
Harga Gula Meroket! Negara Ini Bakal Ketiban Untung

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan bahwa harga gula industri atau rafinasi kenaikannya akan berpotensi lebih tinggi dari harga gula konsumsi.
Untuk diketahui, gula rafinasi merupakan gula yang dipergunakan sebagai bahan baku proses produksi di industri makanan dan minuman
Dalam catatan CNBC Indonesia, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menyebut harga gula rafinasi mengalami kenaikan menjadi 26 sen per pound, dari yang sebelumnya di angka 18 sen per pound. Dia mengatakan, kenaikan yang cukup besar tersebut akan berpotensi menimbulkan masalah.
Untuk diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tebu di dunia. Posisinya ada di bawah Australia dengan total produksi mencapai 28,9 juta ton pada 2021 menurut data Foood and Agriculture (FAO).
Tebu merupakan salah satu tanaman terpenting dunia. Hasil olahan tebulah yang pada akhirnya menjadi gula dan masuk dalam sembilan bahan pokok alias sembako di Indonesia. Maka jika terjadi masalah harga sembako juga bakal terganggu.
Berdasarkan data di atas, memang produksi tebu di Indonesia masih kalah jauh dari Brasil yang menempati posisi pertama. Tercatat, Brasil menghasilkan tebu mencapai 757,1 juta ton.
Posisi kedua yaitu India dengan menghasilkan tebu sebesar 370,5 juta ton. Diikuti oleh Tiongkok dan Pakistan dengan produksi berturut-turut 108,1 juta ton dan 81 juta ton.
Untuk diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor gula. Berdasarkan data BPS, impor gula Indonesia mencapai 5,45 juta ton pada 2021. India, Australia, dan Thailand merupakan tiga negara teratas dengan total impor masing-masing 1,94 juta ton, 1,33 juta ton, dan 1,03 juta ton.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) memperkirakan target impor gula tahun ini sebesar 900 ribu ton tidak akan terpenuhi. Bahkan, realisasinya kemungkinan tidak akan mencapai 30% dari target tersebut.
Hal ini disebabkan harga gula internasional yang melonjak tinggi.Lebih parahnya lagi, tahun depan negara-negara pengekspor gula diperkirakan belum tentu akan mengirimkan gulanya untuk Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa.
"Kayaknya (penugasan impor tahun ini) 900 ribu ton gak sampai 30%, karena harga melonjak tinggi. (Ditambah) tahun depan belum tentu India akan mengekspor, Thailand belum tentu, apalagi Brazil," tuturnya dalam Musyawarah Kerja Nasional 2023 GAPGINDO dalam catatan CNBC Indonesia.
Untuk itu, pihaknya tengah mendorong para pelaku usaha agar dapat memenuhi realisasi impor, serta peningkatan produksi di dalam negeri. Apabila pelaku usaha mampu meningkatkan produksinya, kata dia, maka importasi gula pun bisa diturunkan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)