Newsletter

Mata dan Telinga Pasar Cermati The Fed

Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
23 February 2018 05:45
Mata dan Telinga Pasar Cermati The Fed
Foto: Reuters
  • IHSG ditutup turun 0,76% pada perdagangan kemarin. 
  • Bursa Asia cenderung ditutup melemah, indeks Shanghai menguat tajam setelah libur Tahun Baru Imlek.
  • Wall Street ditutup variatif.
  • Kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif mereda. 
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona merah pada perdagangan kemarin. Sudah tiga hari berturut-turut IHSG harus berakhir dengan koreksi.

IHSG ditutup melemah 0,76% ke 6.593,06 pada perdagangan kemarin. Delapan sektor saham ditutup turun, dipimpin oleh sektor aneka industri yang anjlok hingga 1,92%.
 

Transaksi berlangsung relatif sepi dengan nilai sebesar Rp 7,59 triliun. Sebanyak 129 saham ditutup menguat, 216 saham melemah, sementara 209 lainnya stagnan.  

Investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 580,43 miliar. UNTR (Rp 235,94 miliar), BBRI (Rp 141,12 miliar), UNVR (Rp 58,57 miliar), ASII (Rp 55,76 miliar), dan BBNI (Rp 50,32 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing. 

Pelemahan IHSG sejalan dengan bursa saham regional yang mayoritas mengakhiri hari di zona merah. Indeks Nikkei turun 1,07%, Hang Seng turun 1,48%, Strait Times turun 0,79%, Kospi turun 0,63%, SETI turun 0,6%, dan KLCI turun 0,17%. Namun indeks Shanghai mampu melonjak 2,17% ke 3.268,56 begitu dibuka kembali kemarin, selepas libur Tahun Baru Imlek. 

Potensi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) yang sudah di depan mata menjadi faktor yang membebani pasar saham domestik dan regional. Terlebih ikhtisar rapat (minutes of meeting) dari the Federal Reserve/Fed, memberi sinyal bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan bulan depan.

Sementara Wall Street ditutup variatif. Indeks Dow Jones naik 0,66%, S&P 500 menguat 0,1%, tetapi Nasdaq terkoreksi tipis 0,11%.

 

Wall Street sedang berada dalam periode roller coaster, naik dan turun terjadi dengan cepat. Sentimen datang dan pergi, investor kadang mengingatnya tetapi bisa dengan cepat melupakannya. Bila hari sebelumnya Wall Street terkoreksi karena rilis risalah rapat (minutes of meeting) The Fed, kini sentimen itu sudah menguap.

 

Penyebabnya adalah pernyataan Presiden The Fed St Louis James Bullard yang menyebutkan kenaikan suku bunga yang agresif akan membuat kebijakan The Fed menjadi terbatas. Oleh karena itu, Bullard memperkirakan kenaikan suku bunga acuan tahun ini tidak akan mencapai 120 basis poin.

 

Meski begitu, Bullard tetap menegaskan bahwa sikap (stance) kebijakan moneter The Fed tetap bias ke arah pengetatan. Kecil peluang untuk kebijakan moneter netral.

 

Merespons pernyataan Bullard, imbal hasil (yield) obligasi AS pun terkoreksi dari 2,94% menjadi 2,92%. Investor mulai melirik kembali pasar saham.

 

Pasar tengah benar-benar memperhatikan seluruh tindakan dan pernyataan yang keluar dari para anggota The Fed. Setiap ada petunjuk mengenai arah suku bunga akan disimak baik-baik dan menentukan pergerakan pasar. Mata dan telinga pasar sedang memperhatikan The Fed.

 

Kenaikan harga minyak juga mendukung kenaikan Dow Jones dan S&P 500. Harga si emas hitam naik lebih dari 1% karena cadangan minyak AS selama sepekan hingga 16 Februari 2018 turun 1,6 juta barel. Nilai tersebut meleset jauh dari ekspektasi pasar yang memprediksi adanya peningkatan sebesar 1,8 juta barel.

 

Penurunan cadangan minyak dipicu oleh impor minyak AS yang menurun hingga 4,98 juta barel/hari, yang merupakan rekor terendah sejak 2001. Di sisi lain ekspor minyak AS justru naik lebih dari 2 juta barel/hari.

Untuk perdagangan hari ini, ada beberapa faktor yang bisa mendorong IHSG keluar dari zona merah. Pertama adalah perkembangan di Wall Street, di mana kekhawatiran akan kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif untuk sementara mereda. Ini bisa menjadi sentimen positif bagi bursa Asia, termasuk Indonesia.

 

Kenaikan harga minyak dan komoditas-komoditas pertambangan juga bisa menjadi energi positif bagi IHSG. Sentimen ini bisa membantu kinerja emiten migas dan pertambangan.

 

Nilai tukar dolar AS pun bisa suportif terhadap IHSG. Rally dolar AS terhenti akibat pernyataan Bullard, di mana Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama) terkoreksi 0,25%. Pelemahan dolar AS bisa berdampak positif kepada rupiah dan IHSG.

 

Pelemahan IHSG yang sudah terjadi tiga hari berturut-turut juga membuka kemungkinan untuk rebound. Harga aset yang terkoreksi cukup dalam dan menjadi lebih murah bisa memicu aksi borong yang mendukung penguatan IHSG.

 

Sementara yang bisa menyeret IHSG ke pelemahan yang lebih dalam adalah masih adanya potensi ambil untung. Meski selama bulan ini IHSG sudah turun 0,19%, tetapi secara year to date Indeks masih menyimpan “tabungan” penguatan 3,74%. Masih ada keuntungan yang belum dicairkan, dan siap direalisasikan kapan saja.

 

Investor juga perlu mencermati pelemahan saham-saham perbankan. Sektor usaha ini memang sensitif terhadap suku bunga dan inflasi, sehingga sangat rentan dalam kondisi seperti sekarang. Sektor keuangan merupakan kontributor terbesar dalam IHSG sehingga pergerakan emiten-emitennya patut menjadi sorotan.  Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Dimulainya masa penawaran sukuk ritel seri SR-010.
  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar BIasa (RUPSLB) BIRD (09.00 WIB).
  • RUPSLB PTIS (10.00 WIB).
  • Presiden The Fed New York William C. Dudley dijadwalkan berbicara pada diskusi panel mengenai neraca keuangan the Federal Reserve dalam acara United States Monetary Policy Forum di New York (22:15).

Berikut perkembangan sejumlah bursa saham:

Mata dan Telinga Pasar Cermati The Fed

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:

Mata dan Telinga Pasar Cermati The Fed

Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:

Mata dan Telinga Pasar Cermati The Fed

Berikut perkembangan yield Surat Berharga Negara (SBN):

Mata dan Telinga Pasar Cermati The Fed


Berikut sejumlah indikator perekonomian Indonesia:

Mata dan Telinga Pasar Cermati The Fed
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular