Newsletter

Konsensus: Februari 2019, Diramal Ada Deflasi 0,05%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 February 2019 16:31
Konsensus: Februari 2019, Diramal Ada Deflasi 0,05%
Ilustrasi SPBU (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Indonesia pada Februari 2019 lagi-lagi masih 'santai'. Bahkan secara bulanan diperkirakan terjadi deflasi. 

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi Februari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan secara bulanan (month-to-month/MtM) terjadi deflasi tipis 0,05%.  Kemudian secara tahunan (year-on-year/YoY) diramal ada inflasi 2,62%. Sementara inflasi inti tahunan adalah 3,055%. 

InstitusiInflasi (%MtM)Inflasi (%YoY)Inflasi Inti (%YoY)
ING-3-
Barclays-2.963.12
ANZ0.112.763.08
Mirae Aset0.12.76-
Danareksa Research Institute-0.092.58-
Maybank Indonesia-0.092.563.01
BCA-0.052.62.8
BTN-0.052.63
Bank Permata-0.052.63.06
Mandiri Sekuritas-0.032.623.07
Standard Chartered0.032.663.05
MEDIAN-0.052.623.055
 
Apabila ekspektasi ini terwujud, maka laju inflasi akan melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Januari, laju inflasi bulanan adalah 0,32% kemudian inflasi tahunan di 2,82% dan inflasi inti tahunan sebesar 3,06%. 

Menariknya, laju inflasi 2,62% (bila kejadian) akan menjadi yang paling lambat sejak November 2009. Nyaris 10 tahun lalu. 

 

Faktor yang sangat membantu menjinakkan inflasi adalah penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Dalam keranjang Indeks Harga Konsumen (IHK), BBM punya peranan yang signifikan. Bobotnya hanya kalah dari beras.  


Belum lagi dampak penurunan harga BBM terhadap harga kebutuhan pokok seperti pangan. Biaya distribusi akan turun sehingga mempengaruhi pembentukan harga di tingkat konsumen. 

Oleh karena itu, penurunan harga BBM sudah pasti membuat laju inflasi semakin tertahan. Bahkan deflasi secara bulanan bukan sesuatu yang mustahil. 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Juniman, Ekonom Maybank Indonesia, menyebutkan bahwa faktor lain yang menyebabkan perlambatan laju inflasi adalah penurunan harga tiket pesawat. Kemudian ada pula penurunan tarif listrik untuk pelanggan dengan daya 900 VA ke bawah. 

"Untuk bahan pangan, komoditas yang mengalami penurunan harga adalah telur ayam ras, daging ayam ras, minyak goreng, dan sayur mayur. Sementara harga emas relatif stabil bulan ini," kata Juniman. 

Namun yang perlu juga menjadi perhatian adalah inflasi inti, yang meski diperkirakan melambat tetapi tidak signifikan. Sepertinya ekspektasi inflasi masih agak tinggi sehingga inflasi inti masih belum beranjak turun. 

Salah satunya bisa jadi disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Sepanjang Februari, rupiah melemah 0,89% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

 

Saat rupiah melemah, ada ekspektasi harga barang-barang impor akan lebih mahal. Ini tentu menyebabkan konsumen memperkirakan inflasi ke depan akan terakselerasi. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular