Newsletter

Likuiditas Dunia Masih Melimpah, Pasar Tengok Cadangan Devisa

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
07 September 2021 06:30
BI

Jakarta, CNBC Indonesia - Mentalitas moneter ekstra longgar masih dominan di benak pelaku pasar pada perdagangan Senin (6/9/2021), sehingga bursa saham, rupiah, dan obligasi kompak menguat. Hari ini, perhatian pasar untuk sementara akan terfokus ke dalam negeri untuk mencari konfirmasi kuatnya arus modal asing dari cadangan devisa.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin kemarin ditutup menguat sangat tipis, sebesar 0,017 poin saja, ke level 6.126,938 jelang pengumuman perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Indonesia pada petang hari.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi naik tipis menjadi Rp 10,2 triliun, dengan 252 saham terapresiasi, 239 lain terdepresiasi dan 158 sisanya stagnan. Investor asing masih melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 342,8 miliar di pasar reguler.

Kenaikan IHSG terjadi bersamaan dengan mayoritas bursa utama Asia, di tengah kian yakinnya investor bahwa kebijakan moneter ekstra longgar di Amerika Serikat (AS) akan dipertahankan hingga akhir tahun ini mengingat data tenaga kerja masih belum memuaskan.

Di sisi lain, pelaku pasar juga meyakini bahwa penanganan pandemi di Indonesia terus membaik sehingga perpanjangan PPKM yang diumumkan petang kemarin (usai penutupan pasar) akan berujung pada pelonggaran aktivitas ekonomi dan bisnis di sektor non-esensial.

Benar saja. Pelonggaran diberikan di sektor industri jasa restoran dan pariwisata. Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan tempat wisata di wilayah PPKM Level 3 akan dicoba untuk dibuka kembali, dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dan implementasi aplikasi 'peduli lindungi.'

Selain itu, para pengunjung restoran diperbolehkan makan di tempat dengan waktu 1 jam, dan kapasitas keterisian sebanyak 50%. Pelonggaran diberikan menyusul kian membaiknya penanganan pandemi di Tanah Air.

Kementerian Kesehatan mengumumkan kasus baru Covid-19 per Senin kemarin tercatat bertambah 4.413 orang. Dalam seminggu terakhir, rata-rata pasien positif corona bertambah 7.884 orang/hari atau jauh lebih baik ketimbang rerata 7 hari sebelumnya yaitu 13.482 orang.

Kondisi tersebut membuat pelaku pasar global yakin menanamkan dananya di portofolio Indonesia. Aliran modal pun masuk sehingga mendorong penguatan rupiah. Melansir data Refinitiv, rupiah menguat 0,28% terhadap dolar AS ke Rp 14.220/US$, yang merupakan level terkuat sejak 15 Juni lalu.

Masuknya dana asing terjadi di pasar obligasi di mana imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun 3,2 basis poin (bp) ke 6,1%. Penurunan yield mengindikasikan kenaikan harga.

Selisih yield SBN di Indonesia yang masih besar sukses menarik investor asing di tengah buruknya rilis data tenaga kerja AS sehingga membuat ekspektasi tapering makin mundur. Tanpa tapering, mereka masih akan berlimpahan likuiditas untuk diputar di pasar negara berkembang.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada Senin (6/9/2021) libur untuk memperingati Hari Buruh. Namun sayangnya, kondisi perburuhan di Negara Adidaya tersebut masih tertekan oleh pandemi yang mengindikasikan pemulihan masih jauh di depan mata.

Slip gaji baru per Agustus tercatat hanya bertambah 235.000, atau jauh dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memprediksi angka 720.000. Angka tersebut juga terpaut jauh dari capaian Juli yang mencapai 1,05 juta slip gaji.

Pemicunya adalah penyebaran kembali varian delta yang membuat optimisme pelaku usaha kembali tertekan, dan mengurangi aktivitas bisnisnya. Pasar pun akan memantau kembali data klaim tunjangan pengangguran mingguan yang akan dirilis Kamis pekan ini.

Data penggajian dan klaim tunjangan pengangguran menjadi acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk mempercepat atau memperlambat kebijakan tapering (pengurangan pembelian obligasi di pasar sekunder) yang telah disebutkan akan dilakukan tahun ini.

"Mundurnya pemulihan pasar tenaga kerja dan lompatan infeksi Covid-19 yang serius akan mendorong Komite Pasar Terbuka Federal [Federal Open Market Committee/FOMC] menunggu sebelum mereka mengumumkan pengurangan pembelian aset bulanannya," tutur analis Commonwealth Bank of Australia dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Bank asal Australia tersebut memperkirakan bank sentral terkuat di dunia tersebut akan mengumumkan pengurangan pembelian obligasi bulanannya pada rapat 3 November nanti. Nilain pengurangannya sebesar US$ 10 miliar (dari nilai sekarang US$ 120 miliar/bulan).

Di belahan lain dunia, mayoritas bursa Asia kemarin bergerak menguat, dengan dipimpin bursa saham China dan Jepang. Indeks Shanghai melonjak 1,12% menjadi 3.621,86 sedangkan indeks Shenzhen melesat 2,6% menjadi 14.546,6. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup naik 0,9%.

Sementara itu, indeks Nikkei Jepang melompat 1,83% ke level 29.659,89. Reli pada Senin itu menimpali lonjakan pada Jumat pekan lalu yang meroket 2,05% menyusul pernyataan Perdana Menteri Yoshihide Suga bahwa dia tidak akan maju dalam bursa pemilihan selanjutnya.

