Market Insight

Jepang & India Penyelamat Batubara, Ini Emiten yang Cuan!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
26 May 2023 14:40
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Commodity deflation tahun ini masih terus berlanjut membuat salah satu harta karun RI, emas hitam alias batubara mengalami pelemahan harga. Penurunan harga komoditas batubara ICE Europe Newcastle Coal Futures selama setahun terakhir hingga perdagangan Kamis (25/5/2023) sudah melemah -63,94% menjadi US$ 140,50/ton.

Terjadinya commodity deflation tahun ini lebih kepada permintaan yang turun secara normal karena musim dingin yang sudah usai. Akan tetapi, ada faktor makro lain yang menyebabkan harga turun yakni tekanan risiko resesi yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Selain itu, China yang sedang dalam proses pemulihan ekonominya pasca melonggarkan kebijakan Covid-19 akhirnya sudah mulai kembali lagi produksi batubara secara mandiri. Hal ini bisa menyebabkan potensi permintaan dari China berkurang, padahal negara tirai bambu ini merupakan importir komoditas terbesar Indonesia, termasuk batubara.

Rusia juga dikabarkan akan memproduksi lebih banyak batubara untuk diekspor ke China, mengingat negara tersebut memberikan insentif dengan memangkas tarif impor hingga nol persen yang membuat biaya untuk ekspor akan lebih murah.

Hubungan bilateral China dan Australia juga dikabarkan sudah mulai membaik dengan keputusan China yang menyudahi larangan impor batubara Australia. Walaupun begitu, perbedaan kalori dan jenis batubara antara Indonesia dan negara kanguru tersebut cukup menjadi pembeda dan memiliki keuntungan kompetitif masing-masing, sehingga harusnya tidak akan terlalu memberikan dampak signifikan.

Sentimen dari negara tersebut memang masih menjadi pemberat laju harga batubara di tahun ini, akan tetapi ada kabar baik datang dari Jepang dan India yang potensi menjadi penyelamat ekspor batubara RI.

Kabar baik untuk batubara datang dari kedua negara tersebut pasca pertemuan kelompok negara G-7 karena gagal dalam mencapai kesepakatan untuk menentukan langkah tegas dalam mengurangi energi fosil, walaupun sebagian besar anggota menginginkan penggunaan energi fosil segera dihapus.

Namun, Jepang menilai langkah tersebut kurang adil karena hingga saat ini penggunaan energi fosil masih diperlukan, negeri sakura ini menjadi negara yang paling menentang penghapusan penggunaan batubara. Hal ini menjadi satu katalis positif bagi batubara karena permintaan dari Jepang masih akan tetap ada.

India juga menyatakan akan menaikkan impor batubara tahun ini karena kebutuhan listrik yang diperkirakan mencapai puncak pada Juni mendatang hingga menembus 229 giga watt (GW), naik dibandingkan Juni tahun sebelumnya sebesar 215 GW.

Kebutuhan listrik yang tinggi di tengah gelombang panas di India membuat permintaan batubara RI potensi meningkat untuk diekspor kesana. Beberapa emiten batubara RI juga akan diuntungkan dengan potensi permintaan yang akan naik dari Jepang dan India.

Salah satu yang mendapat keuntungan ada PT Bayan Resources Tbk (BYAN), diketahui hingga kuartal pertama 2023 emiten ini telah melakukan ekspor ke Asia Timur (Jepang, China, Korea, dan Taiwan) meningkat 96,51% secara tahunan (YoY) menjadi US$ 349,83 juta. Sedangkan untuk ekspor BYAN ke Asia Selatan (India, Bangladesh, dan Pakistan) meningkat dari US$ 91,72 juta menjadi US$ 118,14 juta.

Emiten lainnya ada PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang ekspor ke Jepang sebanyak US$ 249,91 juta, meningkat dibandingkan tiga bulan pertama 2022 sebesar US$ 130,81 juta. Sementara untuk ekspor ke India tercatat ada penurunan dari US$ 202,44 juta menjadi US$ 185,27 juta.

Selanjutnya ada emiten PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) diketahui ekspor ke Jepang sebanyak US$ 169,18 juta, naik dibandingkan kuartal pertama 2022 sebesar US$ 130,27 juta. Untuk ke Asia Tenggara, ADRO ada ekspor ke India dan Pakistan sebesar US$ 219,30 juta di tiga bulan pertama 2023, naik 24,45% secara tahunan.

Kemudian ada PT Bukit Asam Tbk (PTBA), emiten BUMN batubara yang juga mencatatkan ekspor ke India sebanyak Rp2,07 triliun hingga akhir Maret 2023, naik 46,01% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation