CNBC Insight

Mitos Gerhana Matahari hingga Ritual Pengorbanan Manusia!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 April 2023 17:50
Gerhana matahari di Jakarta, Indonesia, Kamis, 20 April 2023. (AFP via Getty Images/BAY ISMOYO)
Foto: (AFP via Getty Images/BAY ISMOYO)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena gerhana matahari hibrida terjadi pada Kamis (20/4/2023) dan bisa dilihat hampir di semua wilayah Indonesia.

Gerhana matahari merupakan fenomena alam yang biasa terjadi. Berdasarkan penjelasan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), gerhana terjadi saat matahari, bulan, dan bumi berada dalam posisi segaris sehingga membuat matahari tertutup oleh bulan.

Sedangkan, gerhana matahari hibrida adalah gerhana matahari yang memiliki dua macam gerhana berbeda dalam satu waktu secara berurutan. Hal ini terjadi dimulai dengan gerhana matahari cincin, lanjut berubah menjadi gerhana matahari total, hingga berakhir dengan gerhana matahari cincin kembali.

Karena merupakan fenomena alam yang biasa, tentunya sudah terjadi sejak dulu, bahkan mungkin sejak sistem tata surya mulai terbentuk.

Banyak mitos pun beredar mengenai gerhana pada zaman kuno. Mitos ini pun berbeda-beda di setiap peradaban atau kebudayaan, mayoritas memandang gerhana matahari sebagai pertanda buruk.

Bangsa Yunani kuno sudah bisa memprediksi waktu terjadinya gerhana lebih dari 2.200 tahun yang lalu.

Melansir LiveScience, perangkat itu disebut mekanisme Antikythera, sebab ditemukan oleh para penyelam di pulau Antikythera pada 1901. Perangkat tersebut mampu melakukan berbagai macam perhitungan, dan bisa melacak pergerakan matahari, bulan, dan lima planet.

Bahkan, pada jurnal yang dipublikasikan PLOS ONE pada 2014 lalu, para peneliti menyebut mekanisme Antikythera tidak hanya bisa memprediksi kapan terjadinya gerhana, tetapi juga mengungkapkan karakteristik gerhana.

Bangsa Yunani kuno mengartikan gerhana matahari sebagai pertanda dewa akan menjatuhkan hukuman kepada raja. Sehingga beberapa hari sebelum gerhana terjadi, posisi raja akan digantikan oleh seorang tahanan atau petani, sehingga sang raja selamat dari hukuman.

Mitos lain mengenai gerhana matahari tersebar di berbagai wilayah di dunia. Di China misalnya, gerhana terjadi karena seekor naga yang memakan matahari.

Beberapa mitos makhluk pemakan matahari pun ada di beberapa negara. Di Vietnam, yang memakan matahari adalah katak raksasa, kemudian di Amerika ada beruang, Yugoslavia ada manusia serigala, dalam mitologi Hindu disebutkan raksasa Rahu.

Pada banyak budaya tersebut, diyakini makhluk-makhluk pemakan matahari tersebut bisa diusir dengan menciptakan suara-suara sekeras mungkin dengan berbagai alat.

Namun, pada beberapa kebudayaan gerhana matahari bisa berarti ritual pengorbanan manusia. Di suku Aztec misalnya, mereka percaya ketika gerhana terjadi gerhana terjadi pada tanggal 4 Ollin dalam kalender mereka, yang disertai dengan gempa bumi maka itu pertanda sebagai akhir dunia.

Guna mencegah hal tersebut, setiap tanggal 4 Ollin yang jatuh 260 hari suku Aztec melakukan ritual pengorbanan manusia untuk menguatkan matahari dan mencegah terjadinya gerhana. 

"Gerhana matahari adalah masalah serius bagi suku Aztec yang menyembah matahari, mereka memiliki cara yang mengerikan untuk mencegah terjadinya gerhana," kata Susan Milbrath, kurator seni dan arkeologi Amerika Latin di Museum Sejarah Alam Florida, sebagaimana dilansir Washington Post, Agustus 2017 lalu.

Selain itu, melansir Washington Post, biarawan asal Spanyol yang datang ke Aztec pada abad ke 16 menggambarkan suku Aztec melakukan ritual pengorbanan tahanan dan "pria berambut pirang dan berwajah putih" saat gerhana matahari, sebab mereka khawatir matahari tidak akan pernah kembali dan monster pemakan manusia akan dilepaskan ke bumi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation