Newsletter

IHSG Tertahan di Support Kuat, Peluang Rebound Terbuka

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
19 July 2022 06:10
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

IHSG masih tertahan oleh support 6.630 sehingga peluang untuk rebound terbuka lebar pada perdagangan hari ini. Namun, gerak yang fluktuatif berpotensi masih akan terjadi karena sikap investor yang cenderung wait and see.

IHSG berpotensi bergerak di rentang 6.630 sebagai support dan 6.740 sebagai resisten. Jika menguat dan berhasil menembus resisten, tujuan berikutnya ke 6.800. Sedangkan jika IHSG jatuh dan menembus suport 6.300, pemberhentian berikutnya di 6.585. Faktor global masih menjadi motor penggerak IHSG hari.

Uni Eropa akan mengumumkan inflasi finalnya untuk Juni. Menurut jajak pendapat analis Reuters, inflasi zona Eropa akan mencapai 8,6% secara tahunan (year-on-year). Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam sejarah.

Tingginya inflasi di zona Eropa didorong oleh harga energi yang melambung. Penyebabnya adalah aliran energi dari Rusia distop sebagai sanksi terhadap Rusia yang menyerang Ukraina. Masalahnya Rusia adalah pemasok energi terbesar di Uni Eropa, sehingga pasokan pun semakin langka.

Hal ini kemudian membuat Bank Uni Eropa (ECB) diperkirakan akan menaikkan suku bunganya dari semula 0% menjadi 0,25% pada pertemuan 21 Juli nanti yang menandakan sudah mengakhiri era suku bunga rendah.

Di sisi lain, investor melihat The Fed akan lebih kalem menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan ini dibanding saat pengumuman inflasi Juni. Ekspektasi bergeser dari kenaikan 100 bps menjadi 75 bps.

Ini bisa jadi indikasi pasar mulai mencerna bahwa kenaikan suku bunga dapat menekan inflasi agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga di masa depan meskipun dalam jangka pendek dapat membuat resesi.

Dari dalam negeri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak mengenakan pajak pungutan ekspor atas minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dan turunannya hingga 30 Agustus 2022.

Seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 115 tahun 2022, pembebasan pajak pungutan ekspor ini berlaku terhadap seluruh produk, baik tandan buah segar, kelapa sawit, dan CPO dan palm oil serta use cooking oil.

"PMK ini menurunkan pajak pungutan ekspor jadi 0% hingga 30 Agutus 2022. Pajak ekspor diturunkan 0% kepada seluruh produk yang berhubungan dengan CPO," kata Sri Mulyani di sela-sela kegiatan FMCBG G20 Bali, Sabtu (16/7/2022).

Sentimen ini akan jadi katalis positif bagi emiten CPO karena dapat memperbaiki kinerja ekspor yang hilang pada bulan Mei. Ditambah dapat menjaga margin keuntungan karena tidak ada beban pungutan ekspor.

Mata investor tetap fokus pada keputusan Bank Indonesia yang akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis mendatang.

Pasar tentunya akan melihat apakah BI masih akan mempertahankan suku bunganya di rekor terendah 3,5%. Jika masih dipertahankan, maka selisih suku bunga dengan The Fed akan semakin menyempit, ada risiko capital outflow yang terjadi di pasar obligasi akan semakin besar.

Sementara jika dinaikkan, maka akan meningkatkan daya tarik obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) dan mendongkrak nilai tukar rupiah. Tetapi, risikonya laju pertumbuhan ekonomi akan melambat.

Kenaikan suku bunga acuan dapat menjadi sentimen negatif bagi pasar. Sebab kenaikan suku bunga acuan dapat menghambat laju ekspansi perusahaan karena suku bunga kredit pun juga ikut naik sehingga beban utang makin tinggi.

Menurut konsensus analis Reuters, geng Jalan Thamrin masih akan mempertahankan kenaikan suku bunga meskipun inflasi telah mencapai 4% lebih pada Juni. Bahkan rupiah yang sudah berhasil menyentuh Rp 15.000/US$ tampaknya masih membuat Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunganya.

(ras/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular