
Polling CNBC Indonesia
Konsensus: Neraca Perdagangan Mei 2018 Diramal Defisit Tipis
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 June 2018 16:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca perdagangan Indonesia periode Mei 2018 diperkirakan mengalami defisit. Impor melaju kencang melebihi ekspor didorong oleh momentum Ramadan.
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data perdagangan internasional pada 25 Juni, awal pekan depan. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 8,38% secara year-on-year (YoY) sementara impor melaju dengan pertumbuhan 12,125% YoY. Ini membuat neraca perdagangan mengalami defisit tipis sekitar US$ 1 juta.
Sebagai informasi, ekspor pada bulan sebelumnya tumbuh 9,01% dan impor melejit dengan pertumbuhan 34,68%. Ini menyebabkan neraca perdagangan mencatatkan defisit yang cukup dalam yaitu US$ 1,63 miliar, terdalam sejak April 2014.
"Kami memperkirakan neraca perdagangan akan kembali defisit. Momentum Ramadan menyebabkan impor sepertinya masih akan tumbuh tinggi," sebut Moody's Analytics dalam risetnya.
Sementara di sisi lain, lanjut riset Moody's, aktivitas ekspor sepertinya terbatas saat Ramadan. Ini semakin membebani neraca perdagangan karena ekspor hampir pasti tidak akan mampu menyamai impor.
"Sulit untuk tidak melihat bahwa aktivitas ekspor tidak menurun. Jam kerja yang ternatas akan berdampak kepada produksi dan pengiriman," sebut Moody's.
Juniman, Ekonom Maybank Indonesia, menilai peningkatan impor juga disebabkan pemulihan ekonomi. Biasanya pertumbuhan ekonomi yang membaik memang diiringi oleh peningkatan impor, karena peningkatan permintaan belum bisa dipenuhi oleh industri dalam negeri.
Namun pada saat yang sama, ekspor belum bisa terlalu diharapkan. Sebab ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas, sehingga kinerjanya sangat ditentukan oleh harga.
Rupiah
Febrio Kacaribu, Kepala Kajian Makro Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), mengatakan kinerja perdagangan Indonesia juga akan dipengaruhi oleh perkembangan kurs. Kala rupiah melemah, maka ekspor akan terganggu sementara impor justru deras. Defisit neraca perdagangan berpotensi semakin lebar.
"Depresiasi rupiah, jika berlebihan, akan memperburuk neraca perdagangan. Ekspor akan turun sehingga Produk Domestik Bruto (PDB) akan tertekan," kata Febrio.
Sebagai informasi, rata-rata nilai tukar rupiah adalah Rp 14.032,26/US$. Sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya, rata-rata kurs ada di Rp 13.319,91/US$.
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data perdagangan internasional pada 25 Juni, awal pekan depan. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 8,38% secara year-on-year (YoY) sementara impor melaju dengan pertumbuhan 12,125% YoY. Ini membuat neraca perdagangan mengalami defisit tipis sekitar US$ 1 juta.
Institusi | Pertumbuhan Ekspor (% YoY) | Pertumbuhan Impor (% YoY) | Neraca Perdagangan (US$ Juta) |
ING | 14.5 | 11.4 | 1,034 |
Danareksa | 9.21 | 10.64 | 434.4 |
BCA | 7.5 | 10.1 | 264 |
Moody's Analytics | - | - | -0.67 |
CIMB Niaga | 10 | 22 | -1,000 |
BTN | 2.6 | 20.9 | -1,900 |
Trimegah | 7.95 | 12.12 | 50 |
Bank Permata | 4.47 | 12.13 | -450 |
Maybank Indonesia | 8.81 | 15.63 | -310 |
MEDIAN | 8.38 | 12.125 | -1 |
Sebagai informasi, ekspor pada bulan sebelumnya tumbuh 9,01% dan impor melejit dengan pertumbuhan 34,68%. Ini menyebabkan neraca perdagangan mencatatkan defisit yang cukup dalam yaitu US$ 1,63 miliar, terdalam sejak April 2014.
"Kami memperkirakan neraca perdagangan akan kembali defisit. Momentum Ramadan menyebabkan impor sepertinya masih akan tumbuh tinggi," sebut Moody's Analytics dalam risetnya.
Sementara di sisi lain, lanjut riset Moody's, aktivitas ekspor sepertinya terbatas saat Ramadan. Ini semakin membebani neraca perdagangan karena ekspor hampir pasti tidak akan mampu menyamai impor.
"Sulit untuk tidak melihat bahwa aktivitas ekspor tidak menurun. Jam kerja yang ternatas akan berdampak kepada produksi dan pengiriman," sebut Moody's.
Juniman, Ekonom Maybank Indonesia, menilai peningkatan impor juga disebabkan pemulihan ekonomi. Biasanya pertumbuhan ekonomi yang membaik memang diiringi oleh peningkatan impor, karena peningkatan permintaan belum bisa dipenuhi oleh industri dalam negeri.
Namun pada saat yang sama, ekspor belum bisa terlalu diharapkan. Sebab ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas, sehingga kinerjanya sangat ditentukan oleh harga.
Rupiah
Febrio Kacaribu, Kepala Kajian Makro Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), mengatakan kinerja perdagangan Indonesia juga akan dipengaruhi oleh perkembangan kurs. Kala rupiah melemah, maka ekspor akan terganggu sementara impor justru deras. Defisit neraca perdagangan berpotensi semakin lebar.
"Depresiasi rupiah, jika berlebihan, akan memperburuk neraca perdagangan. Ekspor akan turun sehingga Produk Domestik Bruto (PDB) akan tertekan," kata Febrio.
Sebagai informasi, rata-rata nilai tukar rupiah adalah Rp 14.032,26/US$. Sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya, rata-rata kurs ada di Rp 13.319,91/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Tags
Related Articles
Most Popular
Recommendation
