
Harga Saham Bimbel BMBL Kemahalan, Pantas Sell-Off

Jakarta, CNBC - Harga saham emiten bimbingan belajar PT Lavender Bina Cendekia Tbk (BMBL) terus mengalami penurunan sejak menggelar aksi korporasi penawaran umum perdana saham (IPO). Sejatinya meskipun sudah longsorÂ
Sebanyak 280 juta saham baru atas nama atau setara dengan 27,18% modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan dilepas dengan harga Rp 188/unit. Nilai pendanaannya mencapai Rp 52,64 miliar.
Ada beberapa manuver dari perseroan yang perlu dicermati oleh investor. Beberapa manuver bisnisnya terlihat cukup mencolok jika membedah prospektus dengan seksama.
Pertama dari sisi kenaikan aset dan permodalan yang signifikan dalam 3 tahun terakhir. Kenaikan aset jumbo dalam waktu singkat--sepertiberbau financial engineering. Per 31 Mei 2022, total aset perusahaan mencapai Rp 33,5 miliar. Tapi, pada 31 Desember 2021, total aset BMBL sebesar Rp 7,6 miliar. Artinya dalam 1 tahun nilai aset perusahaan naik 4,4 kali.
Kenaikan aset yang tinggi juga terjadi di tahun sebelumnya. Pada 31 Desember 2020, total aset BMBL yang dilaporkan dalam laporan keuangan neraca perseroan hanya Rp 3,9 miliar. Ini menunjukkan bahwa aset perseroan naik 2 kali pada 2021.
Usut punya usut, kenaikan nilai aset hingga 2 kali pada 2021 disebabkan karena perseroan menahan seluruh laba bersihnya yang mencapai Rp 2,13 miliar. Selain menahan laba bersihnya, kenaikan aset juga terjadi karena kenaikan aset tak berwujud neto berupa perangkat lunak.
Kemudian di tahun 2022, kenaikan aset lebih disebabkan karena adanya tambahan setoran modal dari pemegang saham. Perseroan memutuskan untuk meningkatkan modal disetor dari Rp 500 juta menjadi Rp 30 miliar.
Lantas dari mana uangnya? Laporan keuangan BMBL mencatat sumber kenaikan modal ini berasal dari dividen saham yang diberikan kepada kepada Galih Pandekar dan Aulia Firdaus masing-masing sebesar Rp3,575 miliar dan Rp2,925 miliar dan penambahan setoran modal yang berasal dari PT Sentra Investa Maksima dan PT Ammar Al Amanah masing-masing sebesar Rp12.65 miliar dan Rp10.35 miliar.
Penambahan modal tersebut turut membuat kas dan setara kas perusahaan mengalami kenaikan hingga Rp 24,2 miliar. Aksi penambahan modal ini juga membuat ekuitas perusahaan naik hampir 10x menjadi Rp 30,5 miliar.
Aksi penambahan modal ini terlihat memang dipersiapkan untuk membawa BMBL 'go public' karena jika tanpa setoran modal, maka nilai ekuitasnya sangat kecil dan sulit dibawa untuk 'go public'. Bahkan dengan setoran modal yang dilakukan pun, BMBL masih tercatat di papan akselerasi.
Selain manuver bisnis untuk mempersiapkan perusahaan IPO, hal lain yang patut disoroti adalah bagaimana pricing harga saham ditetapkan.
Investor harus lebih cermat dari sisi pricing terutama melihatnya dari kacamata valuasi. Untuk memudahkan mari kita gunakan model valuasi Price to Earnings Ratio (PER) emiten saja mengingat tidak adanya emiten pembanding lain yang bergerak di sektor sejenis.
Per Mei 2022, perseroan melaporkan laba bersihnya mencapai Rp 4,14 miliar. Apabila menggunakan metode estimasi disetahunkan (annualized), maka secara sederhana BMBL berpotensi mendulang laba bersih sebesar Rp 7,1 miliar.
Jika jumlah saham outstanding BMBL mencapai 1,03 miliar maka diperoleh earning per share (EPS) atau laba per saham untuk tahun 2022 berpotensi mencapai Rp 6,9. Jika harga IPO ditetapkan sebesar Rp 188, maka rasio PER mencapai 27,3 kali saat IPO.
Memang agak sulit membandingkan BMBL ini karena perusahaan sejenis yang melantai di bursa belum ada. Namun jika saham yang dilepas hanya 27,18% dan mendapatkan pendanaan mencapai Rp 52,64 miliar sedangkan modalnya hanya Rp 30,5 miliar hal ini tentunya tergolong aneh.
Bayangkan sebelum IPO, nilai buku per saham atau Book Value per Share (BVPS) di Rp 41/unit dan ditawarkan di harga Rp 188/unit saat IPO artinya sahamnya dijual hampir 5 kali dari nilai buku wajarnya.
Dengan harga saham yang terlalu mahal tersebut maka jangan kaget jika harganya terus mengalami Auto Reject Bawah (ARB) sejak listing. Sejak IPO nilai kapitalisasi pasar BMBL sudah susut 47%. Bahkan setelah anjlok 47%, haganya pun masih kemahalan.
Lantas berapakah valuasi wajar dari BMBL? Jika setelah mendapatkan funding dari IPO maka total ekuitas BMBL berpotensi mencapai Rp 83,2 miliar. Dengan total saham beredar sebesar 1,03 miliar maka BVPS BMBL sebesar Rp 81/unit. Setidaknya ini adalah target harga yang rasional dengan valuasi 1 kali nilai bukunya atau Price to Book Value (PBV).
Dengan harga sekarang yang masih Rp 100/unit maka ada potensi penurunan 19% lagi untuk menuju valuasi PBV 1 kali.
Sebagai catatan, BMBL merupakan saham di papan akselerasi sehingga harganya bisa drop ke bawah gocap dan sistem auto rejectnya simetris 10%.
Meski sudah turun ke Rp 81/unit nantinya bukan berarti saham BMBL tak bisa turun ke gocap. Kemungkinannya masih cukup besar melihat track record IPO saham-saham di papan akselerasi yang sering kali gagal take off.
CNBCÂ Indonesia Research
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(mum/mum)