
IPO CUAN Milik Prajogo Pangestu Mahal, Mau Beli?

- CUAN perusahaan holding company batu bara milik Prajogo Pangestu, salah satu orang terkaya di Indonesia
- IPO CUAN ditawarkan terlalu mahal hingga PBV 2
- Pelemahan batu bara masih jadi bahan pertimbangan investor di sektor energi
Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor energi akan kedatangan calon emiten baru, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang tak lama lagi akan listing di Bursa Efek Indonesia pada 8 Maret 2023.
Dengan harga penawaran di Rp200-Rp220, dimana masa penawaran awal 17-22 Februari 2023, masa penawaran umum 2-6 Maret 2023, penjatahan 6 Maret 2023, dan distribusi saham 7 Maret 2023. Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 16,9juta lot dengan market cap Rp338 milyar-Rp371,8 milyar.
PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) adalah holding company sektor energi terutama batu bara. Diketahui trend batu bara sedang dalam masa penurunan.
Apakah CUAN dengan di jual di harga mahal PBV di atas 1 menarik? Mari cek mulai dari penggunaan dana IPO, valuasi, bisnis, kompetitor, hingga prospek bisnisnya.
Penggunaan dana IPO CUAN
Diketahui dana IPO CUAN akan digunakan untuk:
1. 39,95% akan digunakan untuk belanja modal Perusahaan Anak, yaitu PT Tamtama Perkasa (TP), untuk pembangunan intermediate stockpile (ISP) dan pembelian infrastruktur pendukungnya.
2. 60,05% akan digunakan tambahan modal kerja PT Tamtama Perkasa (TP) untuk mendukung aktivitas yang termasuk namun tidak terbatas pada, pembayaran kontraktor tambang, pembayaran vendor dan supplier atas pembelian bahan bakar, pemeliharaan dan perbaikan jalan angkut batu bara (jalur hauling), dan aktivitas - aktivitas lainnya yang dapat mendukung kegiatan operasional pertambangan serta menunjang aktivitas produksi batubara.
Valuasi CUAN
Rasio Keuangan 31 Juli 2022 | |
BV | Rp103-Rp106 |
PBV | 1,94-2,07 |
PER | 5,8-6,4 |
GPM | 61.57% |
NPM | 23.66% |
ROE | 16.65% |
ROA | 12.27% |
CR | 114% |
DER | 35.68% |
Secara harga kewajaran atau book value (BV) CUAN berada di Rp103-Rp106, sedangkan harga penawaran IPO di Rp200-Rp220. Hal ini menandakan bahwa harga jual CUAN di atas harga kewajarannya atau mahal. Dapat dilihat secara PBV berada di atas 1 yakni 1,94-2,07.
Namun secara PER CUAN berada di 5,8-6,4. Sedangkan PER sektor batu bara bisa dibilang murah jika di bawah 6. Hal ini menandakan termasuk masih jangkauan harga PER.
Paling mengejutkan Gross Profit Margin (GPM) CUAN berada di 61,57%. Angka ini terbilang cukup baik dengan margin atau keuntungan dari selisih pendapatan dengan beban pokok sebesar itu.
Secara Net Profit Margin (NPM) CUAN berada di angka baik juga 23,66%. Hal ini berarti laba bersih yang dihasilkan CUAN cukup tinggi.
Dapat dilihat juga secara Return On Equity (ROE) CUAN berada di angka 16,65%. Ini juga sangat baik dimana ROE baik berada di atas 8,32%. Kemampuan mengelola modal terhadap laba bersih cukup baik.
Tak kalah baiknya, Return On Asset (ROA) CUAN berada di angka 12,27%. Dimana angka ini sudah berada di atas standar ROA baik di 5,98%. Kemampuan mengelola aset terhadap labanya cukup baik.
Selanjutnya bisa dilihat dari Cash Ratio (CR) juga cukup baik di 114%. Dimana likuiditas CUAN cukup aman. Dalam kewajibannya membayar hutang dengan kas cukup baik.
Kemudian jangan lupakan Debt to Equity Ratio (DER), CUAN berada di 35.68%. Angka ini juga cukup baik, berarti kemampuan membayar kewajiban terhadap modal sangat baik.
Selanjutnya bisa di lihat dari pertumbuhannya.
Pertumbuhan
Pendapatan dari Juli 2021 ke Juli 2022 naik 146% , disebabkan oleh kenaikan pada volume penjualan batu bara PT Tamtama Perkasa (TP) dan harga jual batu bara.
Kemudian beban pokok pendapatan dari Juli 2021 ke Juli 2022 menurun 17%, disebabkan oleh penurunan pada nilai persediaan yang digunakan. Hal ini membuat marginnya menjadi jadi naik.
Dan laba berjalan dari Juli 2021 ke Juli 2022 naik 269%, disebabkan oleh peningkatan pendapatan dan efisiensi di beban pokok.
Kemudian dalam prospektus CUAN, terdapat kebijakan dividen, dimana perseroan berencana membagikan dividen 60% atas laba bersih tahun berjalan mulai tahun buku 31 Desember 2023.
Mari simulasikan dengan contoh laba berjalan per 31 Juli 2022, apakah kas CUAN mencukupi untuk membagikan dividen kepada para investor.
Dapat dilihat bahwa dari contoh laba berjalan 31 Juli 2022, CUAN membutuhkan dana untuk membagi dividen sebesar Rp85,4 milyar, sedangkan kas per 31 Juli 2022 berada di Rp95,8 milyar. Sehingga kas CUAN masih tersisa Rp 10,4 milyar.
Hal ini menandakan bahwa kas CUAN cukup untuk membagikan dividen kepada para investor.
Bisnis CUAN
PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) adalah salah satu perusahaan holding company batu bara milik Prajogo Pangestu, salah satu orang terkaya di Indonesia. Dimana Prajogo Pangestu akan menguasai saham CUAN sebesar 84,97% dan masyarakat 15,03%.
PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) merupakan perusahaan induk yang menjalankan kegiatan usaha aktivitas Perusahaan Holding (KBLI No. 64200), yang mencakup kegiatan dari perusahaan holding (holding companies), yaitu perusahaan yang menguasai aset dari sekelompok perusahaan subsidiary dan kegiatan utamanya adalah kepemilikan kelompok tersebut. "Holding Companies" tidak terlibat dalam kegiatan usaha perusahaan subsidiarinya.
Kegiatan usaha yang dijalankan memiliki kegiatan usaha penunjang seperti aktivitas Konsultasi Manajemen Lainnya (KBLI No. 70209), mencakup ketentuan bantuan nasihat, bimbingan dan operasional usaha dan permasalahan organisasi dan manajemen lainnya. melalui entitas anak perusahaan, perseroan memiliki dua konsesi tambang batu bara di Kalimantan yang dikelola oleh entitas anak perusahaan, dan merupakan perusahaan afiliasi dari PT Barito Pacific Tbk.
Anak perusahaan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN):
1. PT Tamtama Perkasa
2. PT Bara International
3. PT Daya Bumindo Karunia
Kompetitor CUAN
Terdapat salah satu kompetitor dengan bisnis di sektor yang sama dengan menjadi holding company di sektor energi, yakni PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) menjadi perusahaan pemasok batubara yang terintegrasi di Indonesia menjadi pemasok Batubara untuk pasar energi dunia. Perusahaan memiliki wilayah kerja di Kalimantan dengan tambang batubara yang dioperasikan dan dikelola anak perusahaan. Selain itu ITMG memiliki beberapa anak perusahaan lain yang memberikan dukungan operasional dan berpotensi dikembangkan bagi bisnis energi Perusahaan di masa depan. Perusahaan juga terus menambah cadangan batubara untuk mendukung kesinambungan usaha.
Mari sandingkan valuasi antara CUAN dengan ITMG.
CUAN | ITMG | |
BV | Rp 103 - Rp 106 | Rp 26.291 |
PBV | 1,94-2,07 | 1,35 |
PER | 5,8-6,4 | 2,21 |
GPM | 61.57% | 53.76% |
NPM | 23.66% | 34.16% |
ROE | 16.65% | 61.16% |
ROA | 12.27% | 47.77% |
CR | 114% | 276.29% |
DER | 35.68% | 28.35% |
Harga per 21/2/2023 | Rp 200 - Rp 220 | Rp 35.150 |
Untuk harga wajar sahamnya, antara CUAN dengan ITMG sama-sama dijual dengan harga premium alias mahal. Dapat dilihat juga PBV di keduanya sudah di atas 1.
Namun secara sektoral, PER ITMG lebih murah dengan 2,21 sedangkan CUAN berada di 5,8-6,4. PER sektor batu bara terbilang murah jika di bawah PER 6.
Secara Gross Profit Margin (GPM) keduanya sama-sama memiliki margin yang besar alias super bagus.
Dapat dilihat juga secara Net Profit Margin (NPM) keduanya juga sama-sama bagus dan tinggi.
Secara Return on Equity (ROE) ITMG memiliki angka yang lebih besar di 61.16%. Namun bukan CUAN memiliki angka yang tidak bagus di 16.65%. Keduanya memiliki ROE yang baik diatas 8,32%.
Secara Return on Asset (ROA) ITMG lebih besar kembali di angka 47.77% sedangkan CUAN di 12.27%. Namun keduanya masuk kategori ROA yang baik di atas 5,98%.
Secara Cash Ratio (CR) keduanya juga cukup baik berada di atas 100%.
Dan secara Debt to Equity Ratio (DER) keduanya juga cukup baik berada di bawah 100%.
Prospek Bisnis CUAN
Diketahui harga batu bara masih dalam trend penurunan. Newcastle coal per 20/2/2023 sudah berada di USD205. Anjloknya harga batu bara disebabkan masih lemahnya permintaan.
Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia menyatakan prospek bisnis batubara di 2023 diproyeksikan masih cukup baik karena ditopang oleh harga komoditas yang diperkirakan masih di level positif di tahun ini.
Meskipun tren energi baru terbarukan (EBT) sedang ditingkatkan di tahun 2023 tetapi permintaan untuk komoditas batubara baik domestik maupun ekspor masih tetap tinggi apalagi di tengah dinamika geopolitik.
China dan India salah satu importir besar batu bara juga sudah mengalami perbaikan ekonomi.
China dan India menyumbang tiga perempat konsumsi listrik di Asia-Pasifik, dengan lebih dari 70 persen konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik India.
Berdasarkan presentasi yang dilihat Reuters, permintaan batu bara India mencapai 821 juta ton pada tahun 2023-2024.
Namun tantangan besar untuk para produsen batu bara di Indonesia adalah kebijakan bisnis batu bara. Dimana kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Batu Bara yang belum rampung hingga hari ini.
Pemerintah mematok target produksi batu bara sebesar 695 juta ton untuk dalam negeri 177 juta ton dan ekspor 518 juta ton, ucap Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Menurut Arifin, harga batu bara masih cukup baik di 2023 disebabkan masalah balance energy global yang memang masih membutuhkan support batu bara.
Apakah CUAN layak beli?
Jika investor melihat dari valuasi memang CUAN dijual dengan harga premium. Jika dilihat pula dari bisnis batu bara saat ini dimana sedang terjadi pelemahan permintaan sehingga harga batu bara terkoreksi, hal ini juga menjadi bahan pertimbangan apakah IPO CUAN ini bisa memberi cuan sungguhan atau sebaliknya untuk para investor.
Meski prospek batu bara di prediksi masih cerah di 2023, namun hingga menjelang akhir Februari harga batu bara serta permintaan batu bara masih belum terlihat pemulihan.
Hal ini yang membuat keraguan apakah batu bara akan benar masih cerah di tahun 2023.
Sehingga IPO CUAN masih belum layak untuk dikoleksi saat ini. Mungkin ketika nanti sudah listing dan harga saham CUAN sudah ke harga wajarnya dan harga batu bara serta permintaannya sudah tinggi, bisa menjadi bahan pertimbangan para investor.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)