CNBC Indonesia Research

Fakta! Bursa Saham Sepi Setiap Ada Piala Dunia

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
23 November 2022 07:20
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham cenderung ditinggalkan saat perhelatan Piala Dunia. Salah satu penyebabnya adalah euforia Piala Dunia yang membuat para suporter lebih konsumtif.

Saat Piala Dunia berlangsung, para penggemar sepak bola lebih memilih membelanjakan uangnya seperti untuk beli baju, nonton bareng, dan pengeluaran lainnya sehingga pasar saham akan ditinggalkan. Lantas bagaimana nasib pasar saham Indonesia?

Menilik ke belakang saat Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, volume perdagangan pasar saham suatu negara turun rata-rata 55% ketika negara tersebut bertanding, menurut studi ECB dari 15 bursa saham internasional.

Transaksi SahamFoto: CTGN
Transaksi Saham

Selain itu, di negara-negara penggila sepak bola, volume perdagangan turun hingga 75% di Brasil ketika Neymar CS bermain. Sementara volume perdagangan di bursa saham Argentina anjlok 79% saat Messi bermain.

Menurut studi tersebut, aktivitas perdagangan rata-rata turun 40% saat lagu kebangsaan dinyanyikan dan tetap sepi hingga hingga peluit akhir.

Tak hanya saat 2010, edisi Piala Dunia sebelumnya pun memiliki fenomena yang sama. Mengutip CTGN, volume perdagangan saham yang bertepatan pada pertandingan sepak bola lebih kecil dibandingkan tanggal yang sama pada tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya.

Transaksi SahamFoto: CTGN
Transaksi Saham

Prancis menghadapi Nigeria di Brasil pada pukul 1 siang waktu setempat pada 30 Juni 2014. Dan Argentina versus Swiss pada 1 Juli, Prancis versus Jerman pada 4 Juli, Brasil versus Jerman pada 8 Juli, dan Belanda versus Argentina pada 9 Juli. AS menghadapi Belgia setelahnya pasar ditutup pada 1 Juli.

Menurut Alex Edmans dalam penelitiannya Sports Sentiment and Stock Returns, suasana hati yang terbentuk di Piala Dunia berpotensi mampu menggerakkan pasar.

"Efek kerugian ini lebih kuat pada saham kecil dan permainan yang lebih penting, dan kuat terhadap perubahan metodologi."

Para peneliti memeriksa 1.100 pertandingan sepak bola di Piala Dunia dan pengembalian saham di 39 negara, dan menemukan bahwa kerugian pada tahap eliminasi menyebabkan pasar nasional turun 0,5 persen keesokan harinya.

"Bukan berarti kerugian memiliki konsekuensi ekonomi yang sangat merusak, itu hanya mempengaruhi suasana hati investor."

Senada dengan penelitian tersebut, studi yang dilakukan oleh Goldman Sachs menunjukkan indeks saham negara pemenang mengungguli pasar global sekitar 3,5% di bulan pertama. Namun, karena ini dipengaruhi oleh suasana hati, kinerja positif di saham cepat memudar.

 

Pasar saham Indonesia pun turut merasakan sepinya perdagangan saat Piala Dunia berlangsung. Sejak edisi Piala Dunia pertama pada abad 21 di Korea - Jepang hingga Rusia pada 2018, volume perdagangan IHSG turun.

Piala Dunia 2002 yang berlangsung Juni, volume perdagangan IHSG turun 11% point-to-point (ptp) pada dibandingkan periode yang sama pada 2001. Sementara dibandingkan tahun berikutnya menurun 18% ptp.

Berikutnya edisi Piala Dunia pada Juni - Juli 2006 di Jerman, volume perdagangan IHSG pada Juni turun 13,5% ptp sementara Juli anjlok 42% ptp dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun setelahnya, volume IHSG anjlok 63% dan 55% ptp.

Fenomena yang sama juga terjadi pada Piala Dunia 2010, saat volume anjlok hingga 45% ptp dibanding tahun sebelumnya. Sementara pada Piala Dunia 2015 turun hingga 28% ptp dibanding tahun sebelumnya. Sedikit berbeda, pada 2018 volume perdagangan IHSG meningkat 33% ptp dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Akan tetapi anjlok 56% ptp dibandingkan tahun setelahnya.

Meskipun transaksi turun, IHSG hingga akhir tahun ini diperkirakan masih akan kuat. Apalagi akan memasuki musim window dressing.

Sejak awal abad ke 21 IHSG hanya sekali saja berada di zona merah pada 2000, sisanya selama 20 tahun konsisten berada di zona hijau. Walaupun krisis tahun 2008 dan 2020 menyergap pasar saham. Rata-rata per tahun menguat 4% dan menjadi terbesar dibandingkan rata-rata kenaikan bulan lainnya.

Seasonality IHSGFoto: Refinitiv
Seasonality IHSG

Biasanya saham-saham yang menjadi incaran dari fenomena ini adalah saham-saham yang masuk kategori blue chip.

Saham-saham blue chip di Indonesia setidaknya bisa dilihat dari konstituen indeks IDX30. Namun tidak semua emiten konstituen IDX30 sudah lama melantai di bursa domestik.

Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, setidaknya ada 10 saham konstituen IDX30 dengan market cap lebih dari Rp 100 triliun yang patut dicermati investor karena secara seasonality, memiliki probabilitas kinerja bulanan positif lebih dari 50%.

Adapun diantaranya PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Kemudian PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR).

Duo saham BUMN lain PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Selanjutnya ada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).

Saat ini IHSG tertahan resisten 7.100, namun jika berhasil tembus area tersebut, target selanjutnya adalah 7.300 - 7.400. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular