harus membayar tiga kali lebih mahal. Selain itu INET belum mampu memaksimalkan laba sehingga tertinggal jauh oleh para kompetitornya. Sehingga IPO INET saat ini belum layak untuk di koleksi.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation