
Cuan Dagang RI Diramal Makin Tipis, Efek Lebaran?

- Neraca perdagangan RI diperkirakan masih mencatat surplus pada Maret meskipun angkanya mengecil
- Surplus mengecil karena ekspor melemah sementara impor meningkat
- Harga komoditas yang melandai membebani ekspor Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus neraca perdagangan diperkirakan mengecil pada Maret 2023. Surplus menyusut karena melandainya ekspor serta di sisi lain impor meningkat menjelang Lebaran.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2023 sebesar US$ 4,19 miliar.
Surplus tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Februari 2023 yang mencapai US$ 5,48 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 35 bulan beruntun.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor masih akan terkontraksi 7,4% (year on year/yoy) sementara impor turun 9,5%.
Sebagai catatan, nilai ekspor Februari 2023 naik 4,51% (yoy) sementara impor turun 4,32% (yoy).
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Maret 2023 pada Senin (17/4/2023).
Ekspor Indonesia diproyeksi terkontraksi karena harga komoditas yang turun serta melemahnya permintaan global.
Berdasarkan catatan Refinitiv, rata-rata harga batu bara pada Maret di kisaran US$ 187,23 per ton. Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada Maret di kisaran US$ 207,57 per ton atau Januari 2023 yang ada di angka US$ 317,27 per ton.
Rata-rata harga minyak sawit mentah pada Maret tercatat MYR 3.935,74 per ton, lebih rendah dibandingkan Februari yang tercatat MYR 4.039 per ton.
Batu bara dan minyak sawit mentah menyumbang nilai ekspor sekitar 30% sehingga permintaan akan komoditas tersebut akan berdampak besar kepada ekspor Indonesia secara keseluruhan.
Kendati secara harga melemah, ekspor batu bara diproyeksi akan melejit secara volume pada Maret.
India dan China, dua negara tujuan utama ekspor batu bara Indonesia- mencatatkan kenaikan impor batu bara yang sangat signifikan pada Maret.
Impor batu bara China pada Maret 2023 tercatat 41,17 juta ton. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak Januari 2020 atau lebih dari dua tahun.
Impor melesat 151% dibandingkan Maret 2022.
Data BPS menunjukkan pertumbuhan ekspor terus menurun. Secara bulanan, ekspor bahkan sudah terkontraksi selama enam bulan beruntun.
Selain karena melemahnya harga komoditas, ekspor juga melemah karena belum kuatnya permintaan global.
Kendati ekspor terus melambat, neraca perdagangan masih membukukan surplus cukup besar karena impor juga terus turun.
Secara bulanan, impor sudah terkontraksi selama dua bulan beruntun, yakni pada Januari dan Februari 2023.
Impor diharapkan naik pada Maret karena momen menjelang Lebaran, terutama untuk impor konsumsi.
Secara historis, impor biasanya naik cukup tajam menjelang Bulan Puasa atau selama Puasa karena produsen akan meningkatkan produksi untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama Ramadan.
Namun, impor justru turun baik bulanan dan tahunan pada Februari tahun ini. Impor diharapkan naik pada Maret sejalan meningkatnya permintaan dari dalam negeri.
Untuk periode Maret 2023, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 51,9. PMI menguat tipis dibandingkan pada Februari 2023 yang tercatat di 51,2.
Indeks sebesar 51,9 adalah yang tertinggi sejak September 2022 atau enam bulan terakhir. PMI manufaktur Indonesia menguat ditopang oleh kenaikan produksi serta membaiknya aktivitas pembelian.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)
