Newsletter

Reshuffle Bawa Kepastian, IHSG Berpeluang Melenggang

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
23 December 2020 06:19
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan enam menteri baru di Kabinet Indonesia Maju
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan enam menteri baru di Kabinet Indonesia Maju. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan nasional kompak terkoreksi kemarin, menyusul sentimen negatif dari bursa global terkat dengan temuan varian baru virus Covid-19. Namun hari ini, munculnya peluang balik arah (rebound) usai pengumuman reshuffle dan pernyataan produsen vaksin Covid-19.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles 2,32% di posisi 6.023,29 pada perdagangan Selasa (22/12/2020), menjadi yang terlemah di antara bursa utama Asia. Sebanyak 123 saham naik, 397 lain turun, dan 111 sisanya stagnan. Nilai transaksi harian tembus Rp 20,5 triliun.

IHSG terpaksa keluar dari zona 6.100 setelah pelaku pasar disergap kecemasan mengenai 'corona baru' yang muncul di Inggris sehingga investor melakukan aksi jual. Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 694,4 miliar di pasar reguler.

Aksi jual juga mendominasi pasar surat utang sehingga harga obligasi pemerintah Indonesia melemah. Hanya Surat Berharga Negara (SBN) tenor 25 tahun yang harganya masih menguat.

Imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar bertambah 9,4 basis poin (bp) ke 6,132%. Imbal hasil SBN berseri FR0082 tersebut pada akhir tahun lalu berada di level 7,098%.

Imbal hasil bergerak berlawanan dari harga, sehingga penguatan yield mengindikasikan harga surat utang yang melemah. Demikian juga sebaliknya. Penghitungan imbal hasil menggunakan acuan basis poin (bp), yang setara dengan 1/100.

Situasi sulit juga dihadapi rupiah kemarin. Melansir data Refinitiv, Mata Uang Garuda membuka perdagangan dengan stagnan di level Rp 14.100/US$, dan kemudian terdepresiasi hingga 0,35% ke Rp 14.150/US$. Di penutupan, gerusan sedikit surut menjadi hanya 0,32% ke level Rp 14.145 per dolar AS.

Namun Rupiah tidak sendirian. Mayoritas mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS dengan depresiasi terburuk (hingga pukul 15:11 WIB) menimpa Won Korea Selatan dan baht Thailand yang melemah 0,47%.

Koreksi kemarin mengindikasikan bahwa pelaku pasar terlalu khawatir melihat varian Covid-19 yang bisa mengancam pemulihan ekonomi global, sehingga mereka meninggalkan aset negara berkembang seperti Indonesia dan kembali berburu aset di negara maju berbasis dolar AS.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) terkoreksi pada perdagangan Selasa (22/12/2020), mengabaikan kesepakatan Kongres atas paket stimulus senilai US$ 900 miliar karena masih belum sirnanya kekhawatiran atas temuan strain baru virus Corona di Inggris.

Bantuan pandemi itu dilekatkan dengan pencairan dana operasional pemerintahan senilai US$ 1,4 triliun sampai dengan 30 September. Kini, pasar tinggal menunggu tanda-tangan Presiden AS Donald Trump sebelum stimulus itu cair.

Indeks Dow Jones Industrial Average drop 200,9 poin (-0,7%) ke 30.015,51. Indeks S&P 500 surut 7,7 poin (-0,2%) ke 3.687,26. Namun, Nasdaq naik 0,5% ke rekor tertinggi baru 12.807,92 berkat lonjakan saham Apple sebesar 2,9% setelah perseroan merilis rencana produksi mobil.

Dengan dua pekan perdagangan tersisa di tahun 2020, indeks S&P 500 tercatat meroket lebih dari 14% sepanjang tahun berjalan, sedangkan indeks Dow Jones lompat di atas 5%. Indeks Nasdaq terbang 42% karena investor memburu saham teknologi yang relatif tahan pandemi.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin kepada CNBC International mengatakan bahwa warga AS bakal mendapat bantuan langsung tunai (BLT) dalam beberapa hari ke depan alias sebelum rump meninggalkan Gedung Putih.

"Babak paket ini hanya memperkuat bahwa ada angin pendorong ekonomi dan bursa secara struktural dan masif jelang 2021, yang bersifat positif dalam jangka lebih panjang bagi saham siklikal berbasis nilai," ujar pendiri Sevens Report Tom Essaye seperti dikutip CNBC International.

Pelaku bursa masih dicekam kecemasan munculnya mutasi Covid-19 di Inggris yang memaksa pemerintah Inggris menutup London dan kawasan Tenggara serta melarang kerumunan Natal. Saham American Airlines dan United Airlines anjlok masing-masing sebesar 3,2% dan 2,5%.

Varian baru virus Corona, yang disebut 70% lebih menular ketimbang strain sebelumnya telah teridentifikasi di Italia, Belanda, Belgia, Denmark dan Australia. Beberapa negara pun menutup perbatasannya dari Inggris dan melarang penerbangan ke Negeri Beatles tersebut.

Namun, banyak kalangan termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menilai bahwa vaksin besutan Pfizer-BioNtech dan Moderna bakal efektif mengatasi varian terbaru itu dan mutasi virus Covid masih lebih lambat ketimbang virus flu musiman.

Namun, Jonathan Golub, Kepala Perencana Investasi Credit Suisse AS, menilai bahwa pasar masih akan bergerak volatil dalam beberapa bulan ke depan, sebelum kemudian terjadi kenaikan belanja masyarakat pada pertengahan 2021.

"Saya pikir tidak ada kisah yang gampang, lurus, dan mulus mengenai hal ini," ujar Golub. "Dalam tiga-empat bulan ke depan, menurut saya, proses pembukaan kembali perekonomian akan bergelombang."

Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya melakukan perombakan (reshuffle) Kabinet Indonesia Maju pada Selasa (22/12/2020). Sebanyak enam menteri diganti sekaligus, menjanjkan stabilitas politik dan kinerja kabinet yang lebih baik.

Tiga nama tergolong sebagai non-partisan, dan tiga lainnya dari partai. Meski demikian, empat dari mereka adalah sosok yang dekat dengan dunia usaha (pebisnis dan bankir). Perwakilan partai yang adapun dikenal memilki kinerja positif mendukung dunia usaha dan keberagaman seperti Risma dan Yaqut.

Reshuffle kali ini juga memberikan kepastian stabilitas politik karena menjaga status quo koalisi dengan mempertahankan jatah kursi Gerindra selaku mantan partai oposan. Oleh karena itu, pelaku pasar berpeluang memakai momentum tersebut mengambil posisi beli di pasar saham, karena ketakpastian poltik telah sirna dan berganti optimisme terhadap kinerja pemerintahan.

Sentimen negatif yang masih membayang dari luar negeri juga cenderung surut setelah bos BioNtech-produsen vaksin Covid-19-menyatakan bahwa produk  yang dikembangkannya bersama Pfizer tersebut masih bisa mengatasi strain terbaru di Inggris.

"Secara keilmuan, ada kecenderungan besar bahwa respons imunitas oleh vaksin ini juga bisa muncul terhadap varian baru virus ini," tutur Direktur Utama BioNtech Ugur Sahin dalam konferensi pers kemarin.

Alasannya, lanjut dia, protein di varian Inggris 99% sama dengan strain virus yang lama. Namun, uji klinis tetap diperlukan untuk memastikan hipotesa tersebut. Untuk sementara, kekhawatiran soal efektivitas vaksin yang sekarang beredar pun mereda, dan pemulihan ekonomi jalan terus.

Data resmi menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris tumbuh 16% menjadi rekor tertinggi pada kurtal III-2020. Sementara itu, pembacaan ulang PDB AS pada perode yang sama tercatat tumbuh 33,4% (disetahunkan), dari pembacaan sebelumnya sebesar 33,1%.

Satu-satunya sentimen negatif kini berasal dari dalam negeri karena kondisi pandemi Indonesia masih buruk. Satgas Penanganan Covid-19 menunjukkan adanya kenaikan mingguan kasus baru Covid-19 sebesar 12,1%. Kasus kematian akbat Covid-19 juga naik sebesar 3% secara nasional.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan tren memburuk muncul karena fasilitas kesehatan yang kian mnim sehingga penanganan pasien Covid-19 tidak optimal. Sejumlah daerah mengalami bed occupancy rate (BOR) alias tingkat keterisian Rumah Sakit rujukan Covid-19 di atas 80%, jauh di atas standar WHO yang di kisaran 50%.

Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • RUPSLB PT Kalbe Farma Tbk (10:00 WIB)
  • Data pesanan barang tahan lama AS per November (20:00 WIB)
  • Klaim tunjangan pengangguran AS pekan lalu (21:00 WIB)
  • Data penjualan rumah baru AS per November (22:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Moment of Truth! Siap-siap Simak Rilis Inflasi AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular