
Mata dan Telinga Pasar Cermati The Fed

Untuk perdagangan hari ini, ada beberapa faktor yang bisa mendorong IHSG keluar dari zona merah. Pertama adalah perkembangan di Wall Street, di mana kekhawatiran akan kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif untuk sementara mereda. Ini bisa menjadi sentimen positif bagi bursa Asia, termasuk Indonesia.
Kenaikan harga minyak dan komoditas-komoditas pertambangan juga bisa menjadi energi positif bagi IHSG. Sentimen ini bisa membantu kinerja emiten migas dan pertambangan.
Nilai tukar dolar AS pun bisa suportif terhadap IHSG. Rally dolar AS terhenti akibat pernyataan Bullard, di mana Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama) terkoreksi 0,25%. Pelemahan dolar AS bisa berdampak positif kepada rupiah dan IHSG.
Pelemahan IHSG yang sudah terjadi tiga hari berturut-turut juga membuka kemungkinan untuk rebound. Harga aset yang terkoreksi cukup dalam dan menjadi lebih murah bisa memicu aksi borong yang mendukung penguatan IHSG.
Sementara yang bisa menyeret IHSG ke pelemahan yang lebih dalam adalah masih adanya potensi ambil untung. Meski selama bulan ini IHSG sudah turun 0,19%, tetapi secara year to date Indeks masih menyimpan “tabungan” penguatan 3,74%. Masih ada keuntungan yang belum dicairkan, dan siap direalisasikan kapan saja.
Investor juga perlu mencermati pelemahan saham-saham perbankan. Sektor usaha ini memang sensitif terhadap suku bunga dan inflasi, sehingga sangat rentan dalam kondisi seperti sekarang. Sektor keuangan merupakan kontributor terbesar dalam IHSG sehingga pergerakan emiten-emitennya patut menjadi sorotan. (aji/aji)
