FX Insight

FYI, Fed Umumkan Suku Bunga Pekan Ini! Rupiah ke 14.700/US$?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 January 2023 08:30
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sepanjang pekan lalu mampu menguat 0,6% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.980/US$. Dengan demikian, rupiah sukses mencatat penguatan 3 pekan beruntun, dan mencapai level terkuat dalam 3 bulan terakhir.

Pada pekan ini, rupiah berpeluang melanjutkan penguatan, bahkan bisa saja menembus Rp 14.700/US$. Syaratnya, bank sentral AS (The Fed) pada Kamis (2/2/2022) dini hari waktu Indonesia mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% - 4,75%, dan membuka peluang pemangkasan di tahun ini.

Seperti diketahui, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell sebelumnya mengindikasikan akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pekan depan, dan 25 basis poin pada Maret nanti.

Tetapi, pasar melihat The Fed akan menurunkan kenaikan tersebut menjadi 25 basis poin pekan depan pasca rilis data inflasi yang terus menunjukkan penurunan. Selain itu, sektor jasa atau non-manufaktur yang berkontribusi sekitar 70% dari produk domestik bruto (PDB) juga kembali mengalami kontraksi.

FedWatchFoto: FedWatch, CME Group

Dengan inflasi yang terus menurun, dan tanda-tanda resesi semakin nyata, kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan akan lebih rendah. Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat suku bunga sebesar 4,5% - 4,75% pada pekan depan dengan probabilitas nyaris 100%.

Bahkan perangkat yang sama menunjukkan pasar juga melihat ada peluang suku bunga akan dipangkas pada akhir 2023.

Ekspektasi tersebut menjadi salah satu pemicu rupiah mampu mencatat penguatan 3 pekan beruntun.

Selain The Fed, ada bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) dan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) yang akan mengumumkan suku bunga Kamis nanti, dan mempengaruhi pergerakan pasar mata uang.

Sementara itu dari dalam negeri akan dirilis data purchasing managers' index (PMI) manufaktur dan inflasi pada Rabu (1/2/2023).

Melihat sebelumnya, PMI manufaktur naik menjadi 50,9 pada Desember 2022, naik dari bulan sebelumnya 50,3.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, di atasnya adalah ekspansi.

Jika kembali meningkatkan ekspansi di awal tahun ini, itu akan memberikan sentimen positif ke pasar finansial, apalagi ditambah dengan inflasi yang misalnya semakin melandai, rupiah tentunya berpeluang kembali menguat.

PMI manufaktur yang meningkatkan ekspansi artinya roda bisnis berputar lebih kencang, dan inflasi menurun artinya daya beli masyarakat meningkat. Keduanya akan memacu pertumbuhan ekonomi.

Analisis Teknikal

Rupiah sukses menembus ke bawah Rp 15.090/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Penguatan rupiah sebelumnya terakselerasi setelah menembus Rp 15.450/US$, yang merupakan Fib. Retracement 38,2%.

Rupiah yang disimbolkan USD/IDR sukses kembali ke bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100 dan 200 yang tentunya memberikan peluang penguatan lebih lanjut.

Namun, beberapa indikator juga menunjukkan risiko koreksi rupiah.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Indikator Stochastic pada grafik harian mulai bergerak turun masuk wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakanleading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayahoverbought(di atas 80) atauoversold(di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang mencapai jenuh jual tentunya memperbesar risiko koreksi.

Selain itu, penguatan tajam pada perdagangan Kamis (12/1/2023) hingga Selasa (24/1/2023) lalu membuat rupiah berkali-kali membentuk gap, atau posisi pembukaan perdagangan yang jauh lebih rendah dari penutupan hari sebelumnya.

Secara teknikal, pasar biasanya akan menutup gap tersebut, yang artinya risiko koreksi bertambah.

Selain itu, pergerakan rupiah Kamis pekan lalu membentuk pola Doji memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut menguat atau balik melemah.

Mengingat Doji muncul saat rupiah berada di posisi terkuat 3 bulan, ada risiko koreksi menjadi lebih besar.

Rupiah saat ini berada di dekat area resisten Rp 14.970/US$. jika ditembus ada risiko melemah ke level psikologis Rp 15.000/US$. Mata Uang Garuda berisiko melemah lebih jauh di pekan ini jika menembus dan bergerak konsisten di atas level psikologis tersebut.

Sementara untuk menguat lebih jauh rupiah perlu kembali menembus konsisten ke bawah Rp 14.900/US$, dengan target ke Rp 14.730/US$ yang merupakan FIb. Retracement 61,8%.

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation