Sementara Wall Street ditutup variatif. Indeks Dow Jones naik 0,66%, S&P 500 menguat 0,1%, tetapi Nasdaq terkoreksi tipis 0,11%.
Wall Street sedang berada dalam periode roller coaster, naik dan turun terjadi dengan cepat. Sentimen datang dan pergi, investor kadang mengingatnya tetapi bisa dengan cepat melupakannya. Bila hari sebelumnya Wall Street terkoreksi karena rilis risalah rapat (minutes of meeting) The Fed, kini sentimen itu sudah menguap.
Penyebabnya adalah pernyataan Presiden The Fed St Louis James Bullard yang menyebutkan kenaikan suku bunga yang agresif akan membuat kebijakan The Fed menjadi terbatas. Oleh karena itu, Bullard memperkirakan kenaikan suku bunga acuan tahun ini tidak akan mencapai 120 basis poin.
Meski begitu, Bullard tetap menegaskan bahwa sikap (stance) kebijakan moneter The Fed tetap bias ke arah pengetatan. Kecil peluang untuk kebijakan moneter netral.
Merespons pernyataan Bullard, imbal hasil (yield) obligasi AS pun terkoreksi dari 2,94% menjadi 2,92%. Investor mulai melirik kembali pasar saham.
Pasar tengah benar-benar memperhatikan seluruh tindakan dan pernyataan yang keluar dari para anggota The Fed. Setiap ada petunjuk mengenai arah suku bunga akan disimak baik-baik dan menentukan pergerakan pasar. Mata dan telinga pasar sedang memperhatikan The Fed.
Kenaikan harga minyak juga mendukung kenaikan Dow Jones dan S&P 500. Harga si emas hitam naik lebih dari 1% karena cadangan minyak AS selama sepekan hingga 16 Februari 2018 turun 1,6 juta barel. Nilai tersebut meleset jauh dari ekspektasi pasar yang memprediksi adanya peningkatan sebesar 1,8 juta barel.
Penurunan cadangan minyak dipicu oleh impor minyak AS yang menurun hingga 4,98 juta barel/hari, yang merupakan rekor terendah sejak 2001. Di sisi lain ekspor minyak AS justru naik lebih dari 2 juta barel/hari. Untuk perdagangan hari ini, ada beberapa faktor yang bisa mendorong IHSG keluar dari zona merah. Pertama adalah perkembangan di Wall Street, di mana kekhawatiran akan kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif untuk sementara mereda. Ini bisa menjadi sentimen positif bagi bursa Asia, termasuk Indonesia.
Kenaikan harga minyak dan komoditas-komoditas pertambangan juga bisa menjadi energi positif bagi IHSG. Sentimen ini bisa membantu kinerja emiten migas dan pertambangan.
Nilai tukar dolar AS pun bisa suportif terhadap IHSG. Rally dolar AS terhenti akibat pernyataan Bullard, di mana Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama) terkoreksi 0,25%. Pelemahan dolar AS bisa berdampak positif kepada rupiah dan IHSG.
Pelemahan IHSG yang sudah terjadi tiga hari berturut-turut juga membuka kemungkinan untuk rebound. Harga aset yang terkoreksi cukup dalam dan menjadi lebih murah bisa memicu aksi borong yang mendukung penguatan IHSG.
Sementara yang bisa menyeret IHSG ke pelemahan yang lebih dalam adalah masih adanya potensi ambil untung. Meski selama bulan ini IHSG sudah turun 0,19%, tetapi secara year to date Indeks masih menyimpan “tabungan” penguatan 3,74%. Masih ada keuntungan yang belum dicairkan, dan siap direalisasikan kapan saja.
Investor juga perlu mencermati pelemahan saham-saham perbankan. Sektor usaha ini memang sensitif terhadap suku bunga dan inflasi, sehingga sangat rentan dalam kondisi seperti sekarang. Sektor keuangan merupakan kontributor terbesar dalam IHSG sehingga pergerakan emiten-emitennya patut menjadi sorotan. Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- Dimulainya masa penawaran sukuk ritel seri SR-010.
- Rapat Umum Pemegang Saham Luar BIasa (RUPSLB) BIRD (09.00 WIB).
- RUPSLB PTIS (10.00 WIB).
- Presiden The Fed New York William C. Dudley dijadwalkan berbicara pada diskusi panel mengenai neraca keuangan the Federal Reserve dalam acara United States Monetary Policy Forum di New York (22:15).
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham:
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:
Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:
Berikut perkembangan yield Surat Berharga Negara (SBN):
Berikut sejumlah indikator perekonomian Indonesia: