Macro Insight

Fenomena Buang Dolar di Mana-Mana, Malapetaka Ancam Amerika

mae, CNBC Indonesia
05 April 2023 16:25
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS).
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Posisi dolar AS sebagai 'penguasa global' jelas akan banyak menguntungkan Negara Paman Sam. Sebaliknya, AS akan menghadapi banyak persoalan jika dolar AS semakin banyak ditinggalkan.

Namun, AS juga akan menghadapi persoalan besar jika mata uang Greenback melemah. 

Dolar merana, AS makin mahal bayar ongkos terbitkan obligasi

 Dengan memiliki "king dolar", Amerika Serikat tentu saja memiliki banyak keuntungan.

Di antaranya adalah pemerintah AS bisa menjual surat utang lebih dengan ongkos lebih murah mengingat banyak yang mencari aset berdenominasi dolar.

Dengan meningkatnya permintaan maka secara otomatis harga surat utang pemerintah AS (US Treasury) naik dan yield pun bisa lebih kecil.

Sebagai catatan, outstanding utang pemerintah AS saat ini berkisar di  US$ 31,5 triliun.

 "Sangat sulit bersaing dengan dolar AS jika sebuah negara tidak memiliki pasar surat utang sebesar US treasury," tutur Brad W. Setser, analis dari Council on Foreign Relation (CFR) dalam tulisannya The Dollar: The World's Currency. 

Persoalan muncul jika dolar makin ditinggalkan banyak negara, AS harus membayar lebih mahal dalam menerbitkan surat utang.

Pasalnya, aset denominasi dolar AS menjadi kurang menarik sehingga AS harus menawarkan yield yang lebih tinggi sehingga bunga utang yang harus dibayar lebih mahal. 

Status super power AS terancam jika dolar AS ditinggalkan 

Sekitar 80% dari perdagangan dunia menggunakan dolar AS sebagai alat transaksi. 

Besarnya peran dolar dalam perdagangan internasional membuat AS semakin perkasa dalam memberikan sanksi perdagangan ke negara lain.
AS kerap memang memberikan sanksi kepada negara atau lembaga lain dalam bentuk larangan menggunakan mata uang Greenback sebagai alat pembayaran.

Sanksi tersebut pernah disampaikan Iran dan Kuba.

Pada 2015, BNP Paribas diberikan sanksi senilai US$ 9 miliar karena melanggar sanksi AS dengan melakukan transaksi dengan dolar AS dari Kuba, Iran, dan Sudan.

Dampak sanksi penggunaan dolar AS sebagai alat pembayaran kurang efektif jika dolar AS tidak perkasa.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular