Generasi Muda China Banyak yang Nganggur, Xi Jinping Pusing

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
17 May 2023 14:15
Pejalan kaki berjalan melewati layar raksasa yang menyiarkan laporan berita tentang latihan militer Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) di sekitar Taiwan, di Beijing, China, Kamis (4/8/2022). (REUTERS/Thomas Peter)
Foto: Pejalan kaki berjalan melewati layar raksasa yang menyiarkan laporan berita tentang latihan militer Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) di sekitar Taiwan, di Beijing, China, Kamis (4/8/2022). (REUTERS/Thomas Peter)
  • Jumlah pengangguran generasi muda di China meningkat tajam
  • Perlambatan ekonomi ikut membuat pengangguran meningkat
  • Persoalan pengangguran generasi muda China diperkirakan masih akan bertahan lama

Jakarta, CNBC Indonesia - China melaporkan angka kinerja industri dan penjualan ritel yang mengecewakan pada April 2023, ditambah dengan tingkat pengangguran generasi muda yang mencapai rekor tertinggi.

Data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional menunjukkan pertumbuhan output industri sebesar 5,6% (year on year/yoy) pada April, meningkat dari 3,9% pada bulan Maret.

Namun, angka tersebut jauh di bawah ekspektasi analis yakni pertumbuhan 10,9% yang terekam dalam jajak pendapat Reuters. Meski begitu, ini merupakan laju pertumbuhan tercepat sejak September 2022.

Sementara itu, penjualan ritel melonjak 18,4% (yoy), naik tajam dari 10,6% pada Maret 2023.

 

Namun, para analis sebenarnya mengharapkan pertumbuhan sebesar 21% untuk ritel.

Indikator ekonomi China lainnya yang menjadi perhatian adalah tingkat pengangguran generasi muda mereka yang mencapai rekor tertinggi sebesar 20,4% pada April, naik dari 19,6% pada Maret. Jumlah tersebut setara dengan 11 juta orang.

Lonjakan pengangguran generasi muda ini menurut Zhiwei Zhang, ekonom utama di Pinpoint Asset Management, sebagai tanda yang "mengkhawatirkan".

Lonjakan pengangguran muda ini bisa semakin meningkat mengingat China kemungkinan akan melahirkan 11,58 juta angkatan kerja baru pada tahun ini.


Secara keseluruhan, tingkat pengangguran China sebenarnya menurun menjadi 5,2% pada April 2023, dibandingkan 5,3% pada bulan sebelumnya.

Namun, pengangguran generasi muda China justru terus meningkat karena besarnya pekerja di usia produktif mereka. Adanya "mismatch" antara kebutuhan dan skill yang tersedia juga menjadi persoalan lainnya.

Pemerintah sebenarnya telah mengambil sejumlah langkah untuk menekan pengangguran generasi muda China.

Di antaranya adalah dengan memberikan stimulus kepada perusahaan serta mengirim pemuda ke desa.

China meminta perusahaan-perusahaan untuk merekrut sebanyak mungkin lulusan baru. Sebagai imbalannya, pemerintah memberikan banyak stimulus untuk menggerakkan dunia usaha.


Langkah "luar biasa" lainnya adalah dengan menggerakkan pemuda untuk bekerja di pedesaan.  
Presiden Xi Jinping pada Desember 2022 meminta generasi muda China untuk "merevitalisasi" wilayah pedesaan.

Provinsi Guangdong telah mengirim sekitar 300.000 pekerja dari generasi muda untuk bekerja di pedesaan hingga 2025.

Himbauan Jinping memunculkan kontroversi karena "turun ke desa" membuat banyak pemuda China mendapatkan pekerjaan tidak sesuai skill mereka,

Namun banyak yang mendukung Jinping dan meminta generasi muda untuk tidak pilih-pilih dalam mendapatkan pekerjaan.

Dengan mesin penggerak ekonomi baik domestik maupun ekspor yang tidak stabil, pembuat kebijakan harus berupaya untuk memperkuat pemulihan China yang kurang memuaskan pasca pelonggaran kebijakan Covid-19.

Sementara perusahaan-perusahaan khawatir dengan keuangan mereka, tingkat perekrutan juga rendah.

Bruce Pang, ekonom utama di Jones Lang Lasalle, mengatakan "data yang lebih lemah dari yang diperkirakan menunjukkan seberapa sulitnya menjaga mesin pertumbuhan tetap berjalan setelah ekonomi hidup kembali," tutur Lasalle, dikutip dari Wall Street Journal.

Kepala ekonom Nomura, Ting Lu, mengambil pandangan yang lebih pesimistis.

"Ketika kekecewaan datang, kami melihat risiko penurunan spiral meningkat, yang mengakibatkan data aktivitas yang lebih lemah, peningkatan pengangguran, deflasi yang persisten, penurunan suku bunga pasar dan pelemahan nilai tukar" ujar Ting Lu, dikutip dari Wall Street Journal.

Dia menambahkan meskipun pertumbuhan tahun-ke-tahun di kuartal kedua China masih terlihat tinggi berkat basis yang rendah tetapi pertumbuhan sekuensial dapat mengalami penurunan yang signifikan.

Kabinet China pada akhir April mengumumkan rencana untuk meningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan perdagangan karena demi memenuhi target pertumbuhan 5% pada 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation