
Semua Pantau Harga Minyak, Level US$ 90/Barel Kian Dekat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham dan rupiah kompak menguat, tetapi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah melemah menandakan pasar masih mengantisipasi risiko jangka pendek. Hari ini, pasar cenderung mengikuti arah pergerakan harga minyak mentah dunia, dan komoditas lainnya.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,47% ke level 6.656,94 pada perdagangan Selasa (26/10/2021) kemarin. Sebanyak 252 saham menguat, 266 melemah dan 147 stagnan.
Asing lanjut memborong saham domestik dengan mencetak pembelian bersih (net buy) senilai Rp 746,11 miliar di pasar reguler. Total transaksi tercatat sebesar Rp 12,2 triliun, yang melibatkan 21,5 miliar saham yang berpindah tangan 1,3 jutaan kali
Sementara itu, rupiah bergerak fluktuatif melawan dolar Amerika Serikat (AS) meski berakhir dengan penguatan. Harga batu bara yang kembali menguat 2 hari terakhir membantu memberikan sentimen positif ke Mata Uang Garuda.
Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,11& ke Rp 14.140/US$. Setelah itu, apresiasi rupiah sempat bertambah menjadi 0,18%, tetapi surut menjadi hanya 0,04% di sesi penutupan.
Sementara itu, kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.165 per dolar AS, atau menguat 0,13% dibandingkan dengan posisi sehari sebelumnya. Mata uang Asia lainnya bergerak variatif di hadapan dolar AS.
Harga batu bara yang mulai menanjak lagi memberikan dampak positif ke rupiah. Pekan lalu, harga baru bara acuan Ice Newcastle Australia untuk kontrak bulan November ambrol nyaris 21% ke US$ 191/ton.
Sebelumnya batu bara mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 270/ton pada 5 Oktober. Jika dilihat dari rekor tersebut, batu bara sudah jeblok nyaris 30%. Namun, dalam 2 hari perdagangan terakhir, batu bara kembali melesat lebih dari 7%.
Secara umum, pasar belum sepenuhnya percaya diri memborong aset di bursa saham, sebagaimana terlihat dari imbal hasil (yield) mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) yang kembali ditutup melemah.
Mayoritas investor kembali ramai memburu SBN ditandai dengan melemahnya imbal hasil di hampir seluruh tenor SBN. Hanya SBN bertenor 1 tahun yang dilepas investor, ditandai dengan kenaikan yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 1 tahun menguat 3,8 basis poin (bp) ke 3,314% sementara yield SBN tenor 10 tahun (yang merupakan acuan pasar) kembali melemah 1,5 bp ke 6,154%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali mencetak rekor tertinggi baru pada penutupan perdagangan Selasa (26/10/2021), menyusul rilis kinerja keuangan mayoritas emiten teknologi yang masih moncer.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 15,7 poin ke rekor tertinggi baru 35.756,88. Indeks S&P 500 tumbuh 0,2% ke rekor tertinggi baru juga, pada 4.574,79. Nasdaq juga menguat, meski hanya 0,1% ke 15.235,71.
Pemberat pergerakan Nasdaq adalah saham raksasa media sosial Facebook yang drop nyaris 4% setelah pendapatan dan jumlah aktif penggunanya lebih rendah dari perkiraan pasar (meski perseroan mencetak laba bersih yang melampaui ekspektasi).
Saham Tesla juga terkoreksi, sebesar 0,6%, menyusul aksi ambil untung investor setelah reli perusahaan milik Elon Musk ini melesat hingga 12% dan menyentuh nilai kapitalisasi pasar US$ 1 triliun.
Saham United Parcel Service (UPS) melonjak nyaris 7% setelah menbukukan kinerja yang kuat. Demikian juga saham General Electric yang lompat 2% setelah perseroan merilis revisi proyeksi laba bersihnya setahun penuh, dengan laba bersih melampaui ekspektasi pasar.
"Selera mengambil risiko masih tinggi di bursa saham... laba bersih p=emiten menjadi katalis kunci di balik reli yang tingi akhir-akhir ini, menyusul kuatnya permintaan yang menghaus kendala suplai dan tekanan harga," tutur Craig Johnson, Kepala Teknisi Pasar Piper Sandler seperti dikutip CNBC International.
Menurut Refinitiv, 81% dari sepertiga konstituen indeks S&P 500 yang sudah merilis kinerja keuangannya mencetak laba bersih di atas estimasi pasar per kuartal III-2021. Rata-rata pertumbuhan laba bersih mereka diproyeksikan sebesar 35,6% per kuartal tersebut.
Saham Alphabet (induk usaha Google) dan Microsoft menguat jelang penutupan. Raksasa teknologi ini merilis kinerja keuangan kuartal III-2021 usai penutupan pasar bersama Twitter, dan Advanced Micro Devices.
Kabar positif datang dari indeks keyakinan konsumen AS per Oktober yang menguat, membalik tren pelemahan 3 bulan terakhir, menurut Conference Board. Angka indeks keyakinan konsumen berada di angka 113,8 atau melampaui ekspektasi Dow Jones sebesar 108 dan naik dari posisi September sebesar 109,8.
Harga minyak mentah dunia menguat ke level tertingginya sejak 2014, menyusul penurunan pasokan global dan kuatnya permintaan di Amerika Serikat (AS) selaku konsumen utama energi dunia tersebut.
Kenaikan harga terjadi jelang rilis laporan inventori minyak AS versi American Petroleum Institute (API), dan versi Energy Information Administration (EIA). Analis sejauh ini memperkirakan inventori minyak AS akan mencapai 1,9 juta barel.
Harga kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent naik 0,5% ke level US$ 86,4 per barel, sementara minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) lompat 1,1%, menjadi US$ 84,65 per barel. Itu adalah level harga tertinggi sejak Oktober 2014.
"Kendala pasokan energi belum akan berakhir, sehingga kami memperkirakan harga minyak masih akan naik hingga November dan Desember karena suplai terhitung lebih sedikit dibanding permintaan dan OPEC tak mengubah sikap," tutur Louise Dickson, analis pasar senior Rystad Energy seperti dikutip Reuters.
Organisasai Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan sekutunya Rusia saat ini menaikkan produksi sebesar 400.000 barels per hari (bph) tiap bulan, tapi menolak memenuhi seruan untuk mempercepat laju kenaikan tersebut.
Dari China, sentimen negatif muncul setelah satu lagi perusahaan properti kesulitan membayar kewajibannya, menyusul Evergrande Group, Fantasia Holdings dan Sinic Holdings, yakni Modern Land.
Reuters mengabarkan bahwa emiten bursa Hong Kong tersebut telah melewatkan pembayaran kupon obligasi, menambah kekhawatiran tentang dampak yang lebih luas dari krisis utang di sektor properti China.
Pekan lalu Modern Land telah menyatakan akan menunda pembayaran bunga obligasi yang jatuh tempo Senin, 25 Oktober kemarin dan akan membayar sebagian darinya senilai US$ 250 juta atau setara dengan Rp 3,62 triliun dalam 3 bulan ke depan.
Otoritas China dikabarkan akan bertemu dengan perusahaan-perusahaan properti yang memiliki beban utang dalam mata uang dolar AS yang menggunung, untuk mengukur kemampuan mereka dalam membayarkan kewajibannya, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang likuiditas.
Dari Amerika Serikat (AS) kabar positif masih bersumber dari rilis kinerja keuangan. Alphabet, induk usaha Google, mencetak laba bersih per saham (earning per sahare/EPS) kuartal III-2021 sebesar US$27,99/unit yang melampaui estimasi pasar sebesar US$23,5/saham.
Namun, sahamnya terkoreksi 2% di sesi pra-pembukaan pagi ini waktu Indonesia akibat aksi ambil untung menyusul reli sepanjang tahun ini yang telah mencapai 58% atau dua kali lipat lebih dari penguatan indeks S&P 500.
Microsoft juga mencetak kinerja positif, dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 22% dan laba bersih yang melampaui ekspektasi pasar. Demikian juga dengan AMD yang penjualannya lompat 54% berkat tingginya permintaan konsol gim dan pemroses grafik di komputer.
Berikut data ekonomi dan agenda korporasi yang dirilis hari ini:
- Indeks Keyakinan Konsumen Korea Selatan per Oktober (04:00 WIB)
- Inflasi Australia kuartal III-2021 (07:30 WIB)
- Keuntungan industri per September (07:30 WIB)
- RUPSLB PT Fap Agri Tbk (10:00 WIB)
- Indeks Keyakinan Konsumen Denmark per Oktober (13:00 WIB)
- Indeks Keyakinan Konsumen Prancis per Oktober (13:30 WIB)
- Stok minyak dan BBM AS versi EIA (21:30 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Moment of Truth! Siap-siap Simak Rilis Inflasi AS