Newsletter

Prabowo Merapat ke Istana, IHSG Siap Tancap Gas?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 October 2019 06:07
Prabowo Merapat ke Istana, IHSG Siap Tancap Gas?
Foto: Prabowo Subianto Tiba di Istana Negara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditransaksikan menguat pada perdagangan pertama di pekan ini, Senin (21/10/2019). Pada perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,11%, rupiah terapresiasi 0,47% di pasar spot melawan dolar AS, dan imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia tenor 10 tahun turun 0,8 bps.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.



Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga menutup hari di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,25%, indeks Shanghai menguat 0,05%, indeks Hang Seng terapresiasi 0,02%, indeks Straits Times terkerek 0,8%, dan indeks Kospi bertambah 0,2%.

Sentimen positif bagi pasar keuangan Asia datang dari optimisme bahwa perekonomian AS masih tumbuh cukup tinggi. Hal ini dibuktikan oleh rilis kinerja keuangan yang oke dari perusahaan-perusahaan yang melantai di AS.

Melansir CNBC International yang mengutip data dari Factset, sebanyak lebih dari 70 perusahaan yang tergabung dalam indeks S&P 500 mengumumkan kinerja keuangan periode kuartal III-2019 pada pekan lalu. Dari sebanyak lebih dari 70 perusahaan tersebut, 81% membukukan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi analis.

Salah satu perusahaan yang membukukan kinerja kinclong adalah J.P. Morgan Chase yang merupakan bank terbesar di AS dari sisi aset. Pada kuartal III-2019, perusahaan membukukan pendapatan senilai US$ 30,1 miliar, mengalahkan ekspektasi yang senilai US$ 28,5 miliar. Sementara itu, laba bersih per saham tercatat berada di level US$ 2,68, juga di atas ekpektasi yang senilai US$ 2,45.

Lantas, dampak perang dagang dengan China terbukti masih relatif minim bagi perekonomian AS. Untuk diketahui, saat ini justru ada peluang yang cukup besar bahwa AS-China akan mampu meneken kesepakatan dagang.

Seperti yang diketahui, belum lama ini kedua negara menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi di Washington. Dalam negosiasi tingkat tinggi ini, delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He, sementara delegasi AS dikomandoi oleh Kepala Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin ikut berpartisipasi dalam delegasi yang dipimpin oleh Lighthizer.

Pasca negosiasi dagang tingkat tinggi selama dua hari tersebut, kedua negara menyetujui kesepakatan dagang tahap satu. Kesepakatan ini akan menjadi jawaban dari kritik AS terhadap China seputar praktik pencurian kekayaan intelektual.

Selain itu, permasalahan defisit neraca dagang AS dengan China juga akan dijawab melalui kesepakatan dagang tahap satu, seiring dengan dimasukannya komitmen China untuk membeli produk agrikultur asal AS senilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar. Sebagai gantinya, AS setuju untuk membatalkan pengenaan bea masuk baru bagi produk impor asal China yang sedianya akan dieksekusi pada pekan kemarin.



Memang, pelaku pasar sempat dibuat ragu bahwa AS dan China akan benar-benar menandatangani kesepakatan dagang tahap satu yang sudah disetujui secara lisan oleh keduanya dalam negosiasi tingkat tinggi di Washington.

Melansir CNBC International, seorang sumber menyebut bahwa China ingin bernegosiasi lebih lanjut dengan AS sebelum meneken kesepakatan dagang tahap satu antar kedua negara. Sumber tersebut kemudian menyebut bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He bisa dikirim ke Washington sebelum akhir bulan ini guna meluruskan poin-poin dalam kesepakatan dagang tahap satu yang masih mengganjal di hati pihak China.

Namun, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin kemudian membawa angin segar dengan membantah pemberitaan tersebut. Dirinya membantah bahwa China belum setuju dengan isi dari kesepakatan dagang tahap satu antar kedua negara.

Mnuchin justru mengungkapkan bahwa negosiator dagang dari AS dan China kini tengah bekerja untuk memfinalisasikan teks kesepakatan dagang tahap satu untuk kemudian ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping kala keduanya bertemu pada bulan depan dalam gelaran KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Optimistis AS-China Teken Kesepakatan, Wall Street Menghijau Beralih ke AS, Wall Street mencetak koreksi pada perdagangan hari Senin: indeks Dow Jones naik 0,21%, indeks S&P 500 menguat 0,69%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,91%.

Optimsime bahwa AS-China akan mampu meneken kesepakatan dagang menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham AS. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya optimistis kesepakatan dagang AS-China tahap satu akan bisa ditandatangani dalam gelaran KTT APEC di Chili pada 16-17 November mendatang.

“Saya rasa itu (draf kesepakatan dagang) akan ditandatangani dengan cukup mudah, semoga saja pada saat KTT di Chili, di mana Presiden Xi dan saya akan berada,” kata Trump di Gedung Putih.

“Kami bekerja dengan China dengan sangat baik,” sambungnya menambahkan.

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri China Liu He mengatakan bahwa Beijing akan bekerjasama dengan Washington guna memecahkan permasalahan-permasalahan di bidang perdagangan. Menurutnya, kedua belah pihak telah membuat kemajuan yang signifikan dalam hal perdagangan. Liu kemudian menambahkan bahwa menghentikan perang dagang akan menjadi hal yang positif untuk kedua negara, begitu juga untuk perekonomian global.

Wajar jika pelaku pasar begitu mengapresiasi ademnya hubungan AS-China di bidang perdagangan.

Pasalnya, hingga saat ini kedua negara telah mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor dari masing-masing negara senilai ratusan miliar. Bahkan, AS telah bersikap lebih keras dengan memblokir perusahaan-perusahaan asal China dari melakukan bisnis dengan AS.

Pada Mei 2019, Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif. Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross menjadi memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.

Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 68 entitas yang terafiliasi dengan Huawei Technologies dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.

Dalam keterangan resmi yang diperoleh CNBC Indonesia dari halaman Federal Register, pemerintah AS beralasan bahwa terdapat dasar yang cukup untuk mengambil kesimpulan bahwa Huawei telah terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang bertentangan dengan keamanan nasional atau arah kebijakan luar negeri dari AS.

Bukan hanya keamanan nasional, Hak Asasi Manusia (HAM) juga dijadikan alasan oleh pihak AS untuk memblokir perusahaan asal China dalam upayanya untuk memenangkan perang dagang. Per tanggal 9 Oktober 2019, AS resmi memasukkan 28 entitas asal China ke dalam daftar hitam, di mana sebanyak delapan di antaranya merupakan perusahaan teknologi raksasa asal China.

Dimasukkan delapan perusahaan teknologi raksasa asal China tersebut membuat mereka tak bisa melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS tanpa adanya lisensi khusus. AS beralasan bahwa kedelapan perusahaan tersebut terlibat dalam pelanggaran HAM terhadap kaum Muslim di Xinjiang, China.

Jika AS dan China benar bisa meneken kesepakatan dagang tahap satu, ada peluang bea masuk tambahan yang kini sudah diterapkan dan pemblokiran terhadap perusahaan-perusahaan asal China bisa dicabut.

BERLANJUT KE HALAMAN 3 -> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

Pada perdagangan hari ini, Selasa (22/10/2019) pelaku pasar patut mencermati beberapa sentimen. Pertama, kinerja Wall Street yang oke. Sebagai kiblat dari pasar keuangan dunia, hijaunya Wall Street pada perdagangan kemarin sangat mungkin memantik aksi beli di pasar keuangan Asia pada hari ini.

Sentimen kedua yang perlu dicermati pelaku pasar adalah seputar pengumuman kabinet yang akan mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam memerintah selama lima tahun ke depan.

Pada hari Minggu (20/10/2019), Jokowi resmi mengemban periode keduanya sebagai presiden pasca dilantik di Gedung MPR/DPR RI. Ditemani wakilnya yang baru yakni Ma'ruf Amin, Jokowi akan kembali menjadi nahkoda Indonesia selama lima tahun ke depan.

Jokowi mengatakan bahwa pengumuman terkait kabinet yang akan mendampinginya di periode dua akan dilakukan kemarin pagi. Jokowi memberikan bocoran bahwa kabinet barunya akan diramaikan oleh wajah-wajah baru. Hal tersebut dikemukakan Jokowi saat memberikan keterangan pers sebelum bertolak ke Gedung MPR/DPR RI untuk dilantik.

"Besok dilihat. [...] Masih banyak [muka lama], tapi yang baru lebih banyak," kata Jokowi di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Minggu (20/10/2019).

Namun ternyata, pengumuman kabinet baru diundur hingga hari Rabu (22/10/2019). Hal ini diketahui pasca Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD selesai menghadap Jokowi di Istana Negara kemarin. Mahfud diketahui dipanggil Jokowi terkait dengan seleksi untuk menjadi menteri.

"Rabu saya kembali lagi jam 07.00 untuk diperkenalkan, jam 09.00 penyerahan SK, sesudah itu pelantikan," ujar Mahfud di Istana Negara usai menghadap Jokowi, Jakarta, Senin (21/10/2019).

Sejauh ini, ada satu nama yang begitu diinginkan pelaku pasar untuk kembali dibawa oleh Jokowi ke periode dua, yakni Sri Mulyani Indrawati yang dalam periode satu Jokowi menjabat sebagai menteri keuangan.

Pelaku pasar yang merupakan CEO sebuah lembaga pemeringkat internasional mengatakan bahwa Sri Mulyani sudah pas ditempatnya dan ada baiknya dipertahankan sebagai Menteri Keuangan.

"Dua jempol untuk Sri Mulyani bisa menjaga stabilitas fiskal dan makro secara baik di tengah gempuran ketidakstabilan kondisi ekonomi global," tuturnya.

Sementara itu, kalangan bankir berpendapat sama.

"Sri Mulyani mengetahui dengan pasti kondisi keuangan negara dan tak ada lagi yang bisa menggantikannya untuk saat ini," terang salah seorang bankir senior.

Tim Riset CNBC Indonesia juga berpendapat bahwa Sri Mulyani merupakan salah satu menteri yang wajib dipertahankan oleh Jokowi.

Sepanjang periode satu pemerintahan Jokowi, Sri Mulyani mengambil keputusan yang berani dengan meningkatkan utang dalam jumlah yang besar guna membiayai pembangunan. Hal ini dilakukannya guna mengompensasi penerimaan negara yang relatif lemah lantaran perekonomian global sedang melambat.

Tambahan utang di era Jokowi yang begitu pesat banyak dialokasikan untuk membangun infrastruktur, sebuah faktor yang sangat krusial dalam memajukan sebuah perekonomian.

Walaupun secara gencar menambah utang, Sri Mulyani tetap tidak melupakan yang namanya prinsip kehati-hatian. Semenjak kembali ke Indonesia untuk menjadi menteri keuangan di pemerintahan Jokowi, defisit fiskal selalu dijaga di level yang rendah.

Untuk diketahui, selain Mahfud, sosok yang dipanggil Jokowi ke Istana Negara kemarin termasuk Pendiri Gojek Nadiem Makarim. Berkemeja putih, Nadiem datang ke Istana dan dispekulasikan akan didapuk sebagai menteri digital. Lebih lanjut, Erick Thohir selaku mantan Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Amin dan Wishnutama selaku CEO NET ikut menyambangi Istana Negara.

Yang bisa dibilang cukup mengejutkan, ternyata Prabowo Subianto selaku Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus lawan Jokowi dalam kontenstasi pemilihan presiden (Pilpres) 2019 ikut diundang ke Istana.

Selepas bertemu Jokowi, Prabowo mengaku bahwa dirinya diminta oleh sang presiden untuk membantu pemerintahan di urusan pertahanan.

"Saudara sekalian, saya baru saja menghadap Bapak Presiden RI. Yang baru kemarin dilantik saya bersama Edhy Prabowo kami diminta untuk memperkuat kabinet beliau," kata Prabowo di Istana Negara, Senin (21/10/2019).

"Saya diminta membantu beliau di bidang pertahanan," lanjut Prabowo.

Bergabungnya Gerindra ke koalisi pemerintahan Jokowi tentu membuat tensi politik di tanah air menjadi adem. Hal ini sangat mungkin memantik aksi beli di bursa saham tanah air pada perdagangan hari ini.

Apalagi, kunjungan Prabowo ke Istana Negara kemarin baru terjadi pasca perdagangan di pasar keuangan tanah air berakhir sehingga pelaku pasar belum sempat melakukan price-in atas hal tersebut.

BERLANJUT KE HALAMAN 4 -> Simak Data dan Agenda Berikut

Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:

  • Rilis data tingkat inflasi level produsen Korea Selatan periode September 2019 (04:00 WIB)
  • Rilis data tingkat inflasi Hong Kong periode September 2019 (15:30 WIB)
  • Rilis data penjualan rumah bekas AS periode September 2019 (21:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Kuartal II-2019)

5,05% YoY

Inflasi (September 2019)

3,39% YoY

BI 7 Day Reverse Repo Rate (September 2019)

5,25%

Defisit anggaran (APBN 2019)

-1,84% PDB

Transaksi berjalan (Kuartal II-2019)

-3,04% PDB

Neraca pembayaran (Kuartal II-2019)

-US$ 1,98 miliar

Cadangan devisa (September 2019)

US$ 124,3 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/ank) Next Article Jokowi Siap Umumkan Kabinet, IHSG Akan Tancap Gas?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular