Newsletter

Jelang Pidato Powell Malam Ini, Akankah IHSG Balik Menguat?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
26 August 2022 06:10
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada perdagangan Selasa (23/8/2022) secara mayoritas ditutup positif, di mana hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup di zona merah, sedangkan rupiah dan harga obligasi pemerintah RI ditutup menguat.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,28% ke posisi 7.174,208.

IHSG sempat menyentuh zona psikologisnya di 7.200 atau tepatnya di posisi 7.210,16 pada awal perdagangan sesi I kemarin. Posisi ini juga menjadi level tertingginya kemarin. Namun, IHSG gagal bertahan di zona tersebut.

Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG dibuka naik tipis 0,01% di posisi 7.195,36. Selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG cenderung 'galau' dan pada akhirnya berbalik melemah hingga akhir perdagangan.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 13 triliun dengan melibatkan 31 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 222 saham naik, 290 saham turun, dan 186 saham lainnya stagnan.

Investor asing mulai melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 656,12 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 536,23 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 119,89 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Di Asia-Pasifik, secara mayoritas mengalami penguatan. Hanya indeks BSE Sensex India dan IHSG yang ditutup di zona merah pada perdagangan kemarin

Dari indeks Asia-Pasifik yang mengalami penguatan, indeks Hang Seng Hong Kong memimpin dengan melejit 3,63%. Kemudian disusul indeks KLCI Malaysia yang melonjak 1,92%.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Kamis kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah, pada perdagangan Kamis kemarin berhasil ditutup menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung menguat 0,17% dan sempat bertambah hingga 0,24% ke Rp 14.810/US$. Penguatan rupiah kemudian terpangkas hingga tersisa 0,07% saja, sebelum berakhir di Rp 14.820/US$, sama dengan level pembukaan perdagangan.

Secara mayoritas, mata uang Asia-Pasifik juga menguat. Hanya rupee India saja yang mampu tak mampu melawan sang greenback.

Dolar Australia menjadi yang paling besar penguatannya di hadapan sang greenback kemarin.

Berikut pergerakan rupiah dan mata uang utama Asia-Pasifik melawan dolar AS pada Kamis kemarin.

Sementara di pasar surat berharga negara (SBN) pada perdagangan kemarin, secara mayoritas mengalami kenaikan harga dan penurunan imbal hasil (yield), menandakan bahwa investor ramai memburunya.

Hanya SBN tenor 1 hingga 5 tahun yang masih cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 1 tahun menanjak signifikan sebesar 21,6 basis poin (bp) ke posisi 4,635%. Sedangkan yield SBN bertenor 3 tahun juga menguat signifikan 10,4 bp ke 6,068%, dan yield SBN berjangka waktu 5 tahun naik 0,9 bp ke 6,613%.

Sementara itu, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara turun 0,5 bp ke posisi 7,061%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Berikut pergerakan yield SBN acuan pada perdagangan Kamis kemarin.

IHSG yang terkoreksi sepertinya disebabkan karena investor mulai merealisasikan keuntungannya, setelah selama dua hari beruntun mengalami penguatan.

Seperti diketahui, pada Selasa lalu, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 3,75%. Banyak yang memprediksi Gubernur Perry Warjiyo dan kolega tidak akan agresif.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro dalam catatannya, Selasa lalu, mengatakan bahwa BI masih berpeluang menaikkan suku bunga sebanyak 50 bp lagi.

"Secara keseluruhan, kami melihat BI masih memiliki ruang untuk menaikkan BI-7DRRR hingga 50 bp (maksimal 4,25%) di sisa tahun 2022," paparnya.

Hal senada diungkapkan oleh ekonom Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, yang memandang siklus pengetatan kebijakan moneter akan berlanjut dengan kenaikan suku bunga BI lanjutan.

Dia memperkirakan suku bunga BI bisa kembali naik 25 bp menjadi 4,0%, berdasarkan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.

"Kami percaya dua kenaikan suku bunga kebijakan tahun ini akan cukup untuk mengelola inflasi sambil mempertahankan pemulihan ekonomi pada saat yang sama," ujarnya.

Sementara itu, kepala ekonom Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro melihat BI akan lebih agresif.

"Perubahan cepat ini, dalam pandangan kami, berarti BI mungkin mengetahui sesuatu yang tidak diketahui pasar, khususnya terkait dengan kebijakan pemerintah yang mendorong inflasi, dengan pembuat kebijakan moneter-fiskal di sini terkenal dengan koordinasi mereka yang ketat," kata Satria.

Dia memandang sinyal penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ini mungkin sangat curam, sesuatu yang mungkin tidak sepenuhnya diperhitungkan oleh BI dan pasar.

Untuk menopang ekspektasi inflasi secara efektif, Satria menilai pengetatan moneter apapun harus dipercepat.

"Kami sekarang mengharapkan kenaikan suku bunga 75 bp lebih lanjut, yakni kenaikan 50-bp pada pertemuan moneter berikutnya setelah penyesuaian harga bahan bakar (kemungkinan bulan depan) diikuti oleh 25 bp lagi pada Oktober atau November, sehingga membuat BI rate akhir tahun menjadi 4,50%," katanya.

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali ditutup cerah pada perdagangan Kamis kemarin, jelang pidato Ketua bank sentral AS di simposium Jackson Hole.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 0,98% ke posisi 33.291,78, S&P 500 melonjak 1,41% ke 4.199,12, dan Nasdaq Composite melompat 1,67% menjadi 12.639,26.

Saham sektor material, layanan komunikasi dan teknologi informasi mengungguli di S&P 500. Sedangkan saham konsumer bahan pokok dan utilitas berkinerja buruk di indeks pasar yang lebih luas.

Saham Snowflakes melompat 23,1%, setelah merilis pendapatan di kuartal II-2022 yang melebihi ekspektasi pasar. Sementara saham Peloton ambles 18,3%, setelah melaporkan kehilangan pendapatan pada kuartal II-2022.

Simposium Jackson Hole tahun ini sejatinya telah dimulai pada semalam waktu Indonesia. Namun, Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell baru akan berpidato pada Jumat malam waktu Indonesia.

Investor akan fokus untuk mengamati pernyataan Powell yang diprediksikan akan memberikan sinyal mengenai bagaimana The Fed meredam inflasi.

"Pasar sedang mencoba untuk memutuskan apakah kita berada di siklus tengah atau siklus akhir dan mengirimkan beberapa sinyal yang berbeda," tutur Kepala Investasi SoFi Liz Young, dikutip CNBC International.

"Kami sedang menunggu untuk mendapatkan berita tentang apa yang terjadi besok dalam pidato Jerome Powell," tambahnya.

Selain itu, investor juga menanti rilis data inflasi dari Personal Consumption Expenditure (PCE). PCE sering digunakan The Fed sebagai acuan untuk mengukur inflasi dan dapat mempengaruhi tindakan selanjutnya.

Semalam waktu Indonesia, klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir pada 21 Agustus kembali mengalami penurunan. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim pengangguran turun menjadi 243.000, dari sebelumnya sebanyak 245.000.

Angka klaim pengangguran Itu juga lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 255.000.

Sedangkan, revisi perkiraan untuk pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal II-2022 menunjukkan penurunan yang lebih kecil dibandingkan dengan perkiraan pertama.

Biro Analisis Ekonomi AS mengatakan bahwa PDB berkontraksi sebesar 0,6% pada kuartal II-2022. Perkiraan awal yang dirilis pada bulan lalu menunjukkan penurunan sebesar 0,9%.

Ada revisi negatif dalam laporan tersebut. PDB Indeks harga tumbuh 8,4% selama kuartal tersebut. Estimasi sebelumnya menunjukkan kenaikan sebesar 8,2%.

Meskipun inflasi tinggi dan pertumbuhan PDB negatif, namun pendapatan domestik bruto riil naik 1,4% pada kuartal kedua.

Pada hari ini, investor akan memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang kembali menghijau pada perdagangan Kamis kemarin.

Data klaim pengangguran yang kembali menurun cenderung direspons positif oleh pelaku pasar. Tetapi, hal ini dapat menjadi alasan The Fed untuk tetap bersikap hawkish karena pasar tenaga kerja di AS semakin pulih.

Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis kemarin melaporkan klaim pengangguran turun menjadi 243.000, dari sebelumnya sebanyak 245.000. Angka klaim pengangguran Itu juga lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 255.000.

Di lain sisi, simposium Jackson Hole sudah dimulai pada Kamis malam waktu Indonesia atau Kamis pagi waktu AS. Namun, Powell baru akan berpidato pada Jumat malam waktu Indonesia.

Investor akan fokus untuk mengamati pernyataan Powell yang diprediksikan akan memberikan sinyal mengenai bagaimana The Fed meredam inflasi.

Investor juga akan mencari petunjuk tentang berapa banyak suku bunga AS yang lebih tinggi mungkin perlu pergi dan untuk berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan sikap yang lebih melunak, jika inflasi tidak turun secara signifikan dari level tertinggi 40 tahun saat ini.

Selain itu, investor juga menanti rilis data inflasi dari indeks Personal Consumption Expenditure (PCE). Indeks PCE AS periode Juli 2022 diprediksi akan sedikit mengalami penurunan yakni menjadi 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Juni lalu sebesar 6,8% (yoy).

Sedangkan secara bulanan (month-on-month/mom), inflasi PCE AS pada bulan lalu juga diprediksi melandai menjadi 0,3%, dari sebelumnya sebesar 0,6%.

PCE sering digunakan The Fed sebagai acuan untuk mengukur inflasi dan dapat mempengaruhi tindakan selanjutnya.

Seandainya Powell menyatakan inflasi belum mencapai puncaknya, maka akan berdampak buruk ke pasar finansial. The Fed kemungkinan masih akan sangat agresif menaikkan suku bunga di bulan depan.

Saat ini, prediksi pasar cenderung terbelah, di mana ada yang memperkirakan The Fed akan menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp) pada pertemuan September mendatang, ada juga yang memperkirakan kenaikan 75 bp.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 bp ke 2,75-3% adalah 39,5%. Sementara kemungkinan kenaikan 75 bp adalah 60,5%.

Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali melandai jelang pidato Powell. Yield Treasury tenor 2 tahun ditutup di posisi 3,374%, melandai 1,2 bp.

Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan obligasi acuan (benchmark)negara AS juga turun 7,5 bp ke 3,031% pada penutupan perdagangan kemarin.

Dari dalam negeri, sentimen dari isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite masih akan mewarnai pasar keuangan dalam negeri pada hari ini.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Simposium Jackson Hole,
  2. Rilis data produksi industri Singapura periode Juli 2022 (12:00 WIB),
  3. Rilis data indeks harga PCE Amerika Serikat periode periode Juli 2022 (19:30 WIB),
  4. Pidato Ketua bank sentral Amerika Serikat (21:00 WIB),
  5. Rilis data sentimen konsumen Michigan Amerika Serikat periode Agustus 2022 (21:00 WIB).

 

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1. RUPS Tahunan PT Sumi Indo Kabel Tbk (09:00 WIB),
  2. RUPS Luar Biasa PT Dharma Polimetal Tbk (09:00 WIB),
  3. Pembayaran dividen tunai PT Indosat Tbk

 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q2-2022 YoY)

5,44%

Inflasi (Juli 2022 YoY)

4,94%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Agustus 2022)

3,75%

Surplus Anggaran (APBN 2022 per Juli)

0,57% PDB

Surplus Transaksi Berjalan (Q2-2022 YoY)

1,1% PDB

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q2-2022 YoY)

US$ 2,4 miliar

Cadangan Devisa (Juli 2022)

US$ 132,2 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/luc) Next Article Sengketa Pilpres di MK Memanas, Mampukah Pasar RI Happy Long Weekend?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular