
Kekuatan 'Firaun' Luntur, Mata Uang Mesir Hancur Lebur

Komite Kebijakan Moneter menekankan bahwa memenuhi kebijakan moneter ketat merupakan syarat yang diperlukan untuk mencapai target inflasi bank sentral Mesir (ECB) selanjutnya sebesar 7 pada rata-rata kuartal keempat tahun 2024.
Namun, Soussa dari Goldman ragu bahwa tindakan ini akan menghasilkan pelonggaran yang substansial.
"Kami berpikir kenaikan ini terlalu kecil untuk memicu aliran modal yang signifikan, dan oleh karena itu tidak mungkin untuk mengurangi tekanan pada pound atau mengatasi masalah kelangkaan valuta asing yang dihadapi ekonomi," katanya dalam catatan terpisah pada tanggal 31 Maret.
"Inflasi tampaknya akan terus meningkat di Mesir dalam beberapa bulan mendatang," tulis Simon Ballard dari First Abu Dhabi Bank, dikutip dari CNBC Indonesia.
Ballard, dalam laporan penelitiannya yang terpisah, melakukan revisi ke bawah terhadap pertumbuhan ekonomi Mesir untuk tahun fiskal 2022/2023 dari 5,7% menjadi 4,75%.
Mengingat defisit perdagangan negara dan cadangan internasional yang menurun sejak tahun 2020, Ballard menambahkan bahwa investor harus siap menghadapi "pelemahan mata uang yang lebih sedikit".
Dia juga menambahkan bahwa ia mengharapkan bank sentral akan "memprioritaskan pertumbuhan ekonomi daripada mempertahankan pound" selama tahun ini.
Angus Blair, CEO dari Signet Institute, mengatakan bahwa Mesir perlu "benar-benar bergerak dengan cepat untuk melakukan perubahan."
"Kita perlu melihat kebijakan yang lebih berhati-hati dan memperhatikan di mana modal digunakan untuk proyek-proyek infrastruktur tertentu," katanya.
"Saya pikir seharusnya lebih diperhatikan untuk memprioritaskan dimana belanja pemerintah seharusnya... Ada pasar internal yang sangat tidak efisien yang harus diperhatikan oleh pemerintah," tambahnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)