Market Commentary
Cucu Dapat Proyek Rp 104 T, Saham OMRE Malah ARB! Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten properti yakni PT Indonesia Prima Property Tbk (OMRE) terpantau kembali ambles dan juga sudah menyentuh batas auto reject bawah (ARB) pada awal perdagangan sesi I Senin (6/2/2023).
Per pukul 10:38 WIB, saham OMRE sudah ambles 6,63% ke posisi Rp 845/saham. Bahkan, saham CBRE sudah menyentuh ARB pada awal perdagangan sesi I hari ini.
Saham OMRE sudah ditransaksikan sebanyak 20 kali dengan volume sebesar 10.700 lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 9,05 juta. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 2,49 triliun.
Hingga pukul 10:38 WIB, ada 553 lot antrian jual di order offer pada harga Rp 845/saham. Namun di order bid atau beli, belum ada lagi antrian yang tertera, menandakan bahwa saham OMRE sudah menyentuh ARB.
Padahal pada perdagangan Kamis dan Jumat pekan lalu, saham OMRE sempat bangkit dan melonjak hingga lebih dari 20%. Namun, investor cenderung langsung melakukan aksi profit taking setelah dua hari saham OMRE melonjak.
Belum diketahui secara pasti penyebab amblesnya kembali saham MORE selain aksi profit taking dan cenderung kurang bergairahnya sektor properti RI pada hari ini.
Namun, ada sedikit kabar baik di mana perseroan menjadi emiten dibalik proyek Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Bali, yakni KEK Kura-Kura Bali di Pulau Serangan dan KEK Sanur, di mana keduanya berada di Denpasar, Bali.
Pasalnya, pengembang KEK Kura-Kura Bali adalah PT Bali Turtle Island Development yang memiliki memiliki saham di Goodwill Property Investment Limited.
Adapun entitas terakhirnya merupakan cucu usaha dari PT Manning Development. PT Manning Development adalah perusahaan yang menjadi pemegang saham PT Indonesia Prima Property Tbk. (OMRE).
Sebelumnya, pemerintah telah menyiapkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk menjadi kawasan yang memiliki keunggulan ekonomi dan geostrategis dalam mendukung peningkatan investasi.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, investasi di KEK Kura-Kura Bali sendiri ditargetkan sebesar Rp 104,4 triliun dan mampu menyerap 99.853 tenaga kerja ketika beroperasi secara ultimate pada 2052.
Adapun KEK Kura-Kura Bali juga diharapkan mampu menghasilkan devisa secara kumulatif sebesar Rp 477 triliun di tahun 2052, dengan target sebesar Rp4,6 triliun dalam lima tahun pertama.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Saham Pemilik Gajah Tunggal ARB, Sudah 7 Hari Beruntun!
(chd/chd)