CNBC Indonesia Research
Bagikan Dividen Jumbo, Saham-saham Ini Kebal Resesi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman resesi global 2023 sudah membuat pasar saham bergejolak tahun lalu. Namun penyakit tersebut tampaknya baru menjangkiti pasar saham RI di awal tahun ini.
Di tengah pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi di dua pekan awal tahun 2023 ini, investor tak perlu terlalu panik.
Pelemahan harga saham justru menjadi peluang untuk meraup cuan. Salah satunya dengan memilih saham-saham defensive yang secara historis memberikan dividen rutin dalam jumlah jumbo.
Apabila tujuannya adalah dividen, maka acuannya bisa menengok indeks IDX High Dividend 20. Indeks ini berisi 20 saham dari emiten yang rajin membagikan dividen dengan imbal hasil yang menarik.
Beberapa konstituen indeks IDX High Dividend 20 sudah mengumumkan pembayaran dividen interim untuk tahun fiskal 2022 seperti BBRI dan ADRO contohnya.
Keputusan pembagian dividen untuk suatu tahun buku biasanya diumumkan pada kuartal I tahun berikutnya dan baru akan ditransfer di awal kuartal II tahun setelahnya.
Memang sejauh ini belum ada keputusan terkait berapa persen laba bersih yang akan dibagikan menjadi dividen karena laporan keuangan satu tahun penuh belum rilis dan biasanya baru mulai dipublikasikan di bulan Februari.
Namun kinerja keuangan para emiten yang menjadi penghuni indeks IDX High Dividend 20 hingga September tahun lalu tampak sangat mencolok dengan pertumbuhan yang pesat.
Secara agregat, laba bersih ke-20 saham yang masuk konstituen indeks tumbuh 126% secara year on year (yoy). Jelas ini menjadi peluang cuan yang menggiurkan karena dengan pertumbuhan laba bersih diharapkan bisa mendongkrak tidak hanya nilai dividen tapi juga rasio dividend payout ratio (DPR).
Apabila menggunakan tren historis rasio pembagian dividen terhadap laba, maka 5 saham yang berpotensi memberikan dividen yield paling besar akan tetap didominasi oleh sektor tambang batu bara.
Kode | Last Price | Annualized EPS 2022 | Estimated DPR | Estimated Dividen/Share | Estimated Divided Yield |
ITMG | 36,075 | 16,519 | 70% | 11,621 | 32.2% |
PTBA | 3,400 | 1,160 | 90% | 1,044 | 30.7% |
ADRO | 3,180 | 1,209 | 72% | 877 | 27.6% |
MPMX | 1,165 | 135 | 90% | 122 | 10.5% |
UNTR | 25,075 | 5,718 | 45% | 2,572 | 10.3% |
ADMF | 8,875 | 1,528 | 50% | 765 | 8.6% |
HEXA | 5,225 | 548 | 80% | 438 | 8.4% |
ASII | 5,225 | 768 | 48% | 368 | 7.0% |
HMSP | 835 | 56 | 98% | 55 | 6.6% |
BBRI | 4,380 | 348 | 75% | 261 | 6.0% |
BMRI | 8,950 | 885 | 60% | 531 | 5.9% |
ANTM | 2,070 | 146 | 50% | 73 | 3.5% |
BBNI | 8,500 | 987 | 30% | 296 | 3.5% |
TLKM | 3,870 | 223 | 60% | 134 | 3.5% |
UNVR | 4,700 | 161 | 99% | 160 | 3.4% |
INDF | 6,675 | 704 | 32% | 225 | 3.4% |
TOWR | 1,145 | 67 | 36% | 24 | 2.1% |
CPIN | 6,225 | 259 | 50% | 130 | 2.1% |
BBCA | 8,125 | 316 | 50% | 158 | 1.9% |
KLBF | 2,040 | 71 | 50% | 35 | 1.7% |
ADRO, ITMG dan PTBA akan menjadi saham dengan potensi dividend yield terbesar tahun ini dengan imbal hasil lebih dari 25%.
Selanjutnya sektor keuangan seperti multifinance dan industri otomotif yaitu MPMX dan ADMF juga terbilang menarik karena berpotensi memberikan yield di atas 5%.
Setidaknya dari 20 anggota indeks, ada 11 saham yang berpeluang besar memberikan dividen yield lebih dari suku bunga deposito berjangka rupiah di bank-bank saat ini.
Namun kebanyakan konstituen indeks IDX High Dividend 20 merupakan saham-saham yang cenderung tergantung pada siklus ekonomi.
Tahun 2022 bisa saja menjadi tahun untuk sektor batu bara. Namun di tahun 2023 dengan perlambatan ekonomi global, kinerja keuangan emiten tambang batu hitam diekspektasikan tak semoncer tahun lalu sehingga strategi berburu dividen ini cukup diaplikasikan untuk langkah taktis saja.
Sementara itu untuk sektor rokok, meski dividennya besar secara payout tetapi kebijakan kenaikan tarif CHT dapat terus menggerus marjin jika tidak diimbangi dengan kenaikan harga produk. Namun menaikkan harga produk juga dapat menjadi buah simalakama karena bisa menurunkan volume penjualan.
Industri perbankan dengan likuiditas longgar dan struktur pendanaan yang didominasi oleh dana murah diharapkan bisa resilien. Namun ingat, market cap dan bobot saham-saham perbankan itu besar dan sangat sensitif terhadap aliran modal asing.
Pada akhirnya menyeleksi saham-saham tahan krisis juga tidak bisa semata-mata dilihat dari sisi fundamental saja.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi, tinggal dari sisi appetite investor masing-masing. Namun yang tak boleh ketinggalan adalah memanfaatkan momentum pembagian dividen untuk memastikan dapat meraup cuan meski di tengah gejolak ekonomi yang ada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sanggahan : Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri Anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggungjawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(trp/trp)[Gambas:Video CNBC]