
Naikin Suku Bunga dan Ngutang IMF, Mesir Korban Resesi Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank central Mesir (The Central Bank of Egypt/CBE) tiba-tiba menaikkan suku bunga acuan hingga 200 basis poin atau 2%, menjadi 13.25% pada pertemuan mendadak Kamis kemarin (27/10). Suku bunga acuan di sana adalah deposito satu malam (overnight deposit)
Tindakan agresif ini diambil untuk menjinakkan inflasi dan menstabilkan harga-harga yang melambung tinggi. CBE memasang target untuk mengembalikan inflasi nasional di bawah 7% untuk rata-rata tahun ini.
Inflasi di perkotaan Negeri Firaun mencapai 15% di September, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Tekanan inflasi dipicu oleh lonjakan kenaikan harga-harga komoditas, dimana Mesir cukup bergantung pada impor, ditambah imported inflation akibat pelemahan mata uang lokal terhadap dolar AS.
Mesin utama perekonomian Mesir yakni pariwisata telah dihajar oleh Pandemi Covid-19 sejak 2020, dan kini terjebak pada krisis pangan akibat lonjakan harga komoditas dan energi oleh perang Rusia dan Ukraina.
Mata uang Mesir, pound mesir atau EGP telah tumbang nyaris 50% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini akibat pelarian besar-besaran modal asing, dan kebutuhan impor yang tinggi. Kurs mereka sekarang, satu dolar AS setara 23 pound Mesir.
Penurunan tajam setara 20% nilai tukar itu terjadi kemarin, setelah pemerintah Mesir mengumumkan meneken pinjaman senilai US$3 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF), dengan syarat akan lebih fleksibel dalam mengelola nilai tukarnya. Yang terjadi, kurs mereka semakin melemah tajam.
Mesir juga sudah sah menjadi negara gali lobang-tutup lobang karena telah lama terjebak dalam defisit ganda, yaitu tekor pada neraca transaksi berjalan dan anggaran negara dalam waktu bersamaan. Catatan buruk ini telah berlangsung beberapa tahun terakhir.
Defisit neraca transaksi berjalan mereka tahun lalu mencapai 4,6% dari produk domestik bruto (PDB), dengan defisit anggaran mencapai 7,31% dari PDB. Tahun ini, untuk April-Juni, transaksi berjalan mereka sudah tekor US$5,13 miliar-naik dari tahun lalu, sementara anggaran negara diperkirakan defisit 6,84%.
Bahkan, negara ini sudah terkena triple deficit, ditambah oleh rekor utang yang segunung. Data CBE, hanya utang pemerintahnya saja, nilainya mencapai 87,2% dari PDB 2022. Pelemahan mata uang lokal, ditambah industri pariwisata yang yang belum sepenuhnya pulih membuat masa depan Mesir semakin suram, membuatnya menjadi salah satu negara yang sudah menjadi korban resesi global dan kini berstatus pasien IMF.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mum/mum)