
Jokowi Benar Cari Uang Semakin Susah, Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Penerimaan Bea Keluar (BK) pada Mei tahun ini jatuh sejalan dengan anjloknya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Turunnya penerimaan BK ini juga menunjukkan harga komoditas Indonesia yang terus melemah semakin menggerus penerimaan negara.
Kondisi tersebut seperti ungkapan Presiden Joko Widodo yang menyatakan jika mencari uang dan penerimaan negara akan semakin susah.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, penerimaan BK pada Mei 2023 tercatat Rp 1,04 triliun. Nilai tersebut turun 3,28% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm) dan jeblok 22,16% (year on year/yoy.
Penerimaan BK anjlok karena rendahnya menurunnya sumbangan kelompok CPO dan turunannya. Penerimaan BK dari kelompok tersebut hanya Rp 1,01 triliun pada Mei 2023. Nilai tersebut turun 3,9% (mtm) tetapi sebenarnya sudah jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
![]() Penerimaan BK |
BK produk kelapa sawit pada Mei 2023 sudah meloncat 36,8% dibandingkan Mei tahun lalu. Penerimaan BK CPO dan produk turunannya tak bisa dilepaskan dari melandainya harga komoditas tersebut.
Harga referensi CPO untuk periode Mei 2023 ditetapkan sebesar US$ 893/ton sementara untuk Mei sebesar US$ 1.657/ton. Harga referensi CPO April seesar US$ 933/ton.
Secara volume, ekspor produk kelapa sawit sebenarnya naik menjadi 2,66 juta ton pada Mei tahun ini, dari 2,46 juta ton pada April.
Impor Mei tahun lalu tercatat hanya 1,08 juta ton. Artinya, jatuhnya BK lebih terpengaruh oleh jatuhnya harga.
Penerimaan BK dari kelompok CPO dan turunnya dibagi ke dalam tiga kategori yaitu bungkil dan kernel, CPO, dan turunan CPO. Penerimaan BK dari kelompok turunan CPO menjadi penyumbang terbesar dengan nilai mencapai Rp 751,56 miliar.
Penerimaan negara dari BK mineral hanya tercatat Rp 0,05 miliar atau jeblok 100% dibandingkan tahun lalu.
BK dari mineral lebih dari 90% disumbang oleh tembaga karena nikel dan tembaga sudah tidak ada catatan ekspornya.
Secara akumulatif, penerimaan BK pada Januari-Mei tahun ini tercatat Rp 5,15 triliun. Nilai tersebut jatuh 67,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
BK dari produk kelapa sawit ambruk 64,13% menjadi Rp 4,43 triliun sementara BK dari mineral anjlok 82,1% menjadi Rp 610,3 miliar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)