Newsletter

Tanpa 'Beking' Tapering, Dolar Jadi Tak Seram Lagi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 September 2021 06:00
money changer
Ilustrasi Money Changer (REUTERS/Johannes P. Christo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah kompak finis di jalur hijau.

Kemarin, IHSG ditutup di posisi 6.129,09. Naik 0,67% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Perdagangan berlangsung cukup semarak degan frekuensi transaksi 1,41 juta kali yang melibat 22,51 juta unit saham senilai Rp 14,78 triliun. Investor asing membukukan beli bersih Rp 401,4 miliar.

Kemudian imbal hasil (yield) obligasi pemerintah bergerak turun. Yield surat utang berbanding terbalik dengan harga. Saat yield turun berarti harga Surat Berharga Negara (SBN) sedang naik karena permintaan yang tinggi.

yieldSumber: Refinitiv

Pemerintah menggelar lelang tujuh seri Surat Utang Negara (SUN) kemarin. Lelang tersebut berhasil menjaring penawaran Rp 80,66 triliun dan pemerintah menyerap Rp 21 triliun di antaranya.

Selain itu, pemerintah juga mengumumkan penerbitan perdana obligasi dalam valuta asing yaitu euro yang akan digunakan untuk pembiayaan proyek pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Obligasi itu berdenominasu euro dengan nilai EUR 500 juta. Tingkat kupon adalah 1,3%, yield 1,351%, tenor 12 tahun.

Gelontoran arus modal di pasar saham dan obligasi tersebut menopang penguatan nilai tukar rupiah. Di perdagangan pasar spot, dolar Amerika Serikat (AS) ditutup Rp 14.245 di mana rupiah terapresiasi 0,04%.

Halaman Selanjutnya --> Cemaskan Pemulihan Ekonomi, Wall Street Terkoreksi

Beralih ke bursa saham AS di Wall Street (New York), tiga indeks utama finis di jalur merah. Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan Nasdaq Composite terkoreksi masing-masing 0,82%, 0,56%, dan 0,43%.

Awalnya Wall Street semringah merespons rilis data inflasi Negeri Paman Sam. Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan inflasi inti pada Agustus 2021 adalah 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Melambat dibandingkan Juli 2021 yang sebesar 0,3% dan menjadi yang terendah dalam enam bulan terakhir.

Dibandingkan dengan Agustus 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi inti adalah 4%. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,3% dan menjadi yang terendah dalam tiga bulan terakhir.

inflasiSumber: US Bureau of Labor Statistics, Refinitiv

Perlambatan laju inflasi memberi harapan bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tidak akan terlalu agresif dalam waktu dekat. Masih ada waktu buat kebijakan moneter longgar, tidak perlu terburu-buru melakukan pengetatan kebijakan (tapering). Dengan begitu, likuiditas tetap akan membeludak, tidak ketat.

Akan tetapi, kemudian pelaku pasar menyadari bahwa perlambatan laju inflasi juga berarti pemulihan ekonomi agak tertahan, tidak lagi melaju kencang. Ini yang kemudian memunculkan aksi jual terhadap aset-aset berisiko seperti saham.

"Kita sedang berada di pasar yang tarik-ulur. Sampai ada arah yang jelas soal pemulihan ekonomi, perdagangan semacam ini akan terus terjadi. Investor akan sangat berhati-hati" kata Greg Bassuk, Chief Executive di AXS Intestments yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Selain itu, investor juga terus memantau wacana kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh). Kubu Partai Demokrat di House of Representatives mengusulkan kenaikan tarif PPh di mana PPh Badan akan naik dari 21% menjadi 26,5%.

Kenaikan tarif PPh, jika terwujud, tentu akan mengurangi laba emiten. Ini tentu menjadi kabar buruk bagi pasar saham.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

Untuk perdagangan hari ini, investor patut menyimak sejumlah sentimen yang berpotensi menggerakkan pasar. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang kurang menggembirakan. Merahnya Wall Street dikhawatirkan akan menular ke Asia, termasuk Indonesia.

Sentimen kedua adalah nilai tukar dolar AS. Usai rilis data inflasi, sepertinya mata uang Negeri Adidaya kehilangan pamor. Pada pukul 02:10 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,06%.

Tanpa 'beking' tapering, dolar AS tidak lagi terlalu seram. Perlambatan laju inflasi akan memberi waktu bagi The Fed untuk menunda tapering demi pemulihan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Lagipula, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) belum usai dan kini malah ada virus corona varian delta yang lebih ganas.

Apabila kelesuan dolar AS bertahan sepanjang hari ini, maka rupiah punya peluang untuk kembali menapaki zona hijau. Tren penguatan rupiah terhadap mata uang Negeri Stars and Stripes sepertinya bakal berlanjut.

kursSumber: Refinitiv

Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data perdagangan internasional periode Agustus 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 36,5% yoy. Sementara impor diperkirakan tumbuh lebih tinggi yakni 44,29% yoy. Namun neraca perdagangan 'diramal' masih surplus US$ 2,32 miliar.

Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, berpandangan salah satu faktor yang menopang ekspor adalah tren kenaikan harga komoditas. Minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), misalnya, rata-rata harganya meroket 60,7% yoy pada Agustus 2021.

cpoSumber: Refinitiv

Tirta Citradi, Ekonom MNC Sekuritas, menyebut kenaikan harga komoditas tidak hanya mendongrak kinerja ekspor Indonesia tetapi juga cadangan devisa. Per akhir Agustus 2021, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Tanah Air adalah US$ 144,78 miliar, tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

"Cadangan devisa yang memadai akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah," ujar Tirta dalam risetnya.

Halaman Selanjutnya --> Simak Data dan Agenda Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

growth

Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Ada Feeling Dolar AS Bakal 'Kesetanan' Hari Ini...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular