
Newsletter
Hati-hati Tergoda Profit Taking
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 June 2018 05:52

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah risiko. Pertama adalah masih adanya hawa ketegangan di bidang perdagangan.
Meksiko sudah menerapkan bea masuk untuk membalas kebijakan serupa yang diterapkan oleh AS. Kini, impor daging babi, apel, dan kentang dikenakan bea masuk 20%. Kemudian baja harus membayar 25%. Sementara keju dan bourbon wajib membayar bea masuk 25%.
Untuk menyelesaikan friksi dagang dengan para tetangganya, Presiden Trump berniat untuk menggantikan skema Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dengan kesepakatan bilateral. "Presiden tengah mencari jalan terbaik untuk mendapatkan keuntungan terbesar bagi AS. Apakah itu melalui NAFTA atau jalan lain, pilihan-pilihan itu ada," kata Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.
Namun upaya membuat kesepakatan bilateral sepertinya tidak akan mulus karena Meksiko dan Kanada menolak. "Saya masih percaya dengan NAFTA. Kami akan terus bekerja dan melindungi kepentingan Kanada," tegas Justin Trudeau, Perdana Menteri Kanada.
Meski hubungan dagang AS dengan para tetangganya sedang kurang akur, tetapi dengan China justru ada sedikit kemajuan. ZTE, perusahaan teknologi asal China, menandatangani kesepakatan awal yang bisa mencabut sanksi terhadap mereka.
Perjanjian tersebut meliputi komitmen membayar sanksi denda U$ 1 miliar plus US$ 400 juta. Selain itu, ZTE juga sepakat untuk memperbolehkan pengawas dari pihak AS mendatangi pabrik mereka untuk memastikan komponen buatan Negeri Adidaya benar-benar digunakan. ZTE juga wajib mencantumkan besaran kandungan lokal AS dalam produk mereka di situs resmi, serta merombak jajaran direksi dalam 30 hari ke depan.
Dengan kesepakatan ini, ZTE bisa terbebas dari sanksi yang sebelumnya dijatuhkan yaitu larangan menjual produk di AS selama tujuh tahun. Vonis ini diberikan setelah ZTE terbukti bersalah mengirimkan produk secara ilegal ke Korea Utara dan Iran.
Pengampunan terhadap ZTE bisa menjadi pintu masuk yang signifikan bagi negosiasi dagang AS-China. Beijing memang dikabarkan ngotot agar sanki terhadap ZTE dicabut terlebih dulu sebelum masuk ke negosiasi perdagangan yang lebih luas. Jadi, mungkin inilah saatnya AS dan China bisa memulai negosiasi dagang yang substansial.
Investor sepertinya layak untuk terus mencermati perkembangan isu perdagangan ini. Ketika tensi semakin panas, maka perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia dipertaruhkan. Kepala Ekonom S&P Global Paul Gruenwald memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia bisa berkurang sekitar 1% jika perang dagang benar-benar terjadi. Tentu bukan kabar baik buat pasar keuangan.
Risiko kedua adalah semakin dekatnya pertemuan The Fed, tinggal seminggu lagi. Biasanya jelang pertemuan The Fed, investor cenderung menahan diri sehingga menghambat laju bursa saham.
Ini sudah terlihat di Wall Street, di mana perdagangan berlangsung tipis. Jika virus kehati-hatian ini menular ke Asia, maka laju bursa saham Benua Kuning pun ikut terhambat.
Sementara dari dalam negeri, investor perlu memantau rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Mei. Data ini menggambarkan optimisme masyarakat Indonesia terhadap kondisi perekonomian saat ini dan pada beberapa bulan mendatang.
Sebagai catatan, IKK sepanjang tiga bulan pertama tahun ini terus turun, walaupun masih berada di level yang optimistis (di atas 100). IKK baru naik pada April menjadi 122,2, dari bulan sebelumnya 121,6. Jika ada kejutan positif dari data ini, saham sektor barang konsumsi bisa mendapatkan momentum kenaikan, yang gagal diraih saat rilis data inflasi.
Tidak banyak sentimen yang bisa menggerakkan pasar hari ini. Oleh karena itu, pelaku pasar perlu waspada karena bisa jadi hari ini adalah saatnya konsolidasi.
Apalagi IHSG sudah menguat lumayan tajam dalam dua hari terakhir. Godaan untuk ambil untung (profit taking) kian besar dan ini patut diwaspadai. (aji/aji)
Meksiko sudah menerapkan bea masuk untuk membalas kebijakan serupa yang diterapkan oleh AS. Kini, impor daging babi, apel, dan kentang dikenakan bea masuk 20%. Kemudian baja harus membayar 25%. Sementara keju dan bourbon wajib membayar bea masuk 25%.
Untuk menyelesaikan friksi dagang dengan para tetangganya, Presiden Trump berniat untuk menggantikan skema Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dengan kesepakatan bilateral. "Presiden tengah mencari jalan terbaik untuk mendapatkan keuntungan terbesar bagi AS. Apakah itu melalui NAFTA atau jalan lain, pilihan-pilihan itu ada," kata Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.
Namun upaya membuat kesepakatan bilateral sepertinya tidak akan mulus karena Meksiko dan Kanada menolak. "Saya masih percaya dengan NAFTA. Kami akan terus bekerja dan melindungi kepentingan Kanada," tegas Justin Trudeau, Perdana Menteri Kanada.
Meski hubungan dagang AS dengan para tetangganya sedang kurang akur, tetapi dengan China justru ada sedikit kemajuan. ZTE, perusahaan teknologi asal China, menandatangani kesepakatan awal yang bisa mencabut sanksi terhadap mereka.
Perjanjian tersebut meliputi komitmen membayar sanksi denda U$ 1 miliar plus US$ 400 juta. Selain itu, ZTE juga sepakat untuk memperbolehkan pengawas dari pihak AS mendatangi pabrik mereka untuk memastikan komponen buatan Negeri Adidaya benar-benar digunakan. ZTE juga wajib mencantumkan besaran kandungan lokal AS dalam produk mereka di situs resmi, serta merombak jajaran direksi dalam 30 hari ke depan.
Dengan kesepakatan ini, ZTE bisa terbebas dari sanksi yang sebelumnya dijatuhkan yaitu larangan menjual produk di AS selama tujuh tahun. Vonis ini diberikan setelah ZTE terbukti bersalah mengirimkan produk secara ilegal ke Korea Utara dan Iran.
Pengampunan terhadap ZTE bisa menjadi pintu masuk yang signifikan bagi negosiasi dagang AS-China. Beijing memang dikabarkan ngotot agar sanki terhadap ZTE dicabut terlebih dulu sebelum masuk ke negosiasi perdagangan yang lebih luas. Jadi, mungkin inilah saatnya AS dan China bisa memulai negosiasi dagang yang substansial.
Investor sepertinya layak untuk terus mencermati perkembangan isu perdagangan ini. Ketika tensi semakin panas, maka perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia dipertaruhkan. Kepala Ekonom S&P Global Paul Gruenwald memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia bisa berkurang sekitar 1% jika perang dagang benar-benar terjadi. Tentu bukan kabar baik buat pasar keuangan.
Risiko kedua adalah semakin dekatnya pertemuan The Fed, tinggal seminggu lagi. Biasanya jelang pertemuan The Fed, investor cenderung menahan diri sehingga menghambat laju bursa saham.
Ini sudah terlihat di Wall Street, di mana perdagangan berlangsung tipis. Jika virus kehati-hatian ini menular ke Asia, maka laju bursa saham Benua Kuning pun ikut terhambat.
Sementara dari dalam negeri, investor perlu memantau rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Mei. Data ini menggambarkan optimisme masyarakat Indonesia terhadap kondisi perekonomian saat ini dan pada beberapa bulan mendatang.
Sebagai catatan, IKK sepanjang tiga bulan pertama tahun ini terus turun, walaupun masih berada di level yang optimistis (di atas 100). IKK baru naik pada April menjadi 122,2, dari bulan sebelumnya 121,6. Jika ada kejutan positif dari data ini, saham sektor barang konsumsi bisa mendapatkan momentum kenaikan, yang gagal diraih saat rilis data inflasi.
Tidak banyak sentimen yang bisa menggerakkan pasar hari ini. Oleh karena itu, pelaku pasar perlu waspada karena bisa jadi hari ini adalah saatnya konsolidasi.
Apalagi IHSG sudah menguat lumayan tajam dalam dua hari terakhir. Godaan untuk ambil untung (profit taking) kian besar dan ini patut diwaspadai. (aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular