Newsletter

Wall Street Masih Menggebu-Gebu, IHSG Siap Lanjutkan Reli?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
09 December 2021 06:02
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG, Senin (22/11/2021)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik tipis pada penutupan perdagangan Rabu (8/12/2021), setelah sempat terkoreksi jelang akhir penutupan perdagangan kemarin.

Indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup naik tipis 0,02% ke level 6.603,798. Di sesi I perdagangan kemarin, IHSG menguat 0,23%. Namun di awal sesi II, penguatan IHSG terpangkas dan bahkan sempat terkoreksi pada sekitar pukul 14:00 WIB. Akan tetapi pada akhirnya, IHSG mampu berbalik arah kembali ke zona hijau, meskipun hanya menguat tipis.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi kemarin kembali naik dan mampu menembus Rp 20,4 triliun. Sebanyak 240 saham tercatat naik, 272 saham turun, dan 162 lainnya stagnan.

Investor Asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 155 miliar di pasar reguler. Tetapi di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) cukup besar, yakni sebesar Rp 2,7 triliun, sehingga jika ditotal, maka asing melakukan net buy sebesar Rp 2,5 triliun.

Saham PT Avia Avian Tbk (AVIA) yang baru saja melantai di bursa saham domestik kemarin menjadi saham yang paling banyak dilepas asing dengan net sell mencapai Rp 136 miliar.

Selain melepas saham AVIA, asing juga melepas tiga saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) di atas Rp 100 triliun, yakni saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Sementara dari pembelian bersih, asing tercatat mengoleksi dua saham big cap, yakni saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).

Kabar baik juga datang dari rupiah yang sukses membukukan penguatan 2 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (8/12). Penguatan tersebut menegaskan rupiah mulai lepas dari kinerja buruk tidak pernah menguat dalam 12 hari perdagangan beruntun.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Mata uang Ibu Pertiwi juga berjaya di perdagangan pasar spot.

Pada Rabu (8/12/2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.348. Rupiah menguat 0,42% dibandingkan hari sebelumnya. Di pasar spot, US$ 1 dihargai Rp 14.355 kala penutupan perdagangan. Rupiah terapresiasi 0,14%.

Sejalan dengan rupiah, sebagian besar mata uang utama Asia juga menapaki jalur hijau. Hanya rupee India dan peso Filipina yang menyerah di hadapan greenback.

Membaiknya sentimen pelaku pasar menjadi penopang penguatan rupiah dalam 2 hari terakhir. Rupiah sebagai mata uang emerging market dengan imbal hasil tinggi sangat sensitif dengan sentimen pelaku pasar global.

Tiga indeks utama Wall Street kembali ditutup menguat pada hari Rabu (8/12/2021) karena investor terus bertaruh bahwa dampak varian omicron tidak akan memberikan ancaman mengerikan seperti yang diperkirakan banyak orang sebelumnya.

Dow Jones Industrial Average berhasil balik ke zona hijau menjelang akhir hari perdagangan, naik 35,32 poin, atau 0,10%, ke level 35.754,75. S&P 500 berhasil menguat 0,31% menjadi 4.701,21 atau kurang 0,9% lagi dari rekor harga tertingginya. Sedangkan indeks Nasdaq i naik 0,6% ke level 15.786,99.

Menghijaunya saham di bursa AS divalidasi oleh berita terbaru terkait vaksin di mana Pfizer dan BioNTech mengatakan tiga dosis vaksin mereka efektif untuk menetralkan varian omicron, mengutip tes laboratorium yang dijalankan sendiri. Mereka juga mengatakan dua dosis masih dapat melindungi terhadap penyakit parah.

Saham Pfizer yang bulan lalu meningkat 6,3% pada bulan lalu, pada perdagangan hari ini terkoreksi sedikit.

Sebenarnya sebelum Pizer merilis keterangan terkait keampuhan vaksinnya, banyak investir yang sudah mengantisipasi bahwa varian baru akan dapat 'dijinakkan', harapan itu ikut membantu mendorong rebound pada perdagangan Senin dan reli di hari berikutnya.

Saham terkait perjalanan, hiburan dan transportasi terus menguat lebih tinggi karena berita tersebut memberi investor kepercayaan tambahan untuk membuka kembali bisnis yang telah lama lumpuh. Norwegian Cruise Line melonjak 8,2% dan merupakan top gainers di S&P 500, diikuti oleh Carnival dan Royal Caribbean, yang masing-masing naik lebih dari 5%.

Saham maskapai penerbangan dan kasino juga membuat pergerakan besar, termasuk United Airlines dan Las Vegas Sands, yang masing-masing naik lebih dari 4%. ETF Invesco Dynamic Leisure and Entertainment naik 1,1%.

Di tempat lain, saham PagerDuty melonjak 11,2% setelah pembuat perangkat lunak mengumumkan proyeksi pendapatan kuartal saat ini yang lebih baik dari perkiraan.

Saham Meta Platform naik 2,4% setelah perusahaan memberi karyawannya opsi untuk menunda kembali ke kantor, yang saat ini dijadwalkan pada akhir Januari, tiga hingga lima bulan.

Saham Apple juga terapresiasi 2,2% setelah UBS mempertahankan peringkat belinya meskipun ada kekhawatiran baru-baru ini tentang permintaan terhadap produk iPhone 13.

Namun, kenaikan tersebut diimbangi oleh pergerakan turun di seluruh pasar.

Saham Stitch Fix jatuh 23,9% setelah mengumumkan proyeksi pendapatan dan metrik keanggotaan yang mengecewakan.

Saham pembuat panggangan Weber turun 5,1% meskipun melaporkan kerugian yang lebih kecil dari perkiraan untuk kuartal terakhir.

Jumlah pekerja yang meninggalkan pekerjaan mereka karena ketidakpuasan atau peluang yang lebih baik di tempat lain turun pada Oktober sebesar 4,7%, kata Departemen Tenaga Kerja dalam survei Job Openings and Labor Turnover, juga dikenal sebagai JOLTS,

Laporan JOLTS diawasi ketat oleh Federal Reserve untuk tanda-tanda ketatnya pasar tenaga kerja.

Kinerja saham pulih pada minggu ini dari penurunan pasar minggu lalu di tengah kekhawatiran varian omicron dan kemungkinan program pembelian obligasi Fed yang lebih cepat dari perkiraan.

Kenaikan minggu ini menjadikan jarak ke rekor tertinggi yang dicatatkan oleh indeks utama kini semakin dekat. Dow sekitar 2,2% dari rekornya dan Nasdaq kira-kira 2,6% dari level tertinggi sepanjang masa.

Secara umum, sentimen soal perkembangan pemberitaan soal Covid-19 Omicron masih akan mewarnai pergerakan pasar hari ini, begitu juga dengan keberlangsungan tapering yang dilakukan oleh bank sentral AS.

Jika sebelumnya Omicron mampu membuat investor panik dan mengguncang pasar modal karena tingkat penularan yang tinggi, kini beberapa studi awal baru dan pernyataan dari petinggi medis mampu memberikan rasa aman.

Selasa (7/12/2021) kemarin, Kepala Eksekutif Pfizer Inc. Albert Bourla mengatakan kepada peserta konferensi The Wall Street Journal's CEO Council Summit bahwa Omicron tampaknya lebih menular tetapi menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah. Meskipun dia kembali menekankan bahwa lebih banyak pekerjaan perlu dilakukan untuk mengetahui dengan pasti.

Terbaru dalam pengumuman Rabu (8/12) kemarin, Pfizer-BioNTech menyebutkan bahwa dosis ketiga vaksin kerja sama mereka tampaknya mampu memberikan perlindungan yang kuat terhadap varian omicron, sementara vaksin dua dosis awal mungkin tidak cukup untuk mencegah infeksi.

Temuan mereka, bersama dengan data dari studi laboratorium terpisah, mengkonfirmasi bahwa varian baru lebih terampil menghindari perlindungan kekebalan yang diberikan oleh vaksin yang ada daripada jenis sebelumnya, tetapi sejauh mana kemampuannya untuk melemahkan pertahanan tubuh masih belum diketahui pasti.

Dari dalam negeri sentimen positif datang dari pemerintah Indonesia sejauh ini berhasil menekan angka kasus konfirmasi Covid-19 harian dengan stabil di bawah angka 400 kasus. Kasus aktif dan jumlah yang dirawat di RS menunjukkan tren penurunan dalam beberapa hari ke belakang. Sebelumnya pemerintah telah membatalkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 selama periode libur natal dan tahun baru (nataru) di semua daerah.

Selain PPKM, sentimen positif datang dari rilis data ekonomi. Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan November 2021 naik menjadi 118,5 dari bulan sebelumnya 113,4.

Selanjutnya sentimen positif yang bisa menjadi bahan bakar perdagangan hari ini adalah kondisi prima indeks utama Amerika di bursa Wall Street. Tercatat sepanjang pekan ini, investor terlihat sangat bergairah dengan ketiga indeks utama AS dalam tiga hari beruntun ditutup menguat, meskipun di hari terakhir kenaikannya tidak sesignifikan dua hari sebelumnya.

Sentimen positif yang bisa diharapkan oleh investor, sepanjang bulan Desember ini adalah aktivitas window dressing yang mungkin akan dilakukan oleh manajer investasi untuk mempercantik portofolio yang dimiliki.

Jika melihat faktor musiman Desember - yang salah satunya didorong oleh aktivitas window dressing - maka kecenderungan IHSG mencatatkan koreksi terbilang sangat minim. Dalam 10 tahun terakhir, pada bulan Desember kinerja bulanan IHSG konsisten positif dengan rerata imbal hasil 3,23%. Biasanya kenaikan IHSG juga akan dilanjutkan ke awal tahun berikutnya dan fenomena ini dinamai January Effect.

Saham-saham yang menjadi sasaran window dressing bulan Desember adalah saham blue chip yang nilai kapitalisasi pasarnya besar sehingga bobotnya terhadap indeks juga besar.

Selain dari perkembangan Covid-19 Omicron, ada beberapa hal lain yang juga patut dipantau seperti adanya kemungkinan bagi The Fed akan mempercepat laju tapering dan diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan yang lebih awal serta agresif.

Sebelumnya The Fed resmi mengumumkan tapering pada November dengan laju US$ 15 miliar per bulan. Jika secara mendadak The Fed akan berubah jauh lebih agresif untuk mengetatkan kebijakan moneter, bsia jadi pasar bereaksi negatif.

Risiko lain juga datang dari AS adalah kelanjutan debt ceiling atau plafon utang AS. Setelah diperpanjang hingga awal Desember sekarang adalah momen penentuan.

Terbaru DPR AS, baru meloloskan aturan yang akan memberikan satu kali kesempatan bagi Senat untuk menaikkan plafon utang dengan suara mayoritas biasa - 51 suara, bukan supermajority 60 suara - seperti biasanya. Meski demikian pengesahannya masih belum 100% terjamin.

Menteri Keuangan AS Janet L. Yellen sebelumnya telah mengingatkan bahwa Amerika Serikat tidak akan mampu membayar tagihannya segera setelah 15 Desember jika Kongres tidak bergerak cepat. Gagal bayar tersebut akan menjadi malapetaka pada AS dan ekonomi global.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

Pengumuman Suku Bunga Brazil (04.00 WIB)

Pidato Gubernur Bank Sentral Australia (05.00 WIB)

Laju Inflasi China November (08.30 WIB)

Data Indeks Harga Produsen China November (08.30 WIB)

Neraca Perdagangan Jerman Oktober (14.00 WIB)

Data Ekspor-Impor Jerman (14.00 WIB)

Data Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan China November (10.00 WIB)

Neraca Transaksi Berjalan Jerman Oktober (14.00 WIB)

Laju Inflasi Meksiko (19.00 WIB)

Data Klaim Pengangguran Awal Desember Amerika Serikat (20.30 WIB)

Hari ini setidaknya terdapat enam agenda korporasi yang akan dilaksanakan mulai dari pencatatan perdana (IPO) di bursa saham, pembagian dividen tunai hingga rapat umum tahunan. Berikut adalah daftar perusahaan yang akan melaksanakan agenda korporasi hari ini.

IPO PT PT Indo Pureco Pratama Tbk (IPPE)

Cum date rights issue PT  Bank Bumi Arta Tbk (BNBA)

Cum date dividen tunai PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS)

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Mitra Energi Persada Tbk (KOPI)

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID)

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD)

Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:


(fsd) Next Article Powell Buat Pasar Happy, IHSG Bisa Cuan Saat Window Dressing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular