- IHSG ditutup melemah 0,29% pada perdagangan kemarin.
- Bursa Asia cenderung bergerak menguat, Hang Seng ditutup naik 1,81%
- Wall Street berakhir di zona merah setelah rilis minutes meeting The Fed.
- Investor kembali mengalihkan dana ke pasar obligasi negara AS.
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan kemarin, setelah seharian memang berkubang di zona merah. Kekhawatiran investor mengenai moratorium proyek layang masih membebani Indeks.
IHSG ditutup melemah 0,29% ke 6.643,4 poin pada perdagangan kemarin. Enam sektor saham ditutup turun, dipimpin oleh sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan serta aneka industri yang sama-sama anjlok hingga 1,23%.
Transaksi berlangsung cukup semarak dengan nilai sebesar Rp 9,85 triliun. Sebanyak 153 saham ditutup menguat, 195 saham melemah, sementara 206 lainnya tidak mencatatkan perubahan harga.
Insiden robohnya
bekisting pier head proyek tol Becakayu (Bekasi-Cawang-Kampung Melayu) masih membebani laju IHSG. Terlebih, mayoritas proyek infrastruktur layang masih dihentikan sementara pengerjaannya. Saham-saham BUMN karya tercatat melemah signifikan. Saham WSKT selaku kontraktor tol Becakayu turun 3,61%. Kemudian WIKA terkoreksi 2,03%, dan ADHI melemah 2,44%.
Menariknya, investor asing justru melakukan beli bersih senilai Rp 77,3 miliar. BBNI (Rp 122,89 miliar), PGAS (Rp 72,12 miliar), PTBA (Rp 43,11 miliar), TLKM (Rp 31,14 miliar), dan BBCA (Rp 19,7 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak diburu oleh investor asing.
Pelemahan bursa saham domestik berbanding terbalik dengan bursa saham regional yang mayoritas mengakhiri hari di zona hijau. Indeks Nikkei 225 naik 0,21%, Hang Seng naik 1,81%, Strait Times naik 1,06%, Kospi naik 0,6%, dan KLCI naik 0,12%.
Dari Wall Street, bursa saham Negeri Paman Sam kembali terkoreksi karena perpindahan dana ke pasar obligasi. Rilis minutes meeting (risalah) rapat The Federal Reserve/The Fed membuat pasar semakin yakin bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga, yang menyebabkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS naik ke level tertinggi dalam empat tahun. Indeks Dow Jones turun 0,67% ke 24.797,78. Sementara S&P 500 terkoreksi 0,55% menjadi 2.701,33 dan Nasdaq melemah 0,22% ke 7.218,23. "Para anggota sepakat bahwa penguatan kinerja ekonomi dalam jangka pendek membuat kenaikan Federal Funds Rate secara bertahap sudah layak. Hampir seluruh peserta rapat memperkirakan inflasi akan mengarah ke kisaran 2% dalam jangka menengah seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang di atas ekspektasi dan pasar tenaga kerja yang kuat,” sebut The Fed dalam risalahnya.
Rilis risalah ini langsung membuat
yield obligasi pemerintah AS melonjak.
Yield untuk obligasi tenor 10 tahun naik ke 2,94% dari 2,89% pada Rabu malam yang memicu gelombang perpindahan dana dari pasar saham. Kenaikan suku bunga acuan menjadi semakin nyata sehingga investor memilih untuk mengamankan dananya.
Untuk perdagangan hari ini, sentimen dari Negeri Paman Sam mau tidak mau dan suka tidak suka akan terasa di lantai bursa Asia termasuk Indonesia. Pelemahan Wall Street dan perpindahan dana ke pasar obligasi akan menjadi sentimen negatif. Investor, terutama asing, mungkin agak sulit diharapkan mendukung penguatan IHSG karena perhatian mereka tengah tertuju ke pasar obligasi AS. Bukan kabar gembira bagi IHSG.
Perkembangan nilai tukar dolar AS juga berpotensi menjadi pemberat IHSG. Dolar AS semakin perkasa setelah pengumuman minutes meeting The Fed, sehingga rupiah sepertinya masih akan mengalami tekanan yang bisa berdampak kepada Indeks.
Dollar Index, yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, menguat sampai 0,43% ke 90,09.
Greenback memang membutuhkan kenaikan suku bunga sebagai pijakan penguatan.
Harga komoditas juga mungkin belum menjadi sentimen positif bagi IHSG. Seiring penguatan dolar AS, harga minyak dunia cenderung turun. Begitu pula dengan harga komoditas lainnya.
Moratorium terhadap proyek-proyek
elevated (layang) juga sepertinya masih membebani IHSG. Kebijakan ini memang tidak akan berlangsung lama, tetapi cukup untuk membuat kontraktor proyek merugi hingga miliaran rupiah.
Potensi ambil untung atau
profit taking juga masih menjadi risiko yang perlu diwaspadai. Meski kemarin terkoreksi, IHSG masih menguat 0,57% sepanjang Februari dan 4,53% sejak awal tahun. Masih ada selisih keuntungan yang bisa dicairkan investor kapan saja.
Sementara yang bisa mendukung IHSG untuk
rebound adalah harapan akan adanya aksi borong. Pelemahan IHSG dalam beberapa hari terakhir menyebabkan penurunan harga aset, sehingga mungkin saja menarik bagi investor.
Sepertinya memang lebih banyak sentimen negatif yang menghantui IHSG...
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) UNIT (09.00 WIB).
- RUPSLB BINA (10.00 WIB).
- Rilis estimasi kedua pertumbuhan ekonomi Inggris kuartal 4 2017 (16.30).
- Rilis minutes of meeting bank sentral Eropa (19.30).
- Rilis cadangan minyak AS (23.00).
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham utama:
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:
Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:
Berikut perkembangan yield Surat Berharga Negara:
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional: