
Perbankan RI Masih Tangguh, Tapi Sampai Kapan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Perbankan Indonesia diyakini masih tangguh di tengah gempuran kekhawatiran mengenai krisis perbankan global.
Dunia digemparkan oleh tumbangnya tiga bank Amerika Serikat (AS) pad Maret lalu, yakni Silvergate Bank, Signature Bank, dan Silicon Valley Bank (SVB).
Dengan cepat, krisis perbankan menjalar ke Eropa setelah bank demi bank dilaporkan bermasalah, seperti Credit Suisse.
Krisis perbankan AS dan risiko besar dari perbankan global diperkirakan belum berdampak pada perbankan di Indonesia.
Perbankan Tanah Air masih mengalami pertumbuhan positif, didukung oleh likuiditas yang memadai, permodalan yang kuat, dan peningkatan kualitas aset.
Bank Mandiri dalam laporannya Banking Industry Updates menjelaskan pertumbuhan laba perbankan domestik didorong oleh peningkatan kredit sebesar 9,93% (year on year/yoy) pada Maret 2023.
Pertumbuhan turun jika dibanding secara Februari 2023 yang tercatat 10,64%.
Pertumbuhan dana pihak ketiga memang mengalami perlambatan dari bulan sebelumnya 8,18% (yoy) pada februari 2203 menjadi 7% pada Maret.
Kondisi likuidisi perbankan meskipun mengalami pengetatan tetapi masih aman. Liquidity ratio (LDR) mengalami lonjakan dari 79,8% pada Februari 2023 meningkat menjadi 80,5% pada Maret 2023.
Kapitalisasi perbankan tetap mengalami penguatan pada Maret.
Capital adequacy ratio (CAR) atau total kapital yang mampu menutupi kerugian bank berada pada nilai 26,02% pada Maret 2023 dibandingkan 23,43% pada Februari 2023.
Pinjaman pada sektor bisnis produktif utamanya didorong oleh bisnis pertambangan yang tumbuh 45,5% (yoy).
Sementara itu, kredit didominasi oleh sektor kredit kendaraan yang mengalami peningkatan 14,89% (yoy) kemudian diikuti dengan peralatan rumah tangga yang bertumbuh sebesar 10,29%.
Kualitas kredit pada Februari 2023 masih di di zona aman dengan non performing loan (NPL) atau persentase kredit macet masih stabil berada di 2,58%.
Persentase NPL terbesar disebabkan oleh sektor perikanan yang mencapai 7,1%, sektor akomodasi dan penyedia makanan sebesar 5,5%, sektor manufaktur 4,1%.
Penyebab sektor perikanan memiliki rasio gagal bayar utang disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu.
Rasio likuiditas atau loan to deposit ratio (LDR) masih terkendali cukup tinggi senilai 79,80%. Rasio aset likuid dibanding dana pihak ketiga juga masih cukup tinggi, mencapai 29,09%.
Data Bank Mandiri juga menunjukkan suku bunga deposito dengan mata uang rupiah terus mengalami penguatan. Peningkatan ini terutama terjadi setelah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan.
Bunga deposito bertenor 1 bulan naik 203,8 bos menjadi 2,88%, 3 bulan naik 231,2 bps menjadi 3,08%, 6 bulan naik 216,7 bps menjadi 2,92%.
Peningkatan suku bunga berdampak pada jumlah deposito mata uang asing yang ditaruh di Indonesia. Jumlahnya naik 25,9% (yoy) hingga mencapai Rp 1.255 triliun.
Namun, kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan perbankan Tanah Air tetap perlu waspada.
"Bank tetap harus berhati-hati, mengimpllementasikan manajemen risiko secara baik dan mengelola likuiditas dengan baik di tengah ketidakpastian seperti saat ini," tutur Andry.
Secara keseluruhan tahun 2023, Bank Mandiri memperkirakan kredit perbankan Indonesia diperkirakan tumbuh 10,1( yoy) sementara deposito tumbuh 8,4% (yoy).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)