
Jelang Pengumuman Suku Bunga BI, Saham Bank Raksasa 'Galau'

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham empat bank raksasa (big four) terpantau beragam pada perdagangan sesi I Kamis (19/1/2023), jelang pengumuman kebijakan moneter terbaru dari Bank Indonesia (BI).
Berikut pergerakan bank big four pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Mandiri | BMRI | 9.600 | 0,52% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 4.620 | 0,43% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 8.850 | -0,28% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.275 | -0,30% |
Sumber: RTI
Hingga pukul 09:30 WIB, Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terpantau menguat, dengan masing-masing 0,52% dan 0,43%.
Namun untuk saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terpantau terkoreksi, masing-masing 0,28% dan 0,3%.
Pergerakan saham bank big four yang cenderung beragam terjadi jelang pengumuman suku bunga terbaru dari Bank Indonesia (BI) pada hari ini.
BI sudah memulai Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin, dan hasilnya akan diumumkan siang hari ini. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia mayoritas memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan. Namun yang menarik beberapa memperkirakan bank sentral akan menahan suku bunga acuan.
Dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek mengerek BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 menjadi 5,75%.
Sebanyak tiga institusi/lembaga memproyeksi BI akan menahan suku bunga di level 5,50%.
Sebagai catatan, BI sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 200 basis poin pada periode Agustus-Desember 2022 menjadi 5,50%. Suku bunga Deposit Facility sebesar 4,75%, dan suku bunga Lending Facility ada di 6,25%.
BI bahkan secara agresif menaikkan suku bunga sebesar 50 bps selama tiga bulan pada September, Oktober, dan November 2022. Kenaikan suku bunga sebesar 200 bps adalah yang paling agresif sejak 2005.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mempekirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuannya pada level 5,50% pada bulan ini sejalan dengan melandainya inflasi umum dan inti.
Sebagai catatan, inflasi umum tercatat 5,51% (year-on-year/yoy) pada Desember 2022 sementara inflasi inti 3,36% (yoy).
"Selain terkendalinya inflasi, kinerja dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama, cenderung terkoreksi sehingga mendorong penguatan rupiah," tutur Josua, kepada CNBC Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)