Newsletter

Maksimalkan Peluang Rebound

Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
12 February 2018 05:30
Ada peluang IHSG rebound pada awal pekan ini seiring positifnya Wall Street.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir pekan lalu bergerak searah dengan bursa regional dan global, yaitu di jalur merah. Namun ada peluang untuk rebound pada awal pekan ini seiring positifnya Wall Street. 

IHSG ditutup melemah 0,6% ke 6.505,52 pada perdagangan akhir pekan lalu. Sembilan sektor saham ditutup turun, dipimpin oleh sektor pertambangan yang anjlok hingga 2,48%. Satu-satunya sektor yang berhasil menguat adalah industri dasar (+1,83%). 

Transaksi berlangsung cukup semarak dengan nilai Rp 8,22 triliun. Sebanyak 97 saham ditutup menguat, 260 saham melemah, sementara 197 lainnya stagnan.  

Anjloknya harga saham-saham sektor pertambangan dipicu oleh turunnya harga minyak mentah dunia. Dalam sepekan terakhir, harga minyak mentah jenis light sweet melemah 9,55% sementara brent turun 8,44%. Ini merupakan penurunan mingguan terdalam sejak Januari 2016. 

Kejatuhan harga minyak mentah dipicu oleh kekhawatiran investor atas melimpahnya pasokan, setelah Iran mengumumkan rencananya untuk mendorong produksi. Selain itu, produksi minyak Amerika Serikat (AS) sepanjang minggu lalu naik menjadi 10,25 juta barel/hari. 

Dari Wall Street, bursa saham Negeri Paman Sam berhasil mencatatkan penguatan pada perdagangan akhir pekan lalu setelah sebelumnya tertekan dahsyat. Dow Jones berakhir naik 1,38% menjadi 24.190,90, S&P 500 ditutup menguat 1,49% menjadi 2.619,55, dan Nasdaq naik 1,44% menjadi 6.874,49. Namun selama sepekan lalu, Dow Jones turun 5,12% yang merupakan performa mingguan terparah sejak Januari 2016. 

Pemicu terjadinya aksi jual yang menyebabkan Wall Street jatuh adalah rencana kenaikan suku bunga acuan yang makin agresif dari bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Rencana ini membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS naik.  

Harapan pelaku pasar pekan ini adalah data inflasi terbaru. Bila data inflasi positif, maka pasar saham bisa lebih tenang. Selain itu, investor berharap yield obligasi tidak naik lagi. 

Kejatuhan yang terjadi di Wall Street selama seminggu terakhir membuat bursa saham dunia ikut terkena imbas negatifnya. Bursa Asia terpukul paling parah dengan indeks Shanghai, Hang Seng, dan Nikkei, terkoreksi masing-masing sebesar 9,6%, 9,49%, dan 8,13% dalam sepekan terakhir. Bursa regional Eropa juga terkena dampaknya dengan indeks FTSE dan DAX melemah masing-masing 4,72% dan 5,3% selama seminggu terakhir.  

Setelah penutupan perdagangan hari Jumat, Bank Indonesia (BI) merilis data defisit transaksi berjalan 2017 yang sebesar US$ 17,3 miliar atau 1,7% dari produk domestik bruto (PDB). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan defisit tahun sebelumnya yang sebesar 1,8% dari PDB. Dengan rasio defisit transaksi berjalan yang rendah untuk keseluruhan tahun, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2017 mencatat surplus yang relatif besar, yakni sebesar US$ 11,6 miliar.  

Untuk perdagangan hari ini, data transaksi berjalan dan NPI bisa menjadi faktor pendukung penguatan IHSG. Perkembangan NPI pada 2017 menunjukkan terpeliharanya keseimbangan eksternal perekonomian sehingga turut menopang berlanjutnya stabilitas makroekonomi. 

Kebangkitan Wall Street pada akhir pekan lalu juga bisa menjadi energi positif bagi bursa saham regional, termasuk Indonesia. Diharapkan aksi jual investor bisa sedikit mereda dengan kabar gembira dari AS tersebut. IHSG pun bisa rebound bila peluang-peluang ini dapat dimaksimalkan. 

Namun ada pula faktor yang bisa menahan penguatan IHSG, bahkan mungkin menyeretnya ke zona merah. Ambil untung masih menjadi risiko yang patut diwaspadai, karena IHSG masih menyimpan “tabungan” penguatan 2,36% secara year to date (YtD). Masih ada selisih laba yang bisa dicairkan investor kapan saja. 

Perkembangan dolar AS juga belum mendukung penguatan IHSG, greenback masih menunjukkan keperkasaannya. Dollar Index, yang menggambarkan posisi dolar AS dibandingkan enam mata uang utama dunia, masih menguat 0,11%. Sepanjang bulan ini, Dollar Index sudah menguat 1,34%. 

Harga komoditas juga belum bisa diharapkan membantu IHSG. Tidak hanya minyak, harga komoditas pertambangan dan perkebunan pun tengah anjlok.  

Harga tembaga, nikel, dan timah turun di kisaran 1%. Sementara harga minyak sawit, karet, dan kakao juga bergerak merah. Ini akan mempengaruhi kinerja emiten pertambangan dan perkebunan. 

Berikut adalah sejumlah agenda yang akan terjadi hari ini:
Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengadakan rapat kerja membahas evaluasi penerimaan negara 2017 dan rencana 2018. Dilanjutkan dengan rapat membahas rencana pembentukan holding BUMN (10.00 WIB).
Rilis data penjualan sepeda motor nasional (11.00 WIB).
- Presiden Joko Widodo dan para pejabat negara mengadakan sidang kabinet membahas Rencana Kerja Pemerintah 2019 (14.00 WIB).
Pengumuman data realisasi investasi China (09.00).
- Lelang obigasi negara AS tenor tiga dan enam bulan (11.30).

Investor juga perlu mencermati aksi perusahaan yang akan diselenggarakan pada hari ini, yaitu:

Maksimalkan Peluang Rebound

Berikut perkembangan sejumlah indeks saham dunia:

Maksimalkan Peluang Rebound

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang utama:

Maksimalkan Peluang Rebound

Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas utama:

Maksimalkan Peluang Rebound

Berikut perkembangan yield Surat Berharga Negara (SBN):

Maksimalkan Peluang Rebound

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Maksimalkan Peluang Rebound
(aji/aji)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation