
Harga Emas Sentuh Rekor, Faktor Ini Menjadi Pemicunya

Kebijakan ketat The Fed adalah kartu mati bagi emas sepanjang setahun terakhir.
Emas babak belur karena The Fed terus menaikkan suku bunga. Sang logam mulia bahkan pernah terkapar di level US$ 1.600 pada akhir September lalu setelah Chairman The Fed Jerome Powell menegaskan The Fed akan tetap menaikkan suku meski ekonomi AS akan sakit.
Namun, The Fed mulai melunak sejalan dengan melandainya inflasi AS serta melambatnya ekonomi mereka.
Inflasi AS sudah melandai ke 5% (year on year/yoy) pada Maret 2023, turun jauh bila dibandingkan inflasi tertingginya dalam setahun terakhir yakni 9,1% (yoy) pada Juni 2022.
"Dalam menentukan sejauh mana pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2% dari waktu ke waktu. Komite akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambanan yang mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi kebijakan moneter, serta ekonomi dan perkembangan keuangan," kata The Fed, dikutip dari CNBC International.
Analis pasar dari OANDA, Edward Moya, memperkirakan kenaikan pada Meu kemungkinan akan menjadi yang terakhir dalam siklus ini.
"Pengetatan kredit akan melumpuhkan ekonomi dan tampaknya selama ini pasar mengalami badai yang berubah-ubah mulai dari data tenaga kerja dan inflasi yang lebih panas dari perkiraan. The Fed akan mempertahankan suku bunga setidaknya sampai akhir tahun ini," tutur Moya, dikutip dari CNBC International.
2. Krisis perbankan AS
Krisis perbankan AS belum berlalu bahkan memakan korban baru yakni First Republic Bank.
Senin dini hari (1/5/2023), krisis perbankan resmi memakan korban baru dengan regulator AS menyita First Republic Bank dan mencapai kesepakatan untuk menjual sebagian besar operasinya kepada JPMorgan Chase, bank terbesar di AS.
Salah satu Bank Terbesar di dunia JPMorgan Chase dikabarkan muncul sebagai pemenang lelang atas akuisisi First Republic Bank, yang baru-baru ini ditimpa krisis.
Sebelumnya, tiga bank juga kolaps yakni Silicon Valley Bank, Signature Bank, dan Silvergate Bank.
Apa yang menimpa bank-bank AS tentu saja membuat investor mempertanyakan stabilitas lembaga keuangan regional yang lebih kecil.
Kolapsnya bank-bank AS ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran pasar dan ketidakpastian. Kondisi tersebut juga bisa membawa ekonomi AS ke jurang resesi.
Faktor ini menguntungkan emas. Logam mulia merupakan aset aman yang akan diburu investor saat terjadi ketidakpastian.
Emas memiliki risiko lebih kecil dibandingkan instrument investasi lain seperti saham. Saat bursa Wall Street ambruk seperti kemarin, emas justru melambung karena menjadi pilihan investor.
3. Krisis plafon utang pemerintah AS
Pemerintahan Presiden Joe Biden tengah terancam gagal bayar utang. Kondisi ini bisa memicu kekacauan ekonomi serta fiskal di AS dan di seluruh dunia.
Menteri Keuangan Janet Yellen pada Senin (1/5/2023) memperingatkan pemerintah mungkin tidak dapat membayar semua tagihannya secara penuh dan tepat waktu paling cepat 1 Juni mendatang. Meski begitu, perkiraannya masih tidak pasti.
AS sebelumnya mencapai batas utang US$ 31,4 triliun (Rp 462.113 triliun) pada Januari. Departemen Keuangan telah menggunakan uang tunai dan "tindakan luar biasa" untuk memenuhi kewajiban sejak saat itu.
Biden dan Partai Republik saat ini mungkin hanya memiliki waktu sebulan untuk mencegah AS gagal membayar utangnya.
Ada banyak dampak buruk jika default terjadi, terutama ke sektor tenaga kerja. Moody;s memperkirakan jika default berlangsung selama sekitar satu minggu, maka hampir 1 juta pekerjaan akan hilang, termasuk di sektor keuangan, yang akan terpukul keras oleh penurunan pasar saham.
Menurut Moody's, tingkat pengangguran akan melonjak menjadi sekitar 5% dan ekonomi akan berkontraksi hampir setengah persen.
Tetapi jika kebuntuan berlanjut selama enam minggu, maka lebih dari 7 juta pekerjaan akan hilang, tingkat pengangguran akan melonjak di atas 8% dan ekonomi akan turun lebih dari 4%. Efeknya masih akan terasa satu dekade dari sekarang.
Emas bisa semakin diburu di tengah kondisi ketidakpastan utang plafon AS ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)