Newsletter

Amerika Hadapi Ujian Berat, Waspada RI Ikut Gojang-ganjing!

Tri Putra, CNBC Indonesia
10 April 2023 06:00
IHSG
Foto: Pexels/Anna Nekrashevich

Para pelaku pasar akan menyimak beberapa sentimen utama yang akan menggerakkan pasar pekan ini.

Pertama, investor masih cenderung mencermati data-data penting dari ekonomi AS terutama data tenaga kerja yang baru rilis.

Sikap investor cenderung wait and see setelah sebelumnya tanda-tanda perekonomian AS merosot semakin terlihat. Institute for Supply Management (ISM) melaporkan kontraksi sektor manufaktur semakin dalam pada Maret.

Purchasing Managers' Index (PMI) dilaporkan sebesar 46,3, sudah mengalami kontraksi (di bawah 50) selama 5 bulan beruntun dan berada di level terendah sejak Mei 2020.

Namun, dengan pasar tenaga kerja yang masih kuat dan inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) yang sulit turun membuat pasar kembali memprediksi bank sentral AS (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga pada Mei.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa sentimen The Fed masih menjadi momok mengerikan bagi pasar finansial Tanah Air.

Ketegangan antara suku bunga dan harga saham akan tetap terjadi pekan depan, karena investor terus mencerna indikasi sikap The Fed yang cenderung masih hawkish hingga beberapa bulan ke depan.

Selain itu, ada ekonomi dua raksasa dunia yang juga merupakan partner dagang utama RI, China dan Amerika Serikat.

Dari AS di awal pekan ini, Senin (10/4/2023), akan ada rilis data ekonomi penting terkait data ekspektasi inflasi konsumen.

Pada hari berikutnya kita juga akan disuguhkan dengan pidato pejabat The Fed yang akan memberikan sinyal terkait suku bunga.

Pekan ini fokus utama pelaku pasar adalah data inflasi AS yang bakal dirilis pada Rabu (12/4/2023). Ini tentunya menjadi indikator utama bagaimana The Fed akan mengambil langkah ke depannya.

Untuk diketahui, inflasi AS naik pada Februari 2023. Indeks harga konsumen (CPI) meningkat 0,4% pada Februari, menempatkan tingkat inflasi tahunan sebesar 6%. Laporan tersebut persis sejalan dengan perkiraan Dow Jones.

Tidak termasuk harga makanan dan energi, CPI inti juga naik 0,5% pada Februari dan 5,5% dalam basis 12 bulan. Laporan bulanan tersebut sedikit di atas perkiraan 0,4%, tetapi tingkat tahunan sesuai dengan prediksi.

Bagi The Fed, CPI bulanan yang mengukur harga sekeranjang barang dan jasa, telah menjadi titik data utama dalam keputusannya untuk menaikkan suku bunga selama setahun terakhir.

Sejak Maret tahun lalu, suku bunga naik dari nol menjadi 4,5% menjadi 4,75%, level tertinggi sejak 2007.

Kick off musim laporan keuangan kuartal I 2023 akan dimulai di AS, dengan nama-nama seperti Delta Airlines, dan raksasa perbankan JPMorgan Chase, Citigroup hingga Wells Fargo. Nama-nama ini akan ikut mempengaruhi suasana Wall Street pekan ini.

Sementara, dari Negeri Tirai Bambu China pekan depan kita akan disuguhkan dengan data inflasi dan indeks harga produsen (PPI). Tak kalah penting, pekan ini investor fokus mengamati rilis data neraca perdagangan terkait ekspor-impor China.

Ini akan memberikan gambaran bagaimana ekonomi China bangkit pasca tertekan akibat Covid-19 beberapa waktu belakangan.

Dari dalam negeri, tentunya ada sejumlah data ekonomi penting yang patut dinantikan pelaku pasar, di antaranya akan ada rilis data cadangan devisa (cadev) per Maret pada Senin (10/4), indeks keyakinan konsumen pada Selasa (11/4), penjualan retail Rabu (12).

Untuk data cadev, misalnya, ekonom memproyeksikan akan naik menjadi US$141 miliar, dari bulan sebelumnya US$140,3 miliar.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular