CNBC Indonesia Fund

ULTJ: Ultrajaya Milk Industry

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
12 July 2023 06:38
Ilustrasi anak minum susu (Freepik)
Foto: Ilustrasi anak minum susu (Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen susu nasional nampaknya masih memiliki peluang cerah pasalnya kebutuhan yang tinggi hingga kini belum mampu diimbangi dengan produksi dalam negeri.

Melansir data riset Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga 2020 produksi susu segar dalam negeri hanya mampu memenuhi 22% dari kebutuhan nasional, sehingga sisanya 78% berasal dari impor.

Sementara konsumsi susu meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah populasi, kesejahteraan masyarakat, ekonomi, dll. Mengutip dari data Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian kebutuhan susu pada 2022 mencapai 4,4 juta ton, jumlah ini naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,3 juta ton.

Bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, China, dan lainnya seperti yang terlihat pada grafiik di bawah ini, penjualan produk dairy per kapita (termasuk susu) Indonesia masih jauh tertinggal.

Encompasses Milk Formula, Drinking Milk Products, Yoghurt and Sour Milk, and Condensed and Evaporated Milk.Foto: World Bank, Euromonitor. (Company Presentation, CMRY) 
Encompasses Milk Formula, Drinking Milk Products, Yoghurt and Sour Milk, and Condensed and Evaporated Milk.

Kendati begitu, penjualan produk dairy per kapita di Indonesia sudah memasuki fase pertumbuhan atau developing yang berarti tidak menutup kemungkinan bahwa ke depan penjualan masih akan terus meningkat.

Salah satu emiten produsen susu, PT Ultrajaya Milk Industry Tbk (ULTJ) terbilang cukup merajai di industri atau bisa disebut market leader dengan pangsa pasar mencapai 36% untuk produk susu cair ultra high temperature (UHT).

Pangsa pasar yang besar juga ditopang jaringan distribusi yang luas di seluruh Indonesia, hingga kini ULTJ mengoperasikan 22 kantor penjualan dengan 65.000 titik penjualan di Jawa, sementara di luar Jawa sebanyak 63 distributor.

Emiten Ultra Jaya juga masuk ke dalam kategori saham syariah karena usahanya yang resmi bersertifikat halal dan tingkat utang yang sehat , tercatat hingga kuartal I-2023 secara annualized debt equity ratio (DER) hanya berada di 21,33%. Ini menunjukkan modal yang kuat dan nilainya lebih tinggi dari kewajiban perusahaan 

Penjualan ultra jaya sejak lima tahun terakhir juga terpantau dalam tren naik, hanya pada 2020 yang terpantau turun tipis 4,1% yoy karena efek pandemi Covid-19. Kendati begitu, tren naik penjualan menunjukkan bisnis ultra jaya sudah kembali pulih. 

Sebagai informasi, untuk data penjualan terbaru pada kuartal I-2023 ULTJ mencatatkan penjualan sebesar Rp2,23 triliun, naik 21,63% secara tahunan (yoy). Penjualan didominasi pasar lokal dimana untuk segmen minuman mencapai Rp2,45 triliun dan makanan sebanyak Rp26,83 miliar. Sementara pasar ekspor untuk minuman tercatat Rp3,5 miliar dan makanan sebesar Rp741 juta.

Prospek Ekspansi Pengembangan Gudang

Pangsa pasar yang besar dibarengi kondisi industri yang mendukung tentu menjadi peluang bagi ULTJ dalam aktivitas bisnisnya. Dalam menyokong hal tersebut tahun ini Ultra Jaya menyiapkan capital expenditure (capex) senilai US$ 40 triliun.

Penggunaan dana tersebut juga digunakan untuk melanjutkan ekspansi pengembangan dua gudang dan biaya perawatan mesin-mesin. Terkhusus gudang baru yang saat ini sedang digarap berlokasi di Kawasan MM2100 Cikarang, Jawa Barat dan ditargetkan rampung pada kuartal I-2024.

Gudang baru tersebut harapannya bisa meningkatkan kapasitas penyimpanan produk dan memberikan efisiensi dari sisi mengurangi biaya sewa gedung dan biaya pengiriman karena lokasi yang lebih dekat. Peningkatan kapasitas tersebut tentunya akan berbanding seimbang dengan potensi penjualan yang bisa naik ke depan.

Valuasinya oke?

Menilai dari valuasi relatif berdasarkan metrik price to earning ratio (PER), ULTJ terbilang masih cukup murah karena dihargai dengan PER sebesar 15,89 kali, paling rendah dibandingkan kompetitornya seperti CMRY, CAMP, dan DMND. 

Menghitung dari emiten dairy di atas dihasilkan rata-rata PER sebesar 20,62 kali, nilai ini bisa digunakan sebagai acuan harga wajar ULTJ atau sebesar Rp2535/saham. Dengan begitu, dibandingkan harga per akhir Juni di sekitar Rp1955/saham ULTJ masih terdiskon sekitar 22,96%. Potensial upside tersebut membuat saham dairy dengan merk Ultra Jaya ini layak dikoleksi hingga mendekati harga wajarnya. 

Penguatan harga saham mendekati harga akan diikuti dengan naiknya valuasi yang diharapkan bisa sejalan kinerja bottom line yang tumbuh positif berkat ekspansi dan efisiensi perusahaan yang didorong perbaikan kondisi ekonomi dan demand masyarakat yang meningkat. 

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation