
Tak Selamanya Buruk, 'Hantu' CAD Bisa Bantu IHSG Bangkit
![[DALAM] Neraca Dagang](https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/05/15/468ad493-c45a-49ce-a4cf-e5092d171f27_169.jpeg?w=900&q=80)
Wall Street, meski bervariasi pada perdagangan Kamis waktu setempat bisa memberikan sentimen positif bagi pasar saham Asia, termasuk IHSG. Sebab, laju kemerosotan sudah mulai terhenti, dan menunjukkan sentimen pelaku pasar mulai stabil meski masih dibayangi tapering.
Jika ada sentimen positif bagi IHSG yang ambrol 2% kemarin, rupiah justru mendapat kabar kurang sedap. Menguatnya peluang tapering di tahun ini pasca rilis data klaim tunjangan pengangguran AS membuat indeks dolar AS melesat lagi 0,46% pada pukul 5:15 hari ini. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini berada di 93,562, level tertinggi sejak 4 November tahun lalu.
![]() |
Yang menarik, di saat yang sama yield obligasi (Treasury) AS tenor 10 tahun justru turun 1,67 basis poin. Hal ini bisa menguntungkan bagi SBN.
Pergerakan indeks dolar AS dan yield Treasury tersebut mengindikasikan pelaku pasar melihat 2 hal utama, tapering di tahun ini serta penyebaran virus corona delta di AS. Apalagi, Goldman Sachs sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di kuartal III-2021.
Sementara itu dari dalam negeri, hari ini akan dilaporkan Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) kuartal II-2021. NPI terdiri dari dua pos besar yaitu transaksi berjalan (current account) serta transaksi modal dan finansial.
Transaksi berjalan menggambarkan arus masuk-keluar devisa yang datang dari ekspor-impor barang dan jasa, pendapatan primer, serta serta pendapatan sekunder. Keluar masuk devisa di pos ini lebih stabil ketimbang pos transaksi modal dan finansial yang cepat datang dan pergi.
Sehingga transaksi berjalan akan memberikan dampak yang cukup besar ke pergerakan rupiah.
Pada kuartal III-2020 lalu, transaksi berjalan untuk pertama kalinya mencatat surplus dalam hampir satu dekade terakhir mengalami defisit hingga istilah CAD (current account deficit) melekat di benak pelaku pasar.
CAD sebenarnya menjadi "hantu" yang membayangi sejak kuartal IV-2011. Kala defisit membengkak, BI akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money, sehingga diharapkan dapat mengimbangi CAD, yang pada akhirnya dapat menopang penguatan rupiah.
Namun, kala suku bunga dinaikkan, suku bunga perbankan tentunya ikut naik, sehingga beban yang ditanggung dunia usaha hingga rumah tangga akan menjadi lebih besar. Akibatnya, investasi hingga konsumsi rumah tangga akan melemah, dan roda perekonomian menjadi melambat. Oleh karena itu, CAD menjadi batu sandungan bagi perekonomian Indonesia.
![]() |
Ketika transaksi berjalan mencatat surplus di kuartal III-2020 dan berlanjut di tiga bulan terakhir tahun lalu, bukan berarti perekonomian Indonesia membaik, justru semakin memburuk. Sebab, dunia berada dalam pandemi, banyak negara menerapkan kebijakan pembatasan sosial hingga lockdown.
Kala itu, surplus terjadi karena pendapatan dari ekspor-impor barang mampu menutup 'lubang' di jasa dan pendapatan primer, sesuatu yang sangat langka. Maklum, virus corona adalah pandemi global yang membuat banyak negara menutup diri dan membatasi aktivitas masyarakat. Ini membuat arus perdagangan seakan lumpuh sehingga pengeluaran untuk jasa misalnya pengiriman (freight) menjadi berkurang.
Di kuartal I-2021, transaksi berjalan akhirnya kembali mengalami defisit sebesar US$ 996,83 juta atau 0,36% dari produk domestik bruto (PDB). Artinya, "hantu" CAD sudah datang lagi.
Kali ini, "hantu" CAD justru menjadi kabar bagus, sebab roda perekonomian mulai berputar kembali, dan bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial Indonesia.
Akan lebih bagus lagi ketika roda perekonomian dunia berangsur-angur normal, dan transaksi berjalan mampu mencatat surplus di kuartal II-2021.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data dan Agenda Berikut
(pap/pap)