CNBC Indonesia Research

Selain Lasminingrat, 7 Wanita RI Pernah Hiasi Google Doodle

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
29 March 2023 12:45
Lasminingrat
Foto: Google
  • Google Doodle hari ini memperlihatkan ilustrasi perempuan yang memakai baju adat Sunda yang tentunya menarik perhatian di jagad media hari ini.
  • Bukan tanpa alasan Google Doodle merupakan perubahan logo Google yang asyik, mengejutkan untuk merayakan peristiwa penting atau memperingati kehidupan para seniman, pelopor, dan ilmuwan terkenal.
  • Ternyata, selain Raden Ayu Lasminingrat ada beberapa tokoh perempuan di Indonesia yang juga pernah menghiasi Google Doodle. Siapa saja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Raden Ayu Lasminingrat perempuan asal Tanah Sunda ilustrasinya menghiasi Google Doodle hari ini, Rabu (29/3/2023). Nama perempuan ini ramai sekali diperbincangkan dan menghiasi jagad media hari ini. ternyata RA Lasminingrat tak sendiri, ada tokoh-tokoh perempuan hebat yang juga pernah menghiasi Google Doodle.

Bukan tanpa alasan, Google Doodle merupakan perubahan logo Google yang asyik, mengejutkan untuk merayakan peristiwa penting atau memperingati kehidupan para seniman, pelopor, dan ilmuwan terkenal.

Melansir dari Google.com pada tahun 1998, bahkan sebelum perusahaan ini didirikan, konsep orat-oret lahir saat pendiri Google, Larry dan Sergey, bermain-main dengan logo perusahaan untuk menandakan kehadiran mereka di festival Burning Man di gurun pasir Navada.

Mereka meletakkan gambar orang sederhana di belakang huruf "o" kedua dalam kata Google, dan logo yang direvisi itu dimaksudkan sebagai sebuah pesan komikal bagi para pengguna Google bahwa pendirinya sedang "di luar kantor". Meskipun orat-oret pertama relatif sederhana, ide menghias logo perusahaan untuk merayakan acara penting telah dimulai sejak saat itu.

Dua tahun kemudian, pada tahun 2000, Larry dan Sergey meminta webmaster Dennis Hwang, karyawan magang pada saat itu, membuat orat-oret untuk Hari Bastille. Pengguna kami menyambut dengan sangat baik atas ditunjuknya Dennis sebagai pembuat orat-oret utama di Google dan orat-oret mulai semakin sering muncul di beranda Google.

Pada awalnya, sebagian besar orat-oret merayakan hari besar yang diketahui secara umum; kini, orat-oret mengangkat berbagai macam peristiwa dan hari jadi, mulai dari Ulang Tahun John James Audubon hingga Es Krim Sunda.

Bagi mereka, membuat orat-oret telah menjadi upaya kelompok untuk memeriahkan beranda Google dan membawa senyum ke wajah para pengguna Google di seluruh dunia.

Diketahui, Tim Google Doodle telah menciptakan lebih dari 5.000 coretan untuk halaman beranda kami di seluruh dunia. Secara rutin, sekelompok Karyawan Google berkumpul untuk bertukar pikiran dan memutuskan acara apa yang akan dirayakan dengan orat-oret.

Ide untuk orat-oret datang dari sejumlah sumber, termasuk Karyawan Google dan pengguna Google. Proses pemilihan orat-oret bertujuan untuk merayakan ulang tahun serta perayaan yang menarik dan mencerminkan kepribadian maupun kecintaan Google akan inovasi.

LasminingratFoto: Google
Lasminingrat

Benar saja, hari ini giliran perempuan Indonesia bernama Raden Ayu Lasminingrat asal Tanah Sunda tepatnya di Garut, Jawa Barat yang merupakan salah satu pejuang perempuan dari tanah Sunda yang dijuluki 'Sang Pemula'.

Jika kita geserkan kursor ke arah ilustrasi tersebut, ternyata kita menemukan jawabannya di mana hari ini merupakan peringatan ulang tahun ke-169 Lasminingrat. Ia lahir bertepatan pada 29 Maret tahun 1954.

Ia lahir dengan nama Soehara dan merupakan putri dari seorang ulama Indonesia atau dikenal juga dengan penghulu limbangan, sastrawan Sunda yakni Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria.

Ia merupakan salah seorang pejuang emansipasi perempuan pertama dari Indonesia jauh sebelum era RA Kartini. Meskipun, memang namanya tak sepopuler RA Kartini. Tapi jangan salah, perannya ternyata luar biasa dan dengan adanya ilustrasi ini kita bisa mengenang jasa-jasa yang pernah terukir hingga kini.

Diketahui, Ia melakukan pergerakan untuk kemajuan pendidikan di Tanah Air sebab Ia dikenal dengan kecerdasan yang luar biasa di bidang sastra saat itu. Sejak kecil ia dikenal sebagai siswa teladan dan punya cita-cita mulia memajukan kaum perempuan lewat pendidikan.

Hal ini terwujud, pada zaman tersebut ia merupakan satu-satunya pribumi yang bisa membaca dan menulis serta apik dalam berbahasa Belanda.

Untuk diketahui, zaman kolonial dulu hanya segelintir anak yang bisa baca tulis dan menyengam pendidikan dengan layak inipun hanya dari kalangan bangsawan atau elit masyarakat.

Sistem pendidikan masa kolonial dulu, sebenarnya tidak menguntungkan penduduk Indonesia, bahkan setelah penerapan kebijakan politik etis awal tahun 1900.

Pihak pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah bagi penduduk pribumi hanya bertujuan untuk memperoleh tenaga atau buruh yang murah. Bisa menulis dan membaca saja sudah bisa menjadi juru tulis di perusahaan koloni.

Bahkan tak jarang, ada banyak sekali pembagian kelas berdasarkan status ekonomi. Dengan ini, ada banyak sekali jenis sekolah dasar yang berkembang di Indonesia. Diantaranya adalah Sekolah Ongko Siji yang kemudian menjadi HIS (Hollandsc Inlandsche School), Sekolah Ongko Loro, ELS (Europeesche Lagere School), Sekolah Rakyat atau Volkschool, dan masih banyak lagi. Masing-masing mempunyai aturan tersendiri khususnya dalam hal penerimaan siswa.

Sekolah Ongko Siji ataupun HIS umumnya untuk anak-anak pribumi kalangan menengah ke atas seperti bangsawan, pegawai PNS atau pemerintahan, pegawai perusahaan, dan semacamnya. Ketika masih bernama Sekolah Ongko Siji lama belajarnya 5 tahun, namun kemudian menjadi 6 tahun.

Begitulah kira-kira ironisnya perjalanan pendidikan pada masa kolonial. Namun demikian, Raden Ayu Lasminingrat mampu menggapai pendidikan tinggi meskipun ujian yang dihadapinya tidaklah mudah.

Saat mengampu pendidikan ia terpaksa berpisah dengan orang tuanya untuk mengenyam pendidikan lanjutan di Sumedang. Di sana ia kemudian diasuh teman ayahnya, Levyson Norman, yang merupakan orang Belanda.

Dengan ini, pemerintah telah mengusulkan nama RA Lasminingrat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Kabar terakhir, atribusi itu belum diakui secara nasional. Kendati begitu, masyarakat Garut telah menganggap perempuan hebat ini sebagai pahlawan intelektual.

Ia wafat pada 10 April 1948 pada usia 105 tahun dan dimakamkan di belakang masjid Agung Garut berdampingan dengan makam suaminya yakni Rd Adipati Aria Wiratanudatar VII yang pernah menjabat sebagai Bupati Garut.

Selain RA Lasminingrat, Pahlawan Perempuan Ini Juga Pernah Menghiasi Google Doodle

Tidak sekali ini saja laman pencarian utama Google menampilkan gambar atau dokumen pejuang kemerdekaan dan emansipasi wanita di Tanah Air. Ternyata, ada nama lain selain RA Lasminingrat. Siapa saja nama pahlawan tersebut? Simak uraiannya.

Rasuna Said

Ilustrasi Rasuna Said diketahui sempat muncul pada 14 September 2022 dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke-112. Ia merupakan Pahlawan perempuan asal Sumatera Barat.

Dalam Google Doodle saat itu, Rasuna Said di ilustrasikan mengenakan kacamata dan kerudung yang menutupi kepalanya. Ia tampak memegang sebuah mikrofon yang menyerupai huruf 'O' pada kata Google.

Perempuan kelahiran Maninjau, Sumbar, ini dinilai Google sebagai sosok vokal yang berpengaruh pada isu-isu sosial, terutama hak-hak perempuan. Sosok gurus ekaligus jurnalisinijugamerupakanperempuan kesembilan yang menerima gelar kehormatan pahlawan nasional selain RA Kartini dan Raden Dewi Sartika.

RA Kartini

Ilustrasi RA Kartini juga pernah menghiasi Google Doodle. Siapa yang tak mengenalnya di Tanah Air. Ia dikenal sebagai 'Puteri Indonesia yang harum namanya'. Diketahui, Ia merupakan putri dari seorang Priyayi di Tanah Jawa.

Namun lahir di masa kekuasaan Belanda di Indonesia. Hal ini menyebabkan ketertarikan Si Kartini muda akan dua kebudayaan. Yakni budaya tradisional Jawa, serta gagasan-gagasan ala barat beserta literaturnya.

Sayangnya, seperti kebanyakan wanita Jawa lain ketika masa itu, Kartini muda tak bersekolah lagi di umur 12 tahun.

Meski demikian, berbagai macam buku dan literatur masih tetap dilahapnya, membuat dirinya punya pemikiran dan pandangan akan posisi wanita di masyarakat. Khususnya, tentu di kebudayaan Jawa yang masih berada dalam kekuasaan Belanda.

Semangat inilah yang selalu dikenang masyarakat Indonesia sebagai semangat emansipasi wanita.

Ellya Khadam

Nama Ellya Khadam juga pernah muncul menghiasi Google Doodles pada 23 Oktober 2021 untuk memperingati ulang tahunnya yang ke-93 tahun.

Saat itu, Doodle Ellya Khadam yang tampil di halaman awal Google hari ini dibuat oleh seniman Fatchurofi Muhammad asal Semarang. Terlihat ilustrasi Ellya Khadam bernuasa merah jambu sambil memegang microphone serta dikelilingi oleh alat musik.

Ellya Khadam adalah salah satu pelopor musik dangdut di Indonesia. Ia terkenal dengan lagu Boneka dari India merupakan karya fenomenalnya yang hingga kini masih terus didengarkan.

Perempuan dengan nama Siti Alya Husnah itu lahir di Jakarta pada 23 Oktober 1928. Masa remaja Ellya Khadam dekat dengan musik pop Malaysia, Deli.

Selain dikenal dengan nama panggungnya Ellya Khadam, ia juga dikenal dengan nama lain yaitu Ellya Agus dan Ellya M. Haris. Beberapa lagu pop Melayu dan dangdut yang dibawakannya membuat nama Ellya Khadam semakin dikenal di dunia hiburan Indonesia.

Ibu Soed

Saat itu, Ibu Soed juga turut dirayakan hari ulang tahunnya yang ke-109 Saridjah Niung melalui melalui Google Doodle pada 26 Maret 2017. Orang banyak mengenalnya dengan nama Ibu Soed. Panggilan Ibu Soed sendiri didapatkan saat ia menjadi istri dari Raden Bintang Soedidjo.

Perempuan kelahiran Sukabumi, 26 Maret 1908 ini meninggal pada 1993, di usia 85 tahun. Ibu Soed dikenal sebagai seorang pemusik, guru musik, pencipta lagu anak-anak, juga seorang seniman batik Indonesia.

Sebagai pencipta lagu anak, hasil karyanya begitu terkenal di pendidikan taman kanak-kanak di Tanah Air. Ibu Soed sendiri mempelajari musik biola dari ayah angkatnya yakni Prof. Dr. Mr. J.F. Kramer.

Selain mencipta lagu, Ibu Soed juga mengajar anak-anak bernyanyi dalam Bahasa Indonesia. Bukan hanya lagu, Ibu Soed pernah menulis naskah sandiwara dan mementaskannya. Mengutip dari Wikipedia, perempuan yang aktif dalam pergerakan nasional ini juga pernah menjadi sasaran aksi penggeledahan pasukan Belanda pada 1945.

Lantaran kemahirannya bermain biola, Ibu Soed turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama W.R Supratman saat lagu itu pertama kalinya dikumandangkan di acara Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Ibu Soed juga mendapatkan penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari pemerintah Indonesia dan MURI.

Maria Walanda Meramis

Ilustrasi Maria Walanda Meramis juga pernah menghiasi Google Doodle pada esidi 1 Desember 2018. Maria Walanda Maramis ternyata adalah sosok pahlawan nasional dari Indonesia, tepatnya dari Sulawesi Utara.

Nama lahirnya adalah Maria Josephine Catherine Maramis. Ia lahir diKema,Sulawesi Utara,1 Desember1872. Ia meninggal dunia di Maumbi, Sulawesi Uttara, 22 April 1924 pada usia 51 tahun.

Ia merupakan pahlawan Nasional karena perjuangannya membawa keadaan wanita Indonesia pada awal abad ke-20.

Di Sulawesi Utara sendiri, setiap 1 Desember masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis yang dinilai sebagai sang pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi wanita di ranah politik dan pendidikan.

Roehana Koeddoes

Google Doodle pada edisi 8 November 2021 menampakan ilustrasi seorang perempuan yang mengenakan kerudung khas Sumatera. Ternyata, perempuan tersebut adalah Roehana Koeddoes atau dikenal dengan Ruhana Kuddus yang juga merupakan salah satu pejuang wanita Indonesia.

Meskipun namanya tak begitu dikenal seperti pahlawan Indonesia lain seperti RA Kartini namun Roehana Koeddoes juga termasuk pahlawan Indonesia. Ia merupakan seorang jurnalis perempuan pertama Indonesia yang menjadi simbol kesetaraan gender dan kebebasan berekspresi.

Pada 8 November 2019 Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Roehana Koeddoes atau Ruhana Kuddus berdasarkan keputusan Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.

Dewi Sartika

Nama Dewi Sartika juga turut menghiasi laman pertama Google pada esidi 4 Desember 2016 untuk merayakan ulang tahun Dewi Sartika yang ke-132. Saat itu, di papan tulis tersebut juga terpatri tulisan 'Google' yang ditulis dengan kapur berwarna putih.

Ia merupakan perintis pendidikan untuk kaum perempuan. Demi menjalankan misinya agar wanita Indonesia juga bisa sekolah, ia pun mendirikan sekolah perempuan pertama bernama "Sakola Istri' di Bandung pada 1904 silam. Tak hanya di Bandung, sekolah yang telah mengubah nama menjadi 'Sakola Keutamaan Istri' itu pun tersebar ke seluruh kota dan kabupaten di Jawa Barat.

Tak hanya sekali, sekolah yang dibangun oleh Dewi Sartika pada 1929 atau tepatnya saat usia sekolah tersebut sudah 25 tahun, sekolah berganti nama lagi. Untuk mengenang nama Dewi Sartika, sekolah tersebut mengganti nama menjadi 'Sakola Raden Dewi'.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(aum/aum)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation