
Zuper, Optimisme Akhir Tahun Dukung Pasar

Pada perdagangan di pasar saham kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatannya secara beruntun kemarin. Sama halnya dengan pasar saham Asia lain, indeks utama merah putih itu mengawali perdagangan ketiga pekan ini dengan loyo.
Pasar dibuka melemah 0,02% dan baru menguat pada 11.00 WIB. Per akhir sesi satu, IHSG terapresiasi 0,19% ke level 6.256,02. Selanjutnya, indeks tak pernah lagi merasakan getirnya zona koreksi sepanjang sisa perdagangan, terpapar tekanan beli yang berangsur beralih dari aksi jual hingga ditutup dengan penguatan yang bertambah besar yakni sebesar 0,69% ke level 6.287,25 di akhir hari.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mengerek kinerja IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+3,92%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+2,38%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+1,15%), PT Barito Pacific Tbk/BRPT (+3,14%), dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (+5,47%).
Terhitung 4 hari sudah investor asing merangsek ke pasar saham domestik, dan untuk transaksi pasar saham yang membesar sendiri sudah terjadi 5 hari sejak Kamis pekan lalu (12/12/19).
Pergerakan IHSG memang outstanding kemarin dibanding mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei di Jepang turun 0,55%, indeks Shanghai di China melemah 0,18%, dan indeks Kospi di Korsel terpangkas 0,04%.
Bursa saham Benua Kuning diterpa tekanan jual seiring dengan penantian investor terhadap kejelasan dari kesepakatan dagang fase satu antara AS dan China. Seperti yang diketahui, menjelang akhir pekan kemarin AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu yang sudah begitu dinanti-nantikan pelaku pasar saham dunia.
Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.
Namun, ada ketidakpastian yang menyelimuti kesepakatan dagang fase satu antara Washington-Beijing. Walaupun Trump, atau yang biasa menyebut dirinya sendiri 'Your Favorite President' itu, bahwa nilai pembelian produk agrikultur oleh China akan mencapai US$ 50 miliar, pihak Beijing hanya menyebut bahwa mereka akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan, tanpa menyebut detail nilainya.
Dikhawatirkan, ketidakjelasan ini pada akhirnya akan membuat kesepakatan dagang tahap satu antara kedua negara justru gagal diteken.
Sebagai catatan, hingga kini teks kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China belum ditandatangani. Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalkan kesepakatan dagang tahap satu pada pekan pertama Januari 2020.
Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk tambahan bagi senilai lebih dari US$ 500 miliar produk impor asal China, sementara Beijing membalas dengan mengenakan bea masuk tambahan bagi produk impor asal AS senilai kurang lebih US$ 110 miliar.
Sentimen negatif inilah yang juga memerahkan pasar obligasi kemarin, di mana masih belum putus dibekap koreksi. Pelemahan di pasar obligasi rupiah pemerintah masih terjadi, tak seperti pasar saham yang justru semakin meriah dengan tanda-tanda window dressing akhir tahun, yang kemungkinan menandai Santa Claus Rally yang datang lebih awal.
Koreksi pasar surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield), berdasarkan data Refinitiv.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 6,2 basis poin (bps) menjadi 7,81%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 18 Dec'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 17 Dec'19 (%) | Yield 18 Dec'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 18 Dec'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.648 | 6.63 | -1.80 | 6.5854 |
FR0078 | 10 tahun | 7.323 | 7.347 | 2.40 | 7.2873 |
FR0068 | 15 tahun | 7.753 | 7.815 | 6.20 | 7.7921 |
FR0079 | 20 tahun | 7.86 | 7.879 | 1.90 | 7.846 |
Sumber: Refinitiv
Di pasar SBN, dapat terlihat minat investor global pada instrumen investasi di dalam negeri. Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.067,12 triliun SBN, atau 38,59% dari total beredar Rp 2.765 triliun berdasarkan data per 17 Desember.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 173,87 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 420 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih defisit Rp 680 miliar.
Penguatan pasar saham ternyata secara langsung maupun tak langsung berimbas pada keperkasaan rupiah di pasar valas kemarin. Mata uang garuda baru bisa masuk ke gerbang zona hijau pada 30 menit sebelum perdagangan dalam negeri berakhir.
Penguatan terakselerasi di menit-menit akhir menuju pukul 16:00 WIB, hingga akhirnya rupiah mampu mencatat penguatan 0,11% ke Rp 13.970/US$ yang menobatkannya menjadi raja Asia untuk sehari, setelah kemarin hanya berada di posisi runner-up.
Performa rupiah semakin impresif melihat mayoritas mata uang utama Asia yang melemah melawan dolar AS. Hingga pukul 16:50 WIB, won Korea Selatan menjadi mata uang terburuk setelah melemah 0,28%.
Harga emas di pasar spot global kemarin terpeleset turun tipis 0,1% menjadi $1.474,8 per troy ounce, senada dengan kontrak pembelian komoditas emas AS yang melemah 0,1% menjadi $1.479,1/troy ounce.
"Penguatan dolar membebani emas, ditambah fakta bahwa damai dagang sudah memudarkan keperluan investor memiliki instrumen yang dinilai lebih aman [safe haven] seperti emas atau yen," ujar Edward Meir, analis ED&F Man Capital Markets, kutip CNBC.com. "Kami seperti semakin melihat segalanya lebih jelas... Isu yang besar dan kompleks ditangguhkan dan bahkan terjadi ketika fase satu [damai dagang] belum tuntas benar."
Dari Benua Biru, pergerakan pasar sahamnya beragam pada Rabu karena kekhawatiran investor kembali mengemuka seiring dengan ikrar Perdana Menteri Inggris Raya Boris Johnson yang mengharamkan perpanjangan negosiasi dagang dengan Uni Eropa lebih dari 2020, dan memantik ketakutan terhadap "cliff-edge" Brexit.
Koreksi pasar ekuitas ditandai dengan turunnya indeks DAX di Jerman -0,49% dan CAC 40 di Pransi -0,15%, sedangkan indeks Footsies atau FTSE 100 di Inggris 0,21%.
Indeks Saham Eropa | Perubahan (%) |
FTSE 100 | Inggris Raya | 0.21 |
DAX | Jerman | -0.49 |
CAC 40 | Prancis | -0.15 |
Di seberang Laut Atlantik, bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka ke jalur hijau dan berupaya memperpanjang penguatan beruntunnya menjadi 6 hari. Reli tersebut dibatasi oleh kinerja emiten pengiriman global FedEx yang kurang memuaskan.
Pukul 08:30 waktu setempat (atau 21:30 WIB), Indeks Dow Jones Industrial Avg naik 30 poin (0,1%), dan bertambah jadi 50 poin (0,18%) ke 28.316,82 selang 15 menit kemudian.
Penguatan 5 hari beruntun di pasar masih terjadi di awal perdagangan akibat sentimen positif damai dagang yang juga masih diyakini betul oleh pelaku pasar.
Ketika ditutup, reli indeks S&P 500 atau SPX terhenti setelah sebelumnya sempat ngetril selama 5 hari. Koreksi terjadi setelah optimisme pelaku pasar dipatahkan turun drastisnya saham FedEx yang turun 10%.
Saham tersebut anjlok setelah perusahaan logistik AS itu memangkas prediksi kinerja 2020 karena peningkatan beban, perdagangan global yang melambat, dan putusnya hubungan manis-manja mereka dengan Amazon.com.
Koreksi juga terjadi pada indeks Dow Jones Industrial Avg -0,1%, tetapi indeks Nasdaq Composite masih naik tipis 0,05% dengan berbekal sentimen positif pasar.
"Investor sudah lebih nyaman dengan jalur yang ada, yang sebelumnya masih tertutup awan hitam di seluruh pasar [keuangan]," ujar Wayne Wicker, chief investment officer Vantagepoint Investment Advisers di Washington, kutip Reuters. "[Kondisi turunnya pasar] ini hanya jeda sesaat setelah lari sprint."
Optimisme pelaku pasar masih menyeruak dan tidak mengindahkan kemungkinan pemakzulan (impeachment) Trump setelah House of Representatives, atau DPR AS sudah mengambil ancang-ancang menggelar voting pada dua tuduhan bahwa sang presiden menyalahgunakan kekuasaan dan menghalangi kongres.
Impeachment diprediksi hanya akan berdampak minor di pasar keuangan AS, tutur Shannon Saccocia, chief investment officer Boston Private, kutip Reuters.com. "Hal itu tidak mengubah yang dilakukan The Fed," kata dia. "Hal itu tidak mengubah apa yang terjadi, dari kacamata China."
Pertama, masih optimisnya pelaku pasar keuangan dunia tampaknya harus berhenti sesaat untuk mengambil nafas dan rehat sejenak semalam, terutama terlihat di Wall Street. Karena itu, jika terkoreksi pun, pasar keuangan global masih optimis hingga akhir tahun ini yang masih menyisakan 6 hari bursa lagi di kalender.
Kedua, adanya usaha pemakzulan tampaknya tidak dianggap serius oleh pelaku pasar keuangan AS dan belum berpengaruh terhadap kelanjutan perang dagang maupun memperlihatkan pratanda akan berakhirnya nasib Trump pada pemilu tahun depan.
Ketiga, data ekonomi seperti neraca perdagangan Jepang yang diumumkan membaik daripada prediksi kemarin masih mendukung pasar. Begitu juga dengan inflasi Inggris Raya dan Uni Eropa.
Keempat, keputusan suku bunga hari ini tampaknya masih akan menjadi perhatian pasar. Kalau melihat laju perekonomian, jelas terlihat bahwa saat ini Indonesia sedang membutuhkan stimulus yang salah satunya bisa datang dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan.
Kala tingkat suku bunga acuan kembali dipangkas, bank akan terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
Namun, dengan melihat fakta terkait stance dari The Fed yang sudah tak lagi dovish, beserta dengan fakta bahwa ada kemungkinan CAD di kuartal IV-2019 akan membengkak, Tim Riset CNBC Indonesia memproyeksikan bahwa BI akan mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate di level 5%.
Lebih lanjut, instrumen kebijakan moneter lainnya yakni rasio Giro Wajib Minimum (GWM) juga tak akan diutak-atik oleh bank sentral di tanggal cantik 19-12-19 ini.
Kamis (19/12/19)
Suku bunga acuan, Jepang, 10.00.
Suku bunga acuan 7DRRR, Indonesia, 14.30.
Penjualan ritel, Inggris Raya, 16.30.
Suku bunga acuan, Inggris Raya, 17.00.
Pembayaran dividen interim tunai PT Indo Kordsa Tbk (BRAM).
Mulai pelaksanaan waran PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI).
RUPS PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
RUPS PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA).
RUPS PT Perdana Bangun Perkasa Tbk (KONI).
RUPS PT Triwira Insanlestari Tbk (TRIL).
RUPS, public expose PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI).
RUPS, public expose PT Indah Perkasa Sentosa Tbk (INPS).
Public expose PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX).
Public expose PT Capitalinc Investment Tbk (MTFN).
Public expose PT Cipta Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP).
Public expose PT First Indo American Leasing Tbk (FINN).
Public expose PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO).
Public expose PT Modernland Internasional Tbk (MDRN).
Public expose PT Natura City Developments Tbk (CITY).
Public expose PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN).
Public expose PT Ultra Jaya Industry & Trading Company Tbk (ULTJ).
Jumat (20/12/19)
Inflasi, Jepang, 06.30.
Indeks keyakinan konsumen, Inggris Raya, 07.00.
Suku bunga pinjaman utama 1 tahun (acuan), China, 08.30.
Penjualan motor, Indonesia, 17.00.
Data pertumbuhan kredit, Indonesia, 17.00.
Neraca berjalan, pertumbuan PDB (ekonomi), Inggris Raya, 16.30.
Pertumbuan PDB (ekonomi), Amerika Serikat, 20.30.
Pencatatan saham PT Uni-Charm indonesia Tbk (UCID).
Pembayaran dividen interim tunai PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Pembayaran dividen interim tunai PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).
Pembayaran dividen interim tunai PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JASS).
RUPS, public expose PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS).
RUPS, public expose PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM).
RUPS, public expose PT Electronic City Tbk (ECII).
RUPS, public expose PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP).
RUPS PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME).
Public expose PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk (AHAP).
Public expose PT Argha Karya Prima Industry Tbk (AKPI)
Public expose PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU).
Public expose PT Leo Investments Tbk (ITTG)
Public expose PT Lautan Luas Tbk (LTLS).
Public expose PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI).
Public expose PT Paninvest Tbk (PNIN).
Public expose PT Panin Financial Tbk (PNLF).
Public expose PT Millenium Pharmacon International Tbk (SDPC)
Public expose PT Siantar Top Tbk (STTP).
Sabtu (21/12/19)
PT Bima Finance Tbk (BIMF) jatuh tempo obligasi berkelanjutan II/tahap I/2016/seri C.
Berikut indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (3Q-2019 YoY) | 5,02% |
Inflasi (November 2019 YoY) | 3% |
BI 7-Day Reverse Repo Rate (November 2019) | 5% |
Defisit anggaran (APBN 2019) | -1,84% PDB |
Transaksi berjalan (3Q-2019) | -3% PDB |
Neraca pembayaran (3Q-2019) | -US$ 46 juta |
Cadangan devisa (November 2019) | US$ 126,6 miliar |
(irv/irv) Next Article Angin Ribut Mulai Reda, tapi Cermati Koreksi 'Saham Baterai'