Reli bursa China terjadi setelah Presiden Xi Jinping mengumumkan rencananya untuk membuka bursa saham ketiga untuk membantu unit usaha kecil dan menengah (UKM) untuk menggali pendanaan dari pasar modal.

Bagi perekonomian China, sektor UKM menyumbang penyerapan hingga lebih dari 80% dari total pasar tenaga kerjanya. Namun, mereka sulit mendapatkan akses pendanaan dari perbankan. Bursa saham yang baru tersebut akan berisikan sebagian saham yang sudah di bursa sekarang.

Pada hari ini, tidak banyak rilis data ekonomi global yang patut diantisipasi pelaku pasar. Bursa Amerika Serikat (AS) pun libur untuk memperingati Hari Buruh. Oleh karenanya, sentimen pasar nasional bakal tergiring kembali ke dalam negeri dan ke kawasan Asia Pasifik.

Sejauh ini, sentimen jangka pendek cenderung berpihak pada pasar emerging market dengan menguatnya spekulasi bahwa bank sentral AS masih akan mempertahankan kebijakan ekstra longgar, yakni dengan membeli surat berharga di pasar sekunder senila US$120 miliar.

Data tenaga kerja yang masih mengecewakan mendorong investor menduga kebijakan pengurangan (tapering) laju pembelian kemungkinan baru akan terjadi pada November, seperti disebutkan Commonwealth Bank of Australia.

Oleh karenanya, kondisi banjir likuiditas masih akan terjaga setidaknya di September ini. Pasar pun akan mencari konfirmasi mengenai dugaan dan spekulasi kondisi likuiditas global tersebut dari data dalam negeri. Rilis cadangan devisa nasional per Agustus oleh Bank Indonesia (BI) akan diperhatikan.

Jika terjadi penguatan maka investor akan kian nyaman untuk belanja saham hari ini, karena yakin asing akan masuk dan membantu sisi demand. Tradingeconomics memperkirakan amunisi devisa bank sentral Indonesia bakal menguat menjadi US$ 138 miliar), dari angka Juli sebesar US$ 137,3 miliar.

Tatkala likuiditas global masih berlimpah, Indonesia melaporkan kemajuan penanganan pandemi, sehingga memberikan alas fundamental bagi penguatan saham dalam jangka pendek.

Tak hanya mencetak perlandaian kasus baru, Indonesia juga mempercepat laju vaksinasi. Per 4 September, 104.384.321 dosis vaksin telah disuntikkan, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan vaksinasi terbanyak keenam di dunia, dan ketiga di Asia mengekor India dan Jepang.

Pada perkembangan lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa tren positif mulai terbentuk di pasar saham. Hingga 31 Agustus 2021, IHSG melesat 2,86% dengan lonjakan nilai kapitalisasi pasar (market capitalization) sebesar 6,13%% menjadi Rp 7.395,89 triliun.

Dari sisi supply, OJK telah mengeluarkan pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum untuk 126 emisi, dengan total nilai hasil penawaran umum mencapai Rp 255,45 triliun, dengan 38 di antaranya adalah emiten baru. Penambahan jumlah emiten baru tersebut merupakan yang terbanyak di kawasan Asia Tenggara.

OJK mencatat jumlah nomor investor (SID) mencapai 6,09 juta atau meningkat 56,95% secara tahun berjalan. SID atau Single Investor Identification adalah identitas tunggal investor yang digunakan untuk melakukan aktivitas di pasar modal Indonesia.

Peningkatan jumlah investor ini didominasi oleh kaum milenial dan generasi Z di bawah 30 tahun yang mencapai 58,45% dari total investor. Hal ini memberikan landasan bagi pasar untuk menguat lebih cepat tatkala pelonggaran mulai diberlakukan seperti diumumkan petang tadi.

Investor pun berpeluang masuk lagi ke pasar dengan memburu aset yang dinilai menjanjikan di jangka pendek seperti bank digital yang bakal mendapat terpaan sentimen positif dari suntikan Akulaku-yang didanai Ant Financial-terhadap PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).

Saham komoditas dan energi juga layak diperhatikan di tengah tren pemulihan ekonomi dunia dan penguatan harga minyak mentah pada perdagangan kemarin. Apalagi, perdagangan China menurut konsensus Tradingeconomics diprediksi menguat dengan pertumbuhan ekspor sebesar 17,1% dan impor sebesar 26,8%.

Jika ekspektasi ini terpenuhi, pasar Asia berpeluang bullish. Kenaikan neraca perdagangan ekonomi terkuat kedua dunia tersebut bakal mengonfirmasi bahwa pemulihan terus terjadi, yang bakal mendongkrak ekspor negara pemasok barang keperluan Negeri Panda, termasuk Indonesia.

Berikut data ekonomi dan agenda emiten yang akan dirilis hari ini:

  • Paparan Publik PT Telkom Indonesia Tbk/TLKM (13:00 WIB)
  • Listing PT Prima Andalan Mandiri Tbk/MCOL (09:00 WIB)
  • RUPSLB PT Bank Of India Indonesia Tbk/BSWD (11:00 WIB)
  • Transaksi Berjalan Korea Selatan per Juli (06:00 WIB)
  • Cadangan devisa Indonesia per Agustus (10:00 WIB)
  • Neraca perdagangan China per Agustus (10:00 WIB)
  • Data tenaga kerja Uni Eropa kuartal II-2021 (16:00 WIB)
  • Estimasi pertumbuhan ekonomi Uni Eropa kuartal III-2021 (16:00 WIB)

Sementara itu, indikator perekonomian nasional terbaru adalah sebagai berikut ini:

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Hawa Tapering Massal Mendekat, Bakal Picu Taper Tantrum?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular