Market Insight

RI Unggul dari AS, Asing Berpotensi Masuk ke IHSG Lagi!

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
30 May 2023 14:55
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Perekonomian Indonesia mampu bertumbuh signifikan dibanding Amerika Serikat (AS).
  • Dengan kinerja PDB yang lebih baik dibanding AS, performa IHSG malah terkoreksi.
  • Tingginya suku bunga Indonesia menjadi potensi keputusan bank sentral merelaksasi suku bunga lebih awal.

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) sebagai pusat perekonomian global sedang diterpa ketidakpastian terjadinya resesi. Di sisi lain, perekonomian Indonesia mampu tetap bertumbuh 5% akibat ditopang oleh konsumsi masyarakat.

Perekonomian Indonesia, yang relatif lebih baik menjadi potensi pelaku pasar global melihat peluang investasi di pasar Indonesia.

Peluang investasi di Indonesia didukung oleh pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang cukup tinggi serta kemampuan bertahan dari krisis perbankan global. Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung melemah, di tengah pertumbuhan PDB mengindikasikan adanya potensi diskon.

Di sisi lain, perekonomian global sedang terancam, Jerman telah sah memasuki resesi di kuartal pertama 2023 ini, PDB-nya mengalami kontraksi -0,3%, sementara pada kuartal sebelumnya -0,5%.

Asal muasal permasalahan ekonomi disebabkan oleh kebijakan kebijakan peningkatan likuiditas (Quantitative Easing/QE) untuk memperlancar perekonomian akibat pandemi.

Hal ini memicu tingginya inflasi, sehingga bank sentral agresif menaikkan suku bunganya. Tingginya suku bunga menjadi sumber permasalahan. Sehingga, buntut permasalahan ini diantaranya pertumbuhan ekonomi melambat hingga kegagalan perbankan.

Di sisi lain, Indonesia sebagai negara berkembang diperkirakan mampu bertahan dari resesi ke depan. Hal ini ditunjukkan dari pertumbuhan PDB yang masih tinggi dan prospeknya di kuartal-kuartal selanjutnya.

Meskipun Bank Indonesia (BI) menetapkan suku bunga tinggi, PDB Indonesia tetap mampu bertumbuh 5,03% secara tahunan (yoy) pada kuartal I 2023, sedangkan PDB AS hanya bertumbuh 1,6%.

Selain itu, Trading Economics menyatakan proyeksi pertumbuhan PDB AS kuartal kedua, ketiga, dan keempat ini sebesar 1,2%, 0,6%, dan 0,3%. Rendahnya nilai tersebut dapat menjadi indikator potensi terjadinya pertumbuhan negatif PDB, mengingat terdapat selisih antara perkiraan dan data aktual.

Sebagai informasi, resesi merupakan gambaran perekonomian memburuk. Hal tersebut ditandai dengan pertumbuhan negatif PDB dua kuartal berturut-turut, sehingga kinerja perusahaan menurun yang berpotensi meningkatkan pengangguran.

Salah satu faktor PDB Indonesia mampu bertumbuh kencang di tengah kenaikan suku bunga disebabkan kontribusi PDB terbesar ditopang sektor konsumsi yang berkontribusi mencapai 52,88%. Hal ini mengindikasikan Indonesia tetap mampu meningkatkan pertumbuhan PDB di tengah suku bunga tinggi.

Di tengah pertumbuhan PDB Indonesia, IHSG malah terkoreksi

Pergerakan IHSG sejak akhir kuartal-III 2022 mengalami pelemahan 6%, sedangkan S&P 500 malah menguat 7%. Melansir laporan Lazard Asset Management, kelas aset di negara berkembang sedang terdiskon disebabkan investor asing banyak melakukan penarikan modal.

Padahal, secara kinerja menunjukkan produktivitas keuangan yang baik dengan ditunjukkan melalui rasio-rasionya. Pertumbuhan laba di perkirakan akan terus bertumbuh di pasar negara berkembang, khususnya Asia.

Performa saham yang tertinggal oleh kinerja riil perusahaan berpotensi adanya kenaikan harga saham untuk mengejar selisih tersebut. Pemantik utama potensi bullish bursa Indonesia dan negara berkembang lainnya adalah pengumuman penurunan suku bunga acuan yang lebih awal.

BI bisa turunkan suku bunga lebih cepat

BI konsisten menetapkan suku bunga acuan yang lebih tinggi dibanding AS. Padahal, tingkat pertumbuhan inflasi AS yang lebih tinggi dibanding Indonesia membuat waktu pemulihan AS lebih lama dibanding Indonesia.

Suku bunga yang lebih tinggi merupakan upaya mengendalikan inflasi, akibat jumlah uang beredar yang terus berkurang. Sehingga, Indonesia berpotensi akan lebih cepat menurunkan suku bunganya.

Dengan suku bunga yang lebih rendah, perekonomian akan segera pulih. Melansir Lazard Asset Management, beberapa negara yang telah menetapkan kebijakan suku bunga agresif akan segera menurunkan suku bunganya pada pertengahan tahun 2023.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Indonesia memiliki peluang yang menarik dibanding pasar global. Pertumbuhan PDB tinggi yang tidak diapresiasi pasar dan potensi relaksasi suku bunga lebih awal menjadi sentimen positif IHSG akan bullish.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation