Fundamental Pundit
Sembako Mahal, Masa Depan Ramayana (RALS) Makin Suram!

- Tingkat pengangguran Indonesia masih lebih tinggi dari sebelum Covid-19 membuat daya beli masyarakat cenderung stagnan sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap permintaan barang RALS
- Harga sembako yang masih dan transportasi yang mahal berpotensi menguras dompet masyarakat untuk mudik. Sehingga minat untuk membeli pakaian ikut berkurang juga.
- Kedua faktor di atas dapat memberikan efek negatif terhadap profitabilitas RALS ditambah dengan persaingan dengan lapak di e-commerce yang menjual pakaian dengan harga lebih terjangkau dan bahkan lebih murah dari produk RALS dapat menggerus pasar.
Jakarta, CNBC Indonesia - Prospek bisnis PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) penuh tantangan. Selain karena persaingan yang sulit melawan pasar e-commerce, bisnis ritel juga harus menghadapi daya beli masyarakat untuk belanja kebutuhan tersier yang berpotensi menurun di tengah tingginya harga bahan pokok makanan dan transportasi.
Meskipun momentum lebaran masih jadi masa emas untuk mendulang pendapatan.
Pengangguran Masih Tinggi
Jumlah pengangguran Indonesia per Agustus 2022 masih lebih tinggi ketimbang rata-rata selama lima tahun sebelum pandemi Covid-19.
Pada Agustus 2022, angka pengangguran di Indonesia tercatat sebanyak 5,86%. Sementara rata-rata tingkat pengangguran sebelum pandemi adalah 5,5%.
Sehingga ini akan mempengaruhi daya beli masyarakat, sebab tidak ada pendapatan.
Sehingga akan berdampak terutama untuk membeli kebutuhan sandang seperti yang dijual oleh Ramayana.
Tingkat pengangguran Indonesia sempat mencapai 7% saat masa pagebluk pada 2020.
Saat itu juga pendapatan serta laba PT Ramayana Lestari Sentosa menyusut.
Pada 2020, pendapatan emiten berkode RALS tersebut turun hingga 54,8% menjadi Rp2,53 triliun. Padahal tahun sebelumnya mencapai Rp5,6 triliun.
Pukulan Covid-19 membuat RALS membukukan rugi bersih pada 2020 sebesar Rp138,9 miliar dari tahun sebelumnya mencetak laba senilai Rp648 miliar.
Sembako dan Ongkos Transportasi Mahal
Ramayana menyasar pasar menengah hingga menengah ke bawah. Hal ini membuat kondisi saat ini tidak menguntungkan bagi bisnis RALS.
Penyebabnya adalah harga sembako dan transportasi yang mahal. Keduanya adalah pengeluaran terbesar masyarakat saat momen puasa dan lebaran.
Harga bahan pokok saat ini relatif masih tinggi.
Misalnya saja harga cabai merah mencapai Rp29.550 per kilogram. Padahal musim puasa lebaran tahun lalu harga cabai merah sebesar Rp32.250 per kilogram. Artinya hanya selisih sekitar Rp3.000 per kilogram.
Sementara pada puasa dan lebaran harga biasanya terbang.
Sehingga karena bahan sembako yang tinggi bisa membuat masyarakat dengan pendapatan menengah dan menengah ke bawah akan memprioritaskan harga bahan pokok makanan ketimbang belanja baju.
Apalagi harga transportasi juga sedang mahal-mahalnya.
Harga tiket kereta api yang menjadi idola masyarakat kala mudik harga tiketnya sudah melambung hingga 40% pada 2023. Imbas dari tidak ada subsidi solar bagi kereta api.
Begitu juga dengan angkutan udara dan bus yang harganya semakin mahal karena harga bahan bakar minyak (BBM) yang naik.
Ditambah saat mendekati lebaran biasanya akan ada kenaikan harga. Jika ini terjadi dompet masyarakat pastinya akan tergerus.
Mengingat tahun ini kebijakan pembatasan PPKM telah dihapus, rasa-rasanya masyarakat akan lebih memprioritaskan transportasi demi bisa mudik ke kampung halaman.
Oleh karena itu porsi transportasi pastilah lebih besar, kemudian makanan.
Mungkin pembelian baju lebaran akan tetap ada namun tidak sebesar biasanya jika melihat kondisi harga yang mahal.
Apalagi harga baju lebaran yang berada di lapak online juga murah-murah. Sehingga pasar RALS bisa saja tergerus.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Saham TECH Sudah Anjlok 90%, Valuasi Masih Mahal Banget!
(ras/ras)