Market Commentary
Tak Hanya Big Four, Saham Ini Bikin Cerah IHSG, Ada GOTO Lho!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat pada perdagangan sesi I Kamis (12/1/2023), setelah selama beberapa hari sebelumnya sempat terkoreksi.
Per pukul 10:41 WIB, IHSG menanjak 0,8% ke posisi 6.636,99. IHSG pun kembali diperdagangkan di level psikologis 6.600 pada hari ini.
Beberapa saham menjadi penopang IHSG pada perdagangan sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi penopang IHSG.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Mandiri | BMRI | 13,20 | 9.275 | 3,63% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 12,49 | 4.490 | 2,51% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | 5,77 | 97 | 3,19% |
Astra International | ASII | 3,58 | 5.325 | 1,91% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 2,88 | 8.650 | 1,76% |
Bank Jago | ARTO | 2,59 | 3.090 | 11,15% |
Merdeka Copper Gold | MDKA | 2,05 | 4.490 | 1,58% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Dari deretan top movers di atas, saham perbankan dengan kapitalisasi pasar 'jumbo' keempat yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada akhirnya menjadi penopang IHSG terbesar pada perdagangan sesi I hari ini, yakni mencapai 13,2 indeks poin.
Tak hanya BMRI saja, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga turut membantu indeks berbalik arah ke zona hijau, yakni sebesar 12,49 indeks poin.
Ada juga saham bank big cap lainnya, yakni saham bank digital PT Bank Jago Tbk (ARTO), yang turut membantu indeks kembali berada di jalur hijau yakni sebesar 2,59 indeks poin.
Selain saham bank big cap, ada beberapa saham big cap lainnya yang turut membantu IHSG rebound, seperti saham GOTO, ASII, dan MDKA.
Rebound-nya IHSG cenderung mengikuti pergerakan bursa saham global, terutama di Asia-Pasifik pada hari ini dan bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
Saat ini, investor menanti rilis data inflasi di AS yang rencananya akan dirilis malam nanti waktu Indonesia. Mereka berharap bahwa inflasi dapat terus turun sehingga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dapat merubah sikapnya menjadi dovish.
Konsensus Trading Economics memperkirakan tingkat inflasi melandai menjadi 6,5% secara tahunan (yoy), turun dari 7,1% sebulan sebelumnya.
Data inflasi terbaru ini akan menjadi faktor penting dalam pertemuan The Fed berikutnya, yang dimulai pada 31 Januari mendatang.
Federal-funds futures, yang digunakan oleh investor dan pedagang sebagai barometer potensi kenaikan suku bunga acuan menunjukkan peluang 77% bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp), menurut CME Group.
Jika sesuai ekspektasi, maka kenaikan tersebut akan menjadi pelambatan dari kenaikan 50 basis poin pada bulan lalu dan menandai kenaikan suku bunga terkecil sejak Maret 2022.
Namun, pejabat The Fed sejauh ini telah mengindikasikan bahwa mereka belum selesai dengan kenaikan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell pada Selasa lalu mengatakan bahwa bank sentral tetap berkomitmen untuk menurunkan inflasi dengan menahan pertumbuhan ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)[Gambas:Video CNBC